NovelToon NovelToon
PELARIAN

PELARIAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Showbiz / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Pembaca Pikiran
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Noesantara Rizky

Dania dan Alvin menjalani pernikahan palsu, kebahagiaan mereka hanya untuk status di media sosial saja, pelarian adalah cara yang mereka pilih untuk bertahan, di saat keduanya tumbuh cinta dan ingin memperbaiki hubungan, Laksa menginginkan lebih dari sekedar pelarian Dania, dan mulai menguak satu demi satu rahasia kelam dan menyakitkan bagi keduanya,
Apakah Dania dan Alvin masih bisa mempertahankan rumah tangganya? Atau memilih untuk menjalin dunia baru?
Ikuti kisah cinta Dania dan Alvin yang seru dan menengangkan dalam cerita ini

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noesantara Rizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 35 Kehancuran Nila

Hari masih pagi, namun petir sudah menyapa Nila seakan mengerti detak jantungnya berdebar sangat kencang. Dia berharap semua rencananya berjalan lancar, namun mendung yang pekat membuat perasaannya tak karuan.

Terlebih hubungannya dengan Alvin juga sedang tidak baik-baik saja membuat pikiran buruk selalu menghantuinya, dia masih mencoba berpikir kalau saja ada plan B, namun apakah itu masih mungkin?

Sebelum berangkat dia kembali cek flashdisk yang akan digunakan untuk acara hari ini. Perempuan itu membaca dengan seksama dan semuanya benar, kemudian mengambil foto dan dikirimkan ke seluruh klien agar melakukannya sesuai rencana.

Belum selesai mengirim pesan Ibu Panti datang sesuai permintaan Nila, untuk menunggu Aksa yang kondisinya mulai membaik, walau masih harus dalam pantauan dokter. Nila memasukkan flashdisk tersebut  ke dalam tas lalu mencium kening Aksa, kemudian pergi membawa laptopnya ke kantor, jantungnya mulai berdetak tak beraturan, perasaannya semakin kacau, “Semoga semesta mendukungku kali ini.”

Mobilnya melaju meninggalkan area parkir, masuk ke jalanan yang sesak oleh mobil plat putih, pikirannya mulai bekerja sembari mengamati kanan kiri, berbagai kemungkinan mulai dipetakan.

“Hal terburuk adalah….” katanya yang melirik traffic light lalu menginjak pedal gas menuju ke kantor.

Suasana lobby kantor tampak riuh, beberapa media datang untuk meliput momen hari ini. Mereka tampak berlalu lalang ke ballroom, sesekali mewawancarai petinggi perusahaan, termasuk para pemegang saham.

“Apakah keputusan ini sudah tepat? Mengingat Ibu Nila adalah orang yang sangat berkompeten?” tanya salah satu pihak media yang membawa alat perekam.

“Kompeten saja kalau attitudenya buruk bagaimana, merugikan juga kan?” jawab pemegang saham.

Nila sudah tiba di kantor, dia menghela nafas beberapa kali sembari menyiapkan diri untuk acara hari ini. Perempuan itu keluar dari mobil dan berjalan menuju ke ballroom, ada beberapa wartawan mendekatinya, namun Nila tak menjawab dan memilih untuk mempercepat langkahnya dia membuka tasnya dan memastikan flashdisk itu ada.

Namun, tanpa sengaja dia menabrak seorang lelaki memakai masker dengan jas hitam hingga tubuhnya terhuyung dan hampir jatuh, beruntung lelaki itu bisa menangkapnya.

Tas yang di bawa Nila terjatuh, salah satu wartawan mendorong tas Nila jauh ke arah petugas kebersihan yang sedang mengepel, dia ambil lalu di masukkan ke dalam box peralatan pel. Wartawan itu mengambil tas yang sama persis dengan milik Nila.

“Maaf saya nggak lihat!” katanya.

“Iya,” jawab Nila singkat, 

“Ini tasnya, Bu!” kata wartawan tersebut memainkan matanya kepada lelaki itu, dan memberi jempol ke petugas kebersihan sebagai tanda rencana itu berhasil.

Jarum jam di Ballroom menunjukkan pukul 9 pagi, waktunya telah tiba. Nila duduk di bagian paling depan, matanya mulai melihat kanan kiri, mencari para klien yang sudah di temuinya, “Yakin, semua berjalan lancar,”

Acara di mulai dengan pembukaan, doa, dan pengumuman akan mundurnya Nila serta naiknya pemimpin baru. Perempuan itu masih menunggu, mengapa klien penting tidak melakukan protes sesuai keinginannya.

“Apa mereka mau main-main denganku?” kata Nila yang berdiri dan menghampiri pembawa acara.

Dia membisikkan, “Berikan saya waktu 5 menit, saya ingin ucapan perpisahan,” pembawa acara tersebut mengangguk.

Nila menuju ke ruang audio dan visual, dia memberikan sebuah flashdisk kepada petugas, “Ketika saya menyampaikan kalimat perpisahan, nanti tolong diputar ya!”

Acara pelantikan pemimpin yang baru sudah masuk sesi akhir, pembawa acara mempersilahkan Nila naik ke atas panggung memberikan waktu untuknya mengucapkan salam.perpisahan.

Nila naik ke atas panggung melihat semua kamera, tatapan mata yang tersenyum sinis menyorot dirinya, “Kalian yang menginginkan ini, jadi jangan salahkan saya!” katanya dalam hati.

