Dania dan Alvin menjalani pernikahan palsu, kebahagiaan mereka hanya untuk status di media sosial saja, pelarian adalah cara yang mereka pilih untuk bertahan, di saat keduanya tumbuh cinta dan ingin memperbaiki hubungan, Laksa menginginkan lebih dari sekedar pelarian Dania, dan mulai menguak satu demi satu rahasia kelam dan menyakitkan bagi keduanya,
Apakah Dania dan Alvin masih bisa mempertahankan rumah tangganya? Atau memilih untuk menjalin dunia baru?
Ikuti kisah cinta Dania dan Alvin yang seru dan menengangkan dalam cerita ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noesantara Rizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30 Kejujuran Dalam Kebohongan
Angin sepoy-sepoy menyapa Dania dan Alvin yang masih termenung, keduanya masih berupaya merangkai kata agar tak menyakiti. Kejujuran selalu mampu menggores hati, membuatnya menangis, namun kenyataan itu pada akhirnya membawa mereka jauh lebih dalam sebagai suami istri yang bahagia.
Sebenarnya, Dania sendiri masih ragu apakah kejujurannya menikah dan bertahan dengan Alvin memang harus diungkapkan, walau dia sendiri yang memintanya, namun alasan itu terlalu menyakitkan.
“Bagaimana kalau setelah kita jujur masing-masing, ternyata kita saling tersakiti? tanya Alvin menghela nafas seakan ingin menikmati sejuknya udara yang membuatnya tenang.
“Bukankah kita selama ini sudah saling tersakiti?” jawab Dania yang menundukkan kepala, dia sendiri juga sedang mempersiapkan kata agar Alvin bisa menerima alasannya.
“Baiklah, aku akan memulai duluan!” jawab lelaki itu.
Alvin butuh waktu 5 menit untuk mampu mengungkapkan semuanya, dia sedang memilah, mana yang harus diceritakan dan masih disembunyikan, kemudian merangkai rencana agar terlihat sebagai kejujuran, tanpa harus menyakiti satu sama lain.
“Lebih baik seperti itu,” kata Alvin dalam hati.
“Aku memang berselingkuh dengan Nia, dan hubungan ini sudah lama sekali, bahkan sebelum kita menikah,” kata Alvin
Seperti dijatuhi bom dengan daya ledak besar, Dania menangis mendengarnya. Dia memang sudah tahu kebenarannya, namun kejujuran dari suaminya ternyata membuat pertahanannya sangat rapuh dan sulit dikendalikan.
“Sejauh apa hubungan kalian?” tanya Dania yang mencoba menahan air mata itu agar tidak jatuh lebih deras.
“Hubungan kami…” Alvin menundukkan kepala, matanya melirik sana sini mencari kata yang tepat, “hubungan kami…” dia menggigit bibirnya karena bingung harus mengatakan seperti apa.
“Bagaimana hubungan kalian, Mas?” Bentak Dania sambil menggebrak kursi, tangisannya semakin deras hingga membasahi pipi.
“Apakah kalian sudah menikah di belakang aku? Dan Ayah tidak tahu?” lanjut Dania.
“Atau bahkan kalian sudah mempunyai anak?” gertak Dania.
“Enggak… kami tidak menikah dan belum punya anak,” jawab Alvin sedikit terburu-buru agar Dania tidak menyerangnya dengan pertanyaan lagi.
“Maafkan aku Dania, masih ada yang harus aku simpan sampai akhir hayatku,” kata Alvin dalam hati yang menyeka air mata Dania.
Perempuan itu mulai merasakan sesak, kesegaran oksigen di taman itu seakan mulai menghilang. Dia memang sudah banyak mendengar kasus perselingkuhan, orang menangis dan marah di depannya, namun kali ini konsultan keluarga itu merasakannya sendiri.
Dania menutup wajahnya dan mencoba menahan tangisnya agar tak membuat semua orang memperhatikannya. Alvin tahu dia sudah salah, namun semua ini sudah terjadi, dia ingin memeluk Dania hanya saja ditolak oleh perempuan itu.
“Adakah jaminan kamu tidak berbohong, Mas?” tantang Dania.
“Kamu meragukanku?” jawab Alvin mencoba mempertahankan diri.
