Asyh, gadis belia yang pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Baru saja sampai ke Negara Paman Sam itu. Asyh sudah menyaksikan kejadian yang membuat hatinya begitu terluka yakni dang kekasih berselingkuh dengan wanita lain.
Lari dari pria 'jahat' itu adalah pilihan Asyh satu-satunya. Dengan segala kekecewaannya, Asyh berlari hingga ke basement apartemen sang kekasih dan malah tidak sengaja menyaksikan sebuah adegan pembunuhan keji.
Asyh dilepaskan oleh dua orang pria yang melakukan pembunuhan itu. Sayangnya, tanpa ia sadari semua itu adalah awal 'kehidupan barunya'.
WARNING!!!
Terdapat Unsur Dewasa dan Adegan Kekerasan di Beberapa Bab!
Harap Bijak Memilih Bacaan dan Bacalah Sesuai Dengan Usia Anda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memiliki Tanpa Mencintai
"Bangunlah!" Xello mengguncang tubuh Xela dengan sedikit kuat.
"Engh..." Xela melenguh pelan dan perlahan membuka matanya.
"Indah sekali!" Xello membatin saat kedua mata Xela terbuka sempurna.
"Ma maaf." Xela gelagapan dan langsung turun dari ranjang lalu berdiri menunduk di depan Xello.
"Bersihkan dirimu! Aku tunggu di bawah!" Xello dengan suara sedikit meninggi.
Xela segera berjalan terburu-buru masuk ke dalam kamar mandi setelah Xello keluar dari kamar itu.
Tiga puluh menit kemudian Xela telah selesai dengan semuanya dan langsung berlari terburu-buru keluar dari kamar Xello dan menuruni tangga.
"Akhhh..." Xela memekik kuat saat ia tidak sengaja tersandung kakinya sendiri.
Xello yang kebetulan berdiri tak jauh dari tangga langsung berlari dan menyambutnya.
GLEP
Xello berhasil meraih Xela dan memeluk pinggangnya.
Mata Xela memejam kuat karena takut.
"Kau aman sekarang!" Xello melepaskan tangannya dari pinggang Xela dengan berhati-hati.
"Te terima kasih." Xela membungkuk beberapa kali.
"Berikan alamatmu! Aku akan mengantarmu pulang!" Xello dengan tatapan tajamnya.
"Tapi ... " Xela menghentikan perkataannya dan memegangi lehernya yang masih terdapat bekas cekikan Xello tadi malam.
"Ya sudah! Kau tinggal di sini sampai bekas itu hilang!" Xello hendak beranjak meninggalkan Xela.
"Tuan! Aku mohon jangan sakiti Asyh! Jangan rusak kebahagiaannya!" Xela mengumpulkan keberaniannya memeluk Xello dari belakang.
Xello tersenyum licik.
"Baik! Tapi semua tergantung bagaimana sikapmu padaku! Aku tidak melakukan segala sesuatu dengan gratis." Xello dengan nada mencekam.
Xela sontak melepaskan pelukannya.
"A apa maksudnya, Tuan?" Xela bertanya takut.
Xello berbalik dan mendekati Xela.
Tangannya terulur memegang dagu Xela dan mengangkat wajahnya hingga tatapan mereka bertemu.
"Apa yang aku maksud? Kau akan tahu nanti!" Xello menampilkan seringaian menakutkan.
Xello melepaskan tangannya dengan sedikit kasar.
"Masak sendiri apa yang ingin kau makan! Rumah ini tidak ada pelayan." Xello pun beranjak meninggalkan Xela sendirian.
Fuh....
Xela menghembuskan nafas lega. Setidaknya pria iblis itu pergi untuk saat ini, pikirnya.
"Gimana Asyh bisa menjalin hubungan dengan orang kayak gitu? Adiknya aja udah kayak gitu, apalagi kakaknya?" Xela bergidik ngeri membayangkan Asyh juga dikasari oleh Arlen.
"Sabar Xel! Kamu harus jagain Asyh dan kebahagiaannya. Dia sahabat kamu satu-satunya dan orang satu-satunya yang mau berteman sama kamu." Xela berbisik menguatkan dirinya sendiri.
Xela beranjak mencari dapur agar bisa membuat sesuatu untuk ia santap sesuai perintah Xello.
••••••••••••••••
"Kenapa sih ini anak belum angkat telfon aku juga?" Asyh bergumam sambil mondar-mandir gusar sementara Arlen sedang mandi di dalam kamar mandi.
"Xel, angkat dong ah! Jangan bikin khawatir gini!" Asyh tidak berhenti berusaha untuk menghubungi Xela.
Tap
Tap
Tap
Asyh mendengar suara langkah kaki melewati kamarnya.
"Xello?" Asyh bergumam dan memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan ternyata benar.
Xello baru saja melewati kamarnya dan masuk ke dalam kamar Xello sendiri.
"Kalo aku tanya, nanti dia gila lagi. Tapi kalo enggak nanya, aku khawatir sama Xela. Tanya aja!" Asyh memutuskan untuk melangkah ke arah kamar Xello dengan segala keberaniannya.
Tok tok tok
Asyh mengetuk pintu kamar Xello.
"Ada apa?" Xello bertanya dengan dingin setelah membuka pintu.