“Baik disini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semuanya, karena telah membantu saya selama ini,” kata Nila yang matanya masih mencari klien yang akan melakukan protes. “Sebelum saya akhiri, saya akan berikan satu slide penting yang harus Anda semua saksikan,” lanjut Nila yang mulai menghadap ke layar.

Senyum yang seharusnya terkembang, berubah seketika, mata Nila melotot, bibirnya terbuka, tangan kanannya menutup bibir tersebut. Slide yang seharusnya berisi laporan tentang adanya penggelembungan dana di sejumlah proyek berubah menjadi foto dirinya bersama dengan Alvin yang mesra, dan laporan mengenai dugaan korupsi.

Nila menggelengkan kepala dan berjalan mundur, “Maaf… ini bukan slide yang sesungguhnya,”

Nila kembali mencari seseorang yang bisa membantunya, “Pihak keuangan, tolong jelaskan yang sebenarnya?”

Pihak keuangan itu berdiri, “Beberapa hari lalu, saya dihubungi oleh Ibu Nila untuk menyampaikan laporan palsu!” kata pihak keuangan.

“Saya memang diancam oleh beliau, namun saya tidak takut karena kebenaran harus terungkap,” lanjutnya.

Nafasnya mulai terasa sesak, Nila menggeleng kepala beberapa kali, “Bohong!!! Bukankah kamu yang ingin mengungkap kebenaran ini, tetapi mengapa sekarang sebaliknya?” kata Nila yang mencoba melawan.

“Bu, maaf saya tidak bisa mengikuti kemauan ibu!” katanya.

Semua orang yang ada di sana mulai membicarakannya, “ternyata dia beneran berselingkuh, selain itu korupsi lagi?”

“Sudah kamu turun dan pertanggung jawabkan semuanya di polisi,” teriak salah satu pemegang saham.

“Saya akan ingat kejadian hari ini, dan saya akan tuntut balas ke kalian semua!!!” kata Nila yang menunjuk semua orang disana.

Perempuan itu turun dari panggung dengan begitu banyak hujatan dari seluruh peserta, bahkan ada juga yang menyiramnya dengan air sebagai bentuk kekesalan. Beberapa wartawan juga ikut melempar pertanyaan mengenai apa maksud slide tersebut 

Nila berjalan keluar dengan menutup wajahnya dengan tasnya. Air matanya keluar, kesal dan geram karena semua rencananya gagal total, dan sekarang dia harus menghadapi rasa malu serta pertanyaan dari seluruh orang.

Sementara itu, salah satu klien yang sempat diancam Nila sedang mengangkat telepon, “Terima kasih pak, senang bekerja sama.dengan Anda,”

Klien itu menutup teleponnya, dia begitu gembira karena posisinya aman, dan tidak perlu lagi takut karena Nila sudah tersingkir. Semua itu karena Pak Dhanu yang mengajak kerja sama dengannya 12 jam sebelum acara hari ini.

Setelah Pak Dhanu keluar dari ruangan Nila, dia mencari tahu apa yang akan dilakukan perempuan itu, ternyata informannya menemukan informasi kalau Nila sedang mengancam para klien penting agar menolak keputusan itu.

Lalu, Pak Dhanu menemui salah satu dari mereka dan mengajak kerja sama, “Aku akan manipulasi laporan itu, kamu hanya tinggal mengatur bagaimana dia bisa menerimanya tanpa curiga, dan buat semua klien itu bungkam, bagaimana?”

Keduanya mencapai kata sepakat, dan klien tersebut menghubungi seseorang, serta mengatur beberapa wartawan agar tabrakan itu terjadi, hingga akhirnya orang suruhan itu bisa mengganti flashdisk itu dengan mudah.

Pak Dhanu juga menghubungi pihak keuangan, dia memberikan laporan palsu yang awalnya di tolak, namun punya kuasa, “Boleh saja kalau kamu mau mengungkap kebenaran di momen itu, namun kalau kebenaran soal kamu ikut terungkap?”

“Kebe…naran apa?” tanyanya.

“Aku tahu, kalau sebenarnya anak kamu terlibat dalam bisnis narkoba, tetapi kamu menyembunyikannya agar tidak ditangkap polisi,” kata Pak Dhanu yang memberikan sebuah rekaman.

Orang itu diam saja dan menundukkan kepala, dia berada dalam kebimbangan besar, mana yang harus dilakukannya. Di satu sisi ini adalah momen tepat namun, di sisi lain dia tidak ingin anaknya masuk penjara .

“Kalau saya mau bekerja sama, Anda berjanji tidak akan melanjutkan kasus ini dan menganggapnya tidak ada?” kata Orang itu 

“Tergantung, kalau kamu bisa diajak kerjasama bolehlah, tapi kalau sebaliknya apa boleh buat?” kata Pak Dhanu yang mulai menghidupkan rokoknya 

1
Ratih15
Seruu bangett kak ceritanya sukakk, semangat updetnyaa yaa kak. kalau boleh dibantu juga komen dan likenya di cerita aku "Cinta Dalam Dosa". Saling support yuk kak terimakasih 🥰❤
Noesantara Rizky: Alhamdulillah kak
oke siap nanti di gas lah
total 1 replies
Alida
Ngakak terus!
Noesantara Rizky: ngakak kenapa kak?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!