NovelToon NovelToon
Dia Bukan Janda

Dia Bukan Janda

Status: tamat
Genre:Romantis / Misteri / Tamat / Cintamanis / Duda / Anak Kembar
Popularitas:30.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: emmarisma

Lusiana menemukan kardus yang berisi bayi kembar, ia pun membawanya pulang dan berinisiatif untuk merawatnya.

Delano Wibisana harus kehilangan istri dan kedua anaknya tepat di hari kelahiran bayi kembarnya. Entah mengapa hari itu setelah melahirkan, istri Delano membawa kedua bayi kembarnya pergi hingga kecelakaan itu terjadi dan menewaskan Karina istri Delano. Lalu dimana anak-anak Delano? sedangkan pada saat evakuasi hanya di temukan Karina seorang diri.


Dilarang plagiat Ok!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DBJ 35. Mengunjungi Makam

*******

Suryo terus kepikiran mengenai Aditya, apa tujuan mantan adik iparnya itu sebenarnya? sepertinya dia harus menyiapkan bodyguard untuk putrinya. Suryo tidak ingin kecolongan. Selagi dirinya menyelidiki motif Aditya mendekati putrinya. Jangan sampai kegilaan pria itu berakibat buruk pada putrinya.

"Mas, kenapa masih di luar? kenapa tidak istirahat saja?" Mitha yang baru keluar dari kamar terkejut mendapati suryo masih duduk didekat kamar Devan dan Davin.

"Aku harus berterima kasih pada mereka besok. Berkat bantuan mereka, Lusi tidak jadi mendatangi mansion Aditya."

"Memangnya siapa dia?"

"Dia suami Widya, Dia yang membuat adikku harus mengakhiri hidupnya. Aku yakin dia mendekati Lusi karena wajah Lusi sangat mirip dengan Widya." Tutur Suryo. Wajah Mitha memucat mendengar ucapan Suryo. Apa itu artinya Lusi dalam bahaya?

"Kamu tenang saja. Aku akan perintahkan orang ku untuk memperketat penjagaan pada Lusi."

"Tapi aku khawatir mas. Bagaimana jika mereka bertemu di tempat lain? sedangkan anak buahmu tidak bisa masuk ke dalamnya."

"Sudah, jangan terlalu khawatir. Aku akan mengatur supaya Lusi bisa lebih waspada terhadap Aditya.

"Baiklah, sekarang ayo kita istirahat. Ini sudah sangat malam."

"Apa kau mengajakku tidur bersama Mitha?"

Wajah wanita paruh baya itu bersemu merah. "Jangan ngaco mas, kita belum menikah. Maksudku istirahat di kamar masing-masing."

"Oh aku kira."

.

.

.

Pagi ini Lusi masih harus menunda keberangkatannya ke butik karena Suryo ingin Lusi dan Mitha datang ke makam tante Widya dan kakek Brata suami nenek Ratih.

Lusi memakai dress selutut berwarna hitam. Sedangkan Mitha memakai gamis berwarna senada.

Sampai di pemakaman ternyata Delano dan Diana sudah ada di area pemakaman pribadi milik keluarga Syailendra.

"Tante ... " Lusi menjabat tangan Diana dan mencium punggung tangan wanita itu dengan takzim.

"Bagaimana kabarmu sayang?"

"Aku baik tante, lagipula semalam kita baru saja bertemu bukan. Tante ini bertanya seperti kita sudah lama tidak bertemu saja." Lusi terkekeh melihat Diana seakan baru menyadari jika pertanyaannya salah.

"Ah kenapa panggil tante lagi sayang? panggil aku mama jangan lupa." ucap Diana.

Lusi langsung mengalihkan pandangannya saat matanya tanpa sengaja menatap Delano. Delano ternyata sejak tadi menatapnya tajam, seakan-akan hendak melahapnya.

"Lusi, kok calon suaminya di cuekin?" tegur Diana melihat kekakuan sikap Lusi pada Delano, akhirnya Diana menarik tangan Lusi dan mendekatkan Lusi pada Delano. Tapi sayang kaki Lusi belum berpijak dengan benar hingga tubuhnya limbung ke belakang. Delano buru-buru meraih pinggang Lusi dan menahannya. Mata keduanya bersitatap namun Lusi buru-buru menegakkan badannya.

