NovelToon NovelToon
Anhe : Teratai Air Yang Damai

Anhe : Teratai Air Yang Damai

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sri Wulandari

Anhe gadis yang telah di besarkan dalam lingkaran kegelapan. Hanya mengerti akan pembunuhan, membantai tanpa henti, tugas mematikan yang siap datang setiap waktu. Tanpa di duga gadis itu terbunuh saat menghadapi musuh besarnya. Dia bangkit kembali menjadi seorang gadis muda yang masih berusia lima belas tahun. Gadis dengan tubuh lemah, sakit-sakitan dan terbuang.
Anhe terlahir kembali sebagai putri kelima orang yang hampir dia bunuh. