Godaan Sang Mantan

"Jadi, ini semua ulah Om Vernon?"

Fagan menganggukkan kepalanya. Ia sudah menyelidiki semuanya, dan ternyata Vernon lah yang berada di balik semua kegaduhan ini. Vernon sengaja memanfaatkan Nero untuk menjatuhkan mantan menantunya itu.

Namun tujuan Vernon bukan hanya menghancurkan Keygan saja, tapi juga menjatuhkan Nero secara bersamaan. Keygan dengan kebodohannya sudah menghancurkan hati Shafura. Sementara Nero, orang yang sudah menciptakan penderitaan untuk Shafura.

Fitnahan Nero dan Jovanka yang membuat Keygan membenci Shafura. Walaupun tidak sepenuhnya salah Nero, karena di sini Keygan ikut andil menjadi penyumbang luka terbesar untuk Shafura.

Keygan mengusap wajahnya dengan kasar, sebenarnya bisa saja Keygan membalas perbuatan Vernon. Tapi Keygan urung melakukannya. Bukan karena Keygan tidak memiliki keberanian, namun Keygan memahami alasan Vernon melakukan semua ini.

Shafura adalah kebanggaan Vernon dan juga putri satu-satunya kesayangan Vernon. Jika Keygan berada di posisi Vernon saat ini, sudah pasti sebagai seorang ayah dia tidak akan rela putrinya disakiti siapapun. Dia pun akan melakukan segala cara untuk menghancurkan orang-orang yang sudah berani menyakiti putrinya.

"Lu mau ngelakuin apa sekarang?" Tanya Fagan sedikit hati-hati. "Apa Lu akan membalas---"

"Tidak. Biarkan saja," ucap Keygan dengan yakin. "Gue pantas mendapatkan semua ini," ucapnya lirih.

Mengingat kembali mantan istrinya yang belum sedikitpun hilang dari hatinya, membuat hatinya kembali pilu.

Keygan sadar, dibandingkan dengan rasa sakit yang pernah ia torehkan untuk Shafura, penderitaannya saat ini tidak ada apa-apanya.

Dibandingkan membalas, Keygan akan memilih untuk membiarkan Vernon melampiaskan amarahnya padanya. Mungkin dengan begitu, pria paruh baya itu bisa sedikit memaafkannya.

Fagan cukup terkejut dengan reaksi Keygan saat ini. Sejauh yang Fagan tahu, Keygan memiliki sifat egois yang tidak berbeda jauh dengan Vernon. Kakaknya itu tidak akan terima jika ada seseorang yang berani mengusiknya.

Terlebih lagi berniat untuk menjatuhkan reputasinya. Keygan tidak akan melepaskan orang-orang yang berani bermain-main dengannya.

Namun untuk pertama kalinya, dia membiarkan Vernon yang jelas-jelas bukan hanya ingin menjatuhkan nya saja tapi juga menginginkan kehancuran Keygan.

"Lu yakin, Key?" Sekali lagi Fagan memastikan. Tampaknya pria itu tidak yakin dengan keputusan kakaknya yang menurutnya terlalu mustahil dilakukan seorang Keygan.

"Lu ngeraguin gue, Gan?" Keygan mendelik tak suka pada adiknya yang terlihat jelas sangat meragukannya.

Fagan sebenarnya tahu alasan Keygan melakukan ini, tak lain hanya demi Shafura. Fagan bisa melihat begitu besar penyesalan Keygan pada mantan istrinya itu. Fagan juga tahu diam-diam Keygan selalu mencari keberadaan Shafura.

"Sedikit," ucap Fagan sambil terkekeh. "Gue yakin kalau Shafura tahu Lu berubah kaya gini, dia pasti maafin Lu."

Keygan menoleh menatap Fagan, dia sangat berharap apa yang Fagan katakan memang benar. Shafura mau memaafkannya.

"𝘚𝘩𝘢..." 𝘉𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘒𝘦𝘺𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘦𝘳𝘪𝘵.

Fagan menepuk pundak kakaknya, mencoba memberikan semangat pada Keygan yang matanya mulai berkaca-kaca.

"Apa gue bakal ketemu lagi sama dia, Gan?" Lirih Keygan.

Ia selalu berharap bisa bertemu lagi dengan Shafura. Keygan ingin minta maaf dengan benar pada wanita yang sudah ia sakiti begitu dalam itu.

"Kalau jodoh pasti bertemu," ucap Fagan sok bijak. "Tapi---"

"Tapi apa?" Tanya Keygan penasaran.

"Shafura itu cantik, pasti banyak pria yang menginginkannya."

Deg

Tiba-tiba saja air mata Keygan mengalir deras, dan tanpa diduga pria itu terisak pilu, membuat Fagan menganga nyaris tak percaya.

"Lu jahat banget ngomong kaya gitu, hati gue sakit dengernya, Gan." Keygan pergi begitu saja meninggalkan Fagan yang melongo di tempatnya.

Jantung Fagan mulai berdebar. Namun untuk memastikannya ia menyusul Keygan ke kamar mandi.