"Ehem ... " Lusi berdehem untuk menghilangkan rasa canggung akibat sentuhan Delano tadi.

"Maafin mama sayang, mama ga sengaja."

"Iya ga apa-apa ma,"

"Ayo kita langsung saja." Ajak Suryo dia menggandeng Mitha. Lusi berjalan di belakang kedua orang tuanya di dampingi Delano, Sedangkan Diana berjalan sedikit jauh dari kedua pasangan itu.

"Mama ayo ... " Lusi berhenti dan berbalik, menunggu calon mertuanya. Diana tersenyum melihat kelembutan hati Lusi. Lusi lantas menggandeng tangan Diana hingga mencapai pusara dengan nama Brata Syailendra.

"Ini makam kakek kamu Lusi. Sudah lama beliau menantikan pertemuan denganmu tapi penyakitnya membuat dia harus memupus harapan besarnya bertemu dengan cucunya. Dulu saat ayah mendatangi kalian di semarang, ayah hanya mendapat fotomu dari tetanggamu disana. Kakekmu sangat senang memandangi foto itu Lusi. Bahkan hingga akhir hayatnya hanya fotomu lah yang selalu berada di genggamannya." Ucap Suryo mengenang detik-detik terakhir papanya.

Tanpa sadar Lusi sudah menangis dan bersandar di dada bidang Delano. Awalnya mereka berdiri sedikit berjauhan. Namun setelah mendengar cerita Suryo mengenai kakeknya tubuh Lusi melemas dan Delano dengan sigap menangkap bahu Lusi.

"Percayalah sayang, ayah dan kakek juga keluarga yang lain sangat menyayangimu. Semua yang ayah sambungmu katakan mengenai kami semua hanyalah karangan dia saja. Dia adalah orang yang dibayar nenekmu dulu untuk membawa ibumu menjauh dari kehidupan ayah."

Lusi tersenyum getir dia langsung mendorong dada Delano setelah sadar dengan apa yang telah dia lakukan. Delano hanya mengulum senyum saat melihat wajah Lusi yang memerah.

"Jangan mengambil kesempatan tuan .... "

"Kau bukan pembantuku. Panggil aku dengan benar! Aku ini calon suamimu." Ujar Delano dingin. Dia tak menyukai Lusi memanggil dirinya seperti itu. Seakan memberi batasan pada dirinya.

"Lusi, panggil Delano dengan benar." Tegur Mitha.

"Jangan marahi menantuku Mitha. Lusi hanya belum terbiasa."

"Sudah-sudah ibu, mama tidak baik berdebat di depan makam. Seolah kita tidak menghargai mereka." ujar Lusi, ia merasa perdebatan itu benar tidak ada manfaatnya.

Diana dan Mitha terdiam. Sementara Delano berubah datar, Suryo kembali menatap pusara sangat ayah. Perlahan Lusi mendekat dan berjongkok.

"Kakek, maaf aku baru bisa menemuimu sekarang. Maafkan aku yang tidak bisa hadir disaat-saat terakhirmu. Aku senang memiliki kakek yang menyayangiku. Ku harap kau akan selalu bahagia di sana kakek." Lirih Lusi, gadis itu lalu memanjatkan doa nya dengan khusyuk. Begitu pun yang lainnya. mereka turut menengadahkan tangan mendoakan Brata Syailendra.

Setelah dari makam Brata, Suryo mengajak mereka mengunjungi makam Widya. Suryo sudah meminta orangnya menyiapkan foto Widya dengan Aditya agar Lusiana bisa tahu pria yang akan di hadapinya.

"Ini makam tante Widya sayang ... " Ujar Suryo, Lusi pun kembali mendekat. Dia mengusap foto seorang wanita yang wajahnya mirip dengan dirinya. Bahkan senyumnya sama persis hanya saja mungkin itu Lusi versi jadul.

Lusi menatap pria di sebelah tantenya, alis Lusi bertaut. Semua perubahan raut wajah Lusi diperhatikan oleh Suryo.

