Seorang CEO yang tak sengaja mendapatkan amanah dari korban kecelakaan yang ditolongnya, untuk menyerahkan cincin pada calon pengantin wanita.
Namun Ia malah diminta Guru dari kedua mempelai tersebut untuk menikah dengan mempelai wanita, yang ditinggal meninggal Dunia oleh calon mempelai pria. Akankah sang CEO menikah dengan mempelai wanita itu? Akankah sang mempelai wanita setuju Menikah dengan sang CEO?
Dan sebuah masalalu yang mempelai wanita itu miliki selalu mengganggu pikirannya. Kekhawatiran yang ia rasakan selalu menghantui pikirannya. Apakah masalalu yang menghantui pikiran mempelai wanita itu?
Cerita ini hanya khayalan Author, jika ada kesamaan tokoh, kejadian itu hanya kebetulan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebutir Debu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Genggam Erat Berlian itu Bram
Dokter Krisna merupakan sepupu dari Bram. Ia telah duduk di balik kemudi dan pintu mobil masih terbuka. Satu tangan Bram diatas mobil dan satu tangan lainnya memegang pintu mobil sepupunya itu.
Krisna yang masih penasaran bagaimana Bram bisa menikah dengan wanita yang ia sangka pembantu yang berwajah cantik. Krisna menyeringai sambil mengejek Bram.
"Kau terpaksa menikahinya karena sudah meniduri nya? Kali ini selera mu cukup unik."
Bram mendorong kepala dokter umum di rumah sakit yang juga terdapat saham keluarga Pradipta cukup besar dirumah sakit swasta itu.
"Breng sek kau. Kau pikir aku menyukai gadis macam dia!"
"Wow. Jadi dia masih gadis dengan status istri orang? Apa jangan-jangan gosip yang beredar betul? kau dan Rafi.....!"
"Braaak!"
Pintu mobil ditutup oleh Bram dengan kasar.
"Cepatlah pulang Tante Karin menunggu mu. Kalau kau menyukai dia tunggu setelah dia tidak lagi menyandang nama Pradipta dibelakang namanya!"
"Terlepas alasan mu menikahi nya. Aku tertarik dengan wanita yang katanya tidak tertarik pada wajah tampan mu Bram."
Dokter itu tersenyum melihat raut wajah Bram yang kian tak sedap dipandang. Pintu kaca mobil ditutup, lalu mobil itu meninggalkan rumah mewah nan megah itu.
"Tuan, ditunggu Tuan Erlangga di dalam."
Bram kembali membuang napas nya dengan kasar dan menarik rambut hitamnya seolah ada sesuatu yang ingin ia lepaskan di kepala nya.
Bram berjalan memasuki ruang utama. Terlihat pak Erlangga duduk di sofa Bludru berwarna cream dengan melipat tangannya di depan dada. Bram memilih duduk di sofa yang berada di seberang Pak Erlangga.
"Kemari Bram."
Pak Erlangga meminta Bram duduk didekatnya. Duduk di satu sofa yang sama. Bram mendengar nada bicara yang cukup lembut akhirnya menuruti kemauan lelaki yang merupakan ayah biologisnya itu.
"Papa akan merayakan pesta yang sama dan dihari yang sama untuk Bambang."
Bram tak berekspresi mendengar hal membuat hatinya hangat. Rasa rindu dengan adiknya yang telah menjauh dan pergi dari kehidupan keluarga Pradipta, itu sungguh membuat lelaki yang merupakan anak sulung di keluarga Erlangga Pradipta itu sering emosi karena sang ayah masih tidak mengizinkan sang anak pulang dan berkumpul bersama keluarga.
"Kapan papa akan menjemput Bambang dan Rani?"
"Secepat mungkin tapi dengan satu syarat."
Satu alis Bram terangkat mendengar satu kalimat dari papanya.
"Syarat?"
"Papa akan menerima Rani menjadi menantu papa dengan syarat kamu pun menerima Ayra. Jangan pernah kamu ceraikan Ayra."