"K-Key, Lu gak apa-apa?"

Fagan semakin panik saat mendengar Keygan muntah-muntah di dalam kamar mandi.

Brug brug brug

"Key...!" Fagan yang semakin panik terus menggedor pintu kamar mandi. Namun sampai 15 menit berlalu pun Keygan tak juga membukanya. Sampai akhirnya Fagan pun menghubungi daddynya.

"𝘏𝘢𝘭𝘭𝘰?"

"Dad gawat, Dad!"

Kepanikan Fagan membuat Afkar di seberang sana ikut panik.

"𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘢𝘸𝘢𝘵? 𝘈𝘱𝘢 𝘒𝘦𝘺 𝘥𝘪𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘱𝘰𝘭𝘪𝘴𝘪?" 𝘛𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘈𝘧𝘬𝘢𝘳 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘱𝘢𝘯𝘪𝘬.

Afkar pikir putranya ditahan di kantor polisi, karena sebelumnya Fagan sudah menceritakan jika Keygan di bawa ke kantor polisi. Namun saat Afkar ingin menyusul, Fagan melarangnya dan hanya meminta supaya daddynya itu mengirimkan pengacaranya saja.

"Nggak, Dad. Lebih gawat dari itu."

Hueekkk hueeekkk

Terdengar kembali suara muntah Keygan di dalam kamar mandi.

"Key, buka, Key!"

Fagan kembali menggedor pintu kamar mandi, dan tak lama kemudian munculah Keygan dengan wajah pucat dan terlihat letih.

"Key, Lu gak apa-apa?"

Keygan menggelengkan kepalanya lalu berjalan melewat Fagan. Pria itu duduk dengan tatapan kosong, sementara sudut matanya terlihat kembali berair.

"𝘍𝘢𝘨𝘢𝘯, 𝘒𝘦𝘺 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢? 𝘉𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘦𝘭𝘢𝘴!"

Di seberang sana Afkar kembali berteriak karena Fagan tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Dad, Key sepertinya ketempelan hantu penunggu kantor," ucapnya sedikit berbisik. Fagan takut jika ucapannya itu di dengar oleh Keygan.

"𝘏𝘢𝘩? 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘯𝘨𝘢𝘤𝘰 𝘒𝘢𝘮𝘶!"

Belum sempat Fagan menjawab terdengar suara Keygan meminta sesuatu.

"Fagan, beliin gue asinan bogor. Tapi harus dari Bogor nya," celetuk Keygan.

"Daddy denger sendiri, kan? Hantunya minta asinan dari Bogor nya langsung."

Di seberang sana Afkar menganggukkan kepalanya. Dia juga mendengar suara Keygan karena Fagan mengaktifkan loudspeaker panggilan.

"𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺 𝘬𝘦 𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨."

Entah itu benar atau tidak namun Afkar tetap mengiyakan putranya. Sebenarnya Afkar tidak percaya sedikitpun dengan perkataan Fagan, apalagi tentang hantu yang menurutnya tahayul. Namun entah mengapa Afkar merasa sejak tadi perasaannya tidak tenang, mungkin ada hubungannya dengan apa yang terjadi pada Keygan saat ini.

"Masa iya ketempelan hantu kantor, seumur-umur aku tidak pernah dengar ada hantu di kantor."

...----------------...

Akhir-akhir ini Shafura terlihat jauh lebih bahagia. Dia juga begitu menikmati kehamilannya. Shafura bersyukur tidak pernah lagi merasa mual, namun beberapa hari ini ia begitu merindukan Keygan.

Anneliese pernah menyarankan untuk menghubungi Keygan, karena mommynya itu yakin bayi yang ada dalam kandungan Shafura menginginkan kehadiran Keygan. Namun seolah semesta tidak mengijinkan, karena Shafura kehilangan ponselnya.

Ditambah lagi rasa bencinya pada pria itu masih begitu besar membuat Shafura enggan untuk menghubunginya.

"𝘕𝘢𝘬, 𝘮𝘰𝘮𝘮𝘺 𝘮𝘰𝘩𝘰𝘯 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘳𝘪𝘯𝘥𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘥𝘥𝘺 𝘬𝘢𝘭𝘪𝘢𝘯."

Shafura mengusap perutnya yang masih rata, air matanya tiba-tiba mengalir membayangkan Keygan yang sudah bahagia bersama wanita lain.

"Dia pasti sudah bahagia dengan wanita itu. Mereka juga pasti sudah punya anak sekarang."

Vernon menghembuskan napasnya kasar, ia tidak sengaja mendengar gumaman putrinya. Rasa bersalah sempat terbersit di hatinya, namun keegoisan kembali membuatnya menutup mata.

"𝘈𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘤𝘢𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘥𝘥𝘺 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘵𝘸𝘪𝘯𝘴? 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘨𝘢𝘬 𝘳𝘦𝘭𝘢 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘴𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘥𝘥𝘺 𝘤𝘶𝘤𝘶𝘬𝘶."

𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