"Beliau siapa ayah?"

"Dia suami tante Widya, pria yang sudah membuat tantemu bunuh diri." Mata Lusi membelalak kaget. Pasalnya pria ini adalah orang yang sama yang menemuinya beberapa waktu lalu, dan memesan banyak jas dan kemeja.

"Namanya Aditya Diningrat." Dia juga pria berdarah biru namun dulu status sosialnya jauh di atas kami hingga dia memperlakukan Widya dengan semena-mena, dia membawa wanita lain dalam rumah tangganya, keluarganya semua memperlakukan Widya dengan buruk. Dan puncaknya saat Widya mendapati wanita itu hamil. Widya yang malang memilih mengakhiri kepahitan hidupnya dengan meminum racun serangga."

Lusi menatap makam Widya dengan tatapan nanar. Rasa iba menyeruak di hatinya. Lusi kembali mengingat pertemuannya dengan Aditya. Pria matang itu tampak biasa saja dan ramah. Bahkan Lusi sampai tak merasakan aura intimidasi dari Aditya.

"Jika bertemu dengannya berhati-hatilah Lusi." ucap Mitha yang masih khawatir karena tahu Lusi berhubungan langsung dengan Aditya.

"Iya ibu .... "

Setelah acara tabur bunga di kedua makam itu kini giliran Diana yang memimpin langkah mereka menuju pusara mendianh suaminya Galuh.

Mitha terisak saat tiba di tempat itu. Air matanya tak lagi dapat di bendung.

"Mas Galuh ... " Diana hanya sesekali mengusap bahu Mitha. Ya Mitha memang terbilang dekat dengan Galuh. Bahkan Mitha lah yang menjodohkan Galuh dengan Diana dulu.

"Mas, aku kemari membawa Mitha dan putrinya. Hari ini kami ingin meminta restu. Delano akan segera menikahi putri Mitha." kata Diana.

Lusi hanya terpaku sedangkan Delano menatap sendu pusara ayahnya. Sosok yang telah membangun mental Delano hingga menjadi seperti yang sekarang. Pria yang tidak pernah berbuat kasar pada istrinya. Pria yang sangat-sangat menyayangi keluarganya.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Maaf ya up nya sekarang malem-malem siang beneran ga ada waktu buat nulis. Ini nulis juga kalau anak udah tidur.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian.

Oh iya aku mau rekomendasi karya teman aku judulnya Tentang Rasa. Tinggalkan juga jejak kalian di sini guys.

1
Santimehasari Nst
Luar biasa
Mayus Mayus
Kecewa
Mayus Mayus
Buruk
pipin bagendra
ga ketukar Jeffri dgn Delano thor
ganteng yg JD Jeffry hehehehe
Zerro..BL
pengalaman pribadi😅😅
Zerro..BL
ikut suprt novelnya...👌
Nur Bahagia
nahhh ini baru kerenn 🤩 kalo visual nya Delano imut bener 😁
Nur Bahagia
siapa bu Yayuk? 🤭
Nur Bahagia
tuh kan bener..Glen yg dihubungi Delano
Nur Bahagia
ya iyalah Lusi pasti datang dianterin Delano.. lo aja yg aneh mikirnya aditya 🤦‍♀️
Nur Bahagia
Lusi cocok nih visualnya.. tapi delano terlalu imut banget 😁
Nur Bahagia
Delano nelp Glen 😁
Nur Bahagia
Glen berperan ganda 🤔
Nur Bahagia
jangan2 jessica lagi ngincer regan/delano 🤭
Nur Bahagia
tuh kan.. Hans dan Lidya kompak bener. 🤗
Nur Bahagia
Hans dan Lidya ini bener2 couple goals 🤗
Nur Bahagia
kalo dari judul chapter nya, ini pasti ulah papa Hans 🤣 emang agak lain tuh papa 😅
Nur Bahagia
kayak sinetron 😅🤭
Nur Bahagia
tuh tante.. calon mantu yg kamu bangga2 kan.. ternyata munafik 👻
Nur Bahagia
dua saudara ipar yg sefrekuensi 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!