"Ckckck. Sungguh papa tidak punya hati! Bagaimana Papa lebih memikirkan wanita yang baru Papa kenal itu daripada Papa memikirkan perasaan darah daging Papa sendiri"
Pak Erlangga mencoba menarik napas dalam dan menghembuskan nya dengan dengan pelan. Kening lelaki yang masuk 60 tahun itu tampak berkerut.
Ia merangkul putra sulungnya.
"Papa ini sudah tidak muda lagi. Pengalaman Papa bertemu banyak orang, sejauh ini belum pernah Papa temui wanita dan juga istri seperti Ayra."
Pak Erlangga mengeluarkan sebuah liontin yang terdapat butiran Berlian didalamnya dari dalam saku.
"Kamu seperti menemukan Berlian di dasar laut dan yang tidak paham tentang perhiasan akan mengatakan bahwa Ayra hanya lah sebuah batu kasar, namun ternyata dia adalah Berlian yang terbungkus oleh lumut. Kamu hanya perlu menggenggam nya, hingga kamu bisa melihat kilauan nya yang cemerlang dan memberikan kesan refleksi cahaya. Jangan tunggu hingga genggaman mu terbuka Bram. Lalu ia jatuh ke tangan orang lain."
"Aku tidak berjanji pa. Aku tidak memiliki rasa apapun pada Ayra. Apakah mungkin sebuah pernikahan bisa dipertahankan tanpa rasa cinta?"
"Lihat Ayra, apa dia juga mencintai mu? Papa rasa tidak, tetapi dia mau berusaha untuk menerima pernikahan kalian dia mau mencoba untuk mencintai mu. Papa merasa gagal menjadi orang tua ketika melihat Bambang dan Beni. Harapan papa tinggal kamu, maka Papa akan coba melupakan masalalu dengan keluarga Kuncoro. Besok Papa. akan menjemput Bambang dan istrinya."
Bram menoleh ke arah pak Erlangga tak percaya. Bagaimana bisa lelaki yang begitu menaruh rasa sakit hati dan dendam kepada keluarga besar Rani yang tidak lain adalah adik iparnya, bisa berubah menjadi lunak bahkan rela menjemput sang adik bersama istrinya.
"Apa pesona mu Ayra, kenapa Papa bisa begitu lembut hatinya hanya karena kehadiran kamu."
"Aku akan mencoba Pa. Tapi aku tidak janji!"
"Berjanji satu hal saja. Jangan pernah kau ucapkan kata cerai dari mulut mu. Satu itu saja Bram. Satu hal yang Papa minta selama kamu menjadi anak papa."
Bram tak menjawab dan tak bereaksi. Hanya tatapan mata kosong dari wajahnya. Hatinya masih sakit dikhianati wanita yang merupakan kekasihnya selama 2 tahun terkahir ini mengkhianati dirinya. Dan kini ia harus terikat pernikahan dengan seorang wanita yang baru dikenalnya, ditambah Papa dan Mamanya seperti telah bertemu lama dengan wanita itu.
"Kita lihat saja nanti."
"Lelaki itu yang dipegang ucapan nya Bram."
"Baik, tapi berikan juga Beni separuh saham di Pradipta Group?"
"Untuk seorang menantu yang rasa anak, papa bahkan rela menukar nya dengan Seluruh saham Pradipta group. Besok suruh Rafi mengurusnya. Dan minta Rafi buat 15 % saham atas nama Ayra. Semua akan di umumkan di hari pernikahan mu."
Deg!
"Sihir apa yang kau bawa Ayra hingga Papa bisa menjadi air yang mengikuti aliran sungai disaat ia adalah sebongkah gunung es."
soalnya saya banyak kenal orang dari berbagai daerah meskipun pernah mondok, tp tidak sedetail itu tau tentang najis
mau komen keseeell.. ternyata udah ada yg mewakili😆