Cinta Ku Tuan Drakula
Malam purnama itu, seorang gadis berlari di jalanan sepi dengan penuh ketakutan. Dua preman mengejarnya mengancam akan memperkosa dirinya.
Liana terus berlari seraya berteriak meminta pertolongan, tetapi tak ada seorangpun disana. Jalanan yang ia lalui sangat sepi dan pertokoan pun sudah tutup.
Sampai akhirnya ia bertemu dengan sosok pria berjas yang sedang bersandar pada sedan hitam sambil menikmati aroma tembakau yang ia hisap. Liana segera mendekati pria itu dan meminta tolong.
"Tuan, tolong saya Tuan. Hiks! Mereka mau memperkosa saya," ucap Liana terisak, seraya tangannya menunjuk ke arah dua pria di belakangnya yang berjarak 20 langkah darinya.
Pria itu menoleh dengan sinis memperhatikan penampilan Liana dengan riasan wajah yang sudah berantakan dan pakaian yang robek pada bagian lengan serta pinggang.
"Apa untungnya buatku?" tanya pria itu dengan datar.
Tanpa menaruh curiga dan menganggap pria itu adalah orang yang baik, Liana langsung berkata, "Saya akan melakukan apapun yang Tuan inginkan. Tapi saya mohon, tolong saya!"
Seketika senyum menyeringai terlihat di wajahnya yang sejak tadi terlihat datar, tanpa menunggu lama pria itu segera membuang puntung rokok dan berkata, "Ok, aku akan menolongmu, tapi kau harus menepati janjimu," ucapnya dengan lirih seraya menatap Liana dengan tajam hingga membuatnya tergidik.
Pria itu lalu menghadang dua preman yang ingin menangkap Liana. Dengan cepat, Liana bersembunyi di belakang pria itu yang lebih besar darinya.
"Hey! Kau jangan ikut campur urusan kami!" seru salah satu preman yang mengejar Liana seraya mendorong tubuh pria tersebut dengan kasar.
Namun dorongan itu tidak membuatnya bergerak sedikitpun, juga tidak membuatnya merasa takut. Tubuhnya pun jauh lebih tinggi dari dua preman itu. Tanpa banyak bicara, ia langsung mengangkat tangannya dan mengayunkan jari telunjuknya ke arah atas. Tiba- saja tubuh kedua preman itu terangkat melayang di udara. Liana yang mengintip dari balik punggung pria tersebut hanya tercengang saat melihat apa yang sedang terjadi di depan sana.
Pria itu mendekat ke salah satu preman tersebut dan menyentuh dada sebelah kiri dengan ujung telunjuk sebelah kanan. Kuku pria itu kemudian memanjang dengan tajam dan menusukkan kukunya semakin ke dalam hingga menembus jantungnya. Dalam sekejap preman itu tewas dan tubuhnya terjatuh ke tanah. Anehnya tak ada darah yang mengucur keluar. Hingga akhirnya Liana jatuh pingsan setelah melihat kejadian yang tak masuk akal.
Target selanjutnya adalah si preman yang memiliki tubuh lebih pendek. Badannya gemetar, setelah melihat apa yang terjadi pada temannya. Dengan tajam pria tersebut langsung melirik ke arahnya, hingga membuat wajahnya pucat pasi.
"L-lepaskan aku ... aku janji tak akan mengusik gadis itu," ucapnya ketakutan dan ternyata sudah kencing di celana.
"Kau mau seperti dia? Atau mau mengakui bahwa kau yang sudah membunuh temanmu itu?" pria berjas tersebut justru memberikan sebuah tawaran yang menarik.
Preman itu hanya menelan ludah dan berpikir, jika lebih baik ia mendekam dipenjara daripada terbunuh saat itu juga.
"Baik aku akan mengakui kalau aku yang membunuhnya. Lepaskan aku," jawabnya dengan suara yang bergetar.
"Jika kau tak menepati janji mu. Maka kau ... juga akan berakhir sepertinya," ujarnya berbisik.
Dengan cepat pria berjas itu menurunkannya dan membiarkan pergi dengan lari yang terbirit-birit.