“Sejujurnya iya, karena tidak semua lelaki akan berkata jujur kalau sudah seperti ini,” kata Dania menghirup oksigen agar tubuhnya bisa dia kendalikan.
“Mereka pasti punya seribu cara agar kebohongan itu tertutup sampai dia mati,”
lanjut Dania, air matanya sudah berhenti, ketegarannya kembali.
“Kamu.. bisa tanya sendiri ke Nila atau cari tahu sendiri, “ jawab Alvin dengan penuh rasa menyesal
Jawaban itu membuat posisi Alvin akan semakin rumit, karena Dania bisa saja melakukan berbagai upaya untuk membuktikannya. Posisinya benar-benar terjepit, hanya saja tidak mungkin kalau harus mengaku sekarang.
“Setelah ini aku harus ketemu dengan Nila, aku harus meyakinkannya membantuku,” kata Alvin dalam hati.
Keduanya kembali tak bersuara, handphone Alvin kembali berdering, Nila terus saja menelponnya tanpa henti. Lelaki itu masih tak mau mengangkat, dia tidak ingin momen ini rusak hingga akhirnya keduanya harus bercerai.
Bukan hanya Alvin, handphone Dania juga berdering, ada telepon dari Laksa serta pesan untuk bertemu karena lelaki itu ingin mengatakan sesuatu penting. Sama seperti suami, didiamkan dan tak membalasnya.
“Sekarang giliranku, siapa lelaki itu?” kata Alvin menginterogasi.
“Dia Laksa, orang yang mengirimkan bukti perselingkuhan kamu dengan Nila,” jawab Dania yang kini mulai tenang.
“Kalian berdua, punya hubungan?” Pertanyaan kembali berlanjut.
“Tidak, karena aku tidak mengenal dia sebelumnya,” jawab Dania yang kembali mematikan handphonenya.
“Jadi dia juga yang membuat berita di media sosial itu?” tanya Laksa yang kini berdiri dan menaruh kedua tangannya ke dalam saku.
“Iya, dia yang melakukannya,” kata Dania.
“Aku harus lebih berhati-hati, dia bisa saja merusak.rencanaku!” kata Alvin dalam hati.
Dania bangkit dari duduknya, “Sebenarnya, kejujuran yang ingin aku ungkap adalah…?”
Alvin membuka handphonenya, dia merasa risih karena terus berbunyi tanpa henti. Nila.mengirim pesan sangat banyak, dan di akhir dia mengirimkan foto Aksa masuk rumah sakit.
Mata Alvin meloto melihat kondisi Aksa, hanya saja dia langsung tersadar kalau ada Dania, “jangan panik, tenang…. “ lelaki itu memikirkan bagaimana cara agar bisa pergi ke Rumah Sakit tanpa Dania curiga.
“Kamu kenapa mas?” tanya Dania yang memegang bahu suaminya dan melihat kepanikan di wajahnya.
“Mas?” lanjut Dania yang sedikit mengguncang bahu suaminya.
“Iya?” tanya Alvin yang tersadar dia harus segera memberi jawaban ke Dania.
“Kamu kenapa?” tanya Dania lagi.
“Aku harus ke kantor ada hal urgent yang harus aku kerjakan,” jawab Alvin spontan kedua matanya menutup sebentar sebagai tanda kekesalan karena alasannya memberikan kebohongan baru.
“Ya udah kamu pergi aja!” kata Dania.
“Kamu gimana?” tanya Alvin yang memegang bahu Dania.
“Kan ada taksi online, udah sana pergi!” kata Dania yang kemudian mencium tangan Alvin.
Lelaki itu berlari meninggalkan jejak kebohongan yang sedikit tercium.oleh Dania. Perempuan itu masih melihat suaminya,perlahan mengecil lalu menghilang dari pandangan, dia kemudian duduk lagi.
“Mas Alvin belum sepenuhnya jujur!” kata Dania.
“Tetapi, aku juga melakukannya,” lanjutnya.
Perempuan itu sekali lagi menghirup nafas panjang, menikmati oksigen yang melimpah, menghidupkan kesegaran agar bisa menyelesaikan masalah secepatnya. Setelah itu, dia pergi menuju kantor menemui Adwiin, sebagai seorang konsultan keluarga.