"Ehm...itu..Apa Xela sudah selamat sampai di rumahnya?" Asyh bertanya dengan menundukkan kepalanya.
"Ehm..." Xello berdehem dingin dan kembali menutup pintu kamarnya.
Asyh berjingkrak bukan karena bahagia melainkan kesal dengan jawaban Xello yang sama sekali tidak mengurangi rasa khawatirnya.
"Awas aja kalo sampe Xela kenapa-kenapa!" Asyh mengangkat tangannya seolah hendak meninju pintu kamar Xello.
Akhirnya ia memutuskan untuk turun ke bawah terlebih dulu dan menunggu Arlen di ruang makan.
Di ruang makan pun Asyh tidak berhenti mencoba menghubungi Xela, sayangnya benar-benar tidak dijawab sekalipun oleh Xela.
"Mau kemana lagi dia?" Asyh bergumam bingung saat melihat Xello lewat dengan membawa koper besar dan sudah berganti pakaian.
"Sayang, ada apa?" Arlen bertanya penasaran melihat Asyh memanjangkan lehernya melirik ke arah pintu keluar.
"Ah..em..tidak. Tadi adikmu pergi dengan membawa koper besar." Asyh menjawab dengan salah tingkah, takut Arlen salah paham.
"Biarkan saja dia! Mungkin dia sudah berpikir jernih." Arlen dengan santai duduk di samping Asyh dan menikmati makanan yang sudah disiapkan pelayan untuk mereka.
"Tapi aku khawatir dengan Xela. Dia tidak menjawab panggilan dariku meski hanya sekali." Asyh menunduk sedih.
"Mungkin dia sedang sibuk menyiapkan segala sesuatu keperluannya untuk kuliah. Jangan terlalu khawatir!" Arlen mengusap lembut punggung Asyh.
"Benar juga. Semoga saja seperti yang kau katakan." Asyh sedikit bernafas lega dan mulai ikut menyantap sarapannya.
"Hari ini aku akan kerja lembur. Ada sesuatu yang harus aku siapkan. Kau tidak apa kan jika pulang nanti dijemput Zerick?" Arlen bertanya dengan lembut.
"Tidak apa asalkan kau tidak marah-marah nanti." Asyh menggoda kekasihnya itu.
"Untuk saat ini hanya dia yang bisa aku percaya." Arlen tersenyum lembut pada kekasih kecilnya itu.
"Ya sudah. Aku sudah kenyang." Asyh kemudian meneguk segelas susu yang selalu disiapkan untuknya.
"Ayo, kita berangkat sekarang." Arlen menggenggam lembut tangan Asyh dan membawakan tas kuliah Asyh.
••••••••••••••••
"Kemana gadis itu?" Xello bergumam saat tidak melihat Xela ada di dapur.
"Awas saja jika sampai dia berani coba-coba kabur dari sini!" Xello menyeret kopernya menuju ke kamarnya.
Ceklek
Xello membuka pintu kamarnya dan pandangannya langsung tertuju pada Xela yang sedang berdiri di balkon luar kamarnya.
Meski hanya tampak belakang, namun terpaan angin membuat gadis itu tampak begitu cantik.
"Apa dia mencoba menggodaku?" Xello bergumam dengan percaya diri.
Kaki Xello otomatis melangkah mendekati Xela, begitupun kedua tangannya yang otomatis terulur untuk memeluk tawanannya itu.
"Bolehkah aku memilikimu meski tanpa cinta diantara kita?" Xello berbisik nakal di telinga Xela.
Tanpa disangka-sangka, Xela mengangguk.
"Tapi jangan sakiti Asyh!" Dan ternyata Xela tetap memberi syarat.
Xello sontak membalikkan gadis itu hingga mereka berhadapan.
"Kenapa kau begitu ingin melindunginya?" Xello bertanya kesal.
"Karena dia sahabatku! Dia satu-satunya orang yang mau berteman denganku tanpa memandang fisik jelekku." Xela menunduk sedih.
"Fisik jelek? Maksudmu apa?" Xello bertanya bingung.
Di mata Xello, gadis di depannya ini tampak cantik dan memikat meski tidak secantik Asyh, menurutnya.
"Itu tidak penting. Kau hanya perlu menyetujui syaratku dan kau bisa lakukan apapun yang kau inginkan padaku!" Xela berusaha untuk beranjak dari hadapan Xello, namun Xello kekeh menahannya.
"Katakan yang sejujurnya!" Xello sedikit membentak membuat Xela memejamkan matanya.
"Jangan takut! Jika kau tidak berbuat salah, aku juga tidak akan menyakitimu!" Xello memegang dagu Xela dengan lembut.
"Tidak ada yang special tentangku selain aku dulunya buruk rupa dan sekarang menjadi cantik karena operasi." Xela nekat pergi dari hadapan Xello.
"XELA!"
...~ TO BE CONTINUE ~...
pelakor dilaknat dan dibinasakan
sedangkan
pebinor bebas berbuat semuanya dan diperlakukan lembut, kesalahan beres begitu saja, bahkan pebinor diperlakukan sangat lembut melebih sang suami
ini pemikiran menjijikan dari wanita jablay dan munafik yang dibawa kedalam novel