Melihat Liana yang pingsan, ia bergegas membawanya masuk ke dalam mobil sedan miliknya dan membawa pergi meninggalkan tempat itu. Sedangkan jasad salah satu preman masih tergeletak begitu saja di tanah. Tanpa darah yang menetes, karena ternyata pria berjas tersebut yang telah menghisap seluruh darahnya hingga membuat tubuh pria itu sedikit kurus.
Dua jam berlalu, Liana terbangun dari pingsannya. Ia membuka matanya dengan perlahan dan melihat dirinya yang sedang berada didalam mobil bersama pria berjas tadi. Lantas Liana mulai tersadar dan ingat akan kejadian sebelumnya. Ia sedikit menjauh dan semakin takut dengan pria yang berada di sampingnya kini.
"Kenapa? kau takut? Ingatlah akan janjimu padaku tadi," ucap pria itu kembali mengingatkan.
"Sas-saya mengucapkan terimakasih, Tut-Tuan! A-apa keinginan Tuan?" Tanya Liana dengan terbata.
"Jangan terlalu berbahasa formal denganku," ucapnya seraya mengulurkan tangan.
"Kau bisa memanggilku Tuan D," ujarnya. Liana pun menerima uluran tangan itu dengan tubuhnya yang sedikit gemetar.
"Saya ... maksudku ... aku Liana," jawabnya dengan gugup, Dengan cepat Liana segera melepas tangannya dari genggaman pria itu yang kuat. Perasaan takut itu masih saja menghantuinya, dan sempat terpikir jika Pria yang sedang bersamanya adalah seorang pembunuh.
"Permintaanku sederhana, aku ingin kau menjadi kekasihku. Setahun kemudian tepat di hari kelulusan mu dari perguruan tinggi, kita akan menikah. Bagaimana?" ucap Tuan D yang berhasil membuat kedua mata Liana membulat dengan sempurna.
Hah! Apa? Kekasih? Menikah?? Dan sejak kapan dia tahu kalau setahun lagi aku akan lulus? Siapa dia? Astaga ... sepertinya aku terjebak dalam perkataan ku sendiri.
"Ingat aku tidak mau menerima kata penolakan! Sebaiknya kau bangga, karena aku telah memilihmu!" ucap Tuan D dengan tatapan tajam.
Jantung Liana berdegup kencang menatap kedua matanya yang begitu tajam. Seperti tatapan seorang pembunuh. Baru saja dia bisa bebas dari tangan pria hidung belang, kini dia malah masuk ke genggaman seorang iblis.
"Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau tahu jika aku akan lulus kuliah setahun lagi? Dan ... kenapa kau bisa mengangkat orang tanpa menyentuhnya? Dan ... dan kenapa kau membunuhnya hanya dengan satu jari!?" beberapa pertanyaan berhasil Liana layangkan dan berharap pria itu akan menjawabnya.
Tiba-tiba saja Tuan D mendekatkan tubuhnya ke hadapan Liana. Dengan spontan Liana mundur dan takut jika pertanyaannya membuatnya tersinggung. Tuan D semakin mendekat dan bahkan kini wajah mereka saling berhadapan dan hanya berjarak 3 centimeter.
"Kau belum memakai seat belt, ingatlah untuk memakainya sayang!" ucap Tuan D seraya memasangkan sabuk pengaman. Kemudian dia kembali duduk di kursinya dan mulai melajukan mobilnya.
"Tet-trimakasih," ucap Liana yang seketika wajahnya menjadi bersemu merah karena sudah berpikiran negatif.
"Dimana rumahmu?" tanya Tuan D.
Hah aneh, dia tahu identitas ku tapi tidak tahu rumahku?
"Rumah di sekitar zona x,"
Liana kembali terdiam begitu juga Tuan D meskipun Liana sangat ingin mengetahui jawaban dari pertanyaannya tadi.
"Kau belum menjawab pertanyaan ku, maka aku tidak akan menjawab pertanyaan mu," ujar Tuan D seakan mengetahui apa yang dipikirkan Liana.
"Untuk apa aku menjawab, jika Tuan tidak menerima penolakan,"
"Setidaknya kau berkata 'ya sayang, aku bersedia' ... ." ucap Tuan D.
Liana tertawa lepas karena mendengar Tuan D dengan suara yang menyerupai perempuan.
"Aku suka senyummu," sahutnya seraya memperhatikan Liana.
Lagi-lagi wajahnya memerah dan dia mendapati Tuan D sedang memperhatikannya, dan kali ini tatapannya lebih lembut.
"Hemm bisa kah kita menjalin pertemanan dulu sebelum memulai hubungan sepasang kekasih? Aku belum mengenalmu Tuan D ... dan kau juga belum mengenalku," ujar Liana dengan sedikit takut.
Tak ada jawaban dari mulut Tuan D, Liana lupa jika Tuan D tak akan menerima kata penolakan.
"Baiklah, aku akan mencoba menjadi kekasihmu. Tapi ... jawab dulu pertanyaan ku tadi,"
Tuan D menghentikan mobilnya dan berkata, "Kita sudah sampai,"
Apa? bagaimana mungkin, perjalanan ke rumahku seharusnya butuh waktu satu jam untuk sampai kesana ... .
"Kenapa? bukankah lebih cepat sampai itu lebih bagus? Ini sudah jam 11 malam,"
"Sekali lagi terimakasih Tuan D, kalau begitu aku keluar dulu," Liana bergegas keluar dari mobil dengan perasaan kecewa karena tidak mendapatkan jawaban dari segudang pertanyaan yang ada dalam otaknya.
"Liana!" teriak Tuan D memangilnya.
Dengan cepat Liana berbalik, Tuan D mendekat dan memakaikan jasnya menutupi tubuh Liana.
"Pakaianmu robek, tutuplah dengan jas ini. Dan ... ." ucapnya terhenti.
"Dan apa?"
Tuan D meraih tangan Liana dan membuka telapak tangannya. Dia menusuk telapak tangan Liana dengan kuku tajamnya.
Cess!!
"Ah! Apa yang kau lakukan Tuan?" pekik Liana seraya meniup telapak tangannya yang berdarah.
Wajah Tuan D berubah pucat dengan matanya yang sedikit merah. Dia segera menarik kembali tangan Liana dan menjilati darah yang keluar.
Liana ketakutan dengan apa yang dilakukan Tuan D.
"Maaf, aku hanya membuat tanda jika kau sudah menjadi milikku. Supaya tidak akan ada yang berani mengganggumu. Manusia, siluman, drakula atau dedemit sekalipun," jelasnya.
"Apa maksudnya? Aku tak mengerti. Tanda apa? ini jelas melukaiku, dan ... sakit!" ucap Liana dengan sedikit nada tinggi tapi berbisik mengingat waktu sudah beranjak malam.
Tuan D mengusap telapak tangan Liana dengan lembut, seketika rasa sakit itu hilang.
Liana terkejut, tangannya sudah tak sakit lagi. Dia semakin penasaran siap sebenarnya pria yang ada di hadapannya ini.
"Siapa kau sebenarnya tolong jawab aku!" tanya Liana dengan tatapan lembut kali ini dia sedikit tidak takut karena Tuan D menghilangkan rasa sakitnya di tangannya tadi.
"Berjanjilah untuk tidak akan takut padaku,"
Liana mengangguk pelan dan siap mendengarkan dengan seksama.
"Aku bukanlah manusia, aku Drakula. Mungkin kau tak percaya dengan apa yang aku katakan tapi spesies seperti ku sudah merevolusi. Kami tak makan darah lagi, kecuali saat bulan purnama. Kami tak takut panas matahari lagi karena kami memiliki obat penawarnya. Dan aku sudah lama jatuh cinta padamu," jelas Tuan D panjang lebar.
Seketika itu juga Liana kembali pingsan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Amelia
hai salam kenal ❤️🙏🙏
2024-04-15
2
Indri Ani40
pingsan terus
2023-08-10
1
Y⁰LªⁿDª
menolong orang kok pake untung rugi sih 😏
2022-11-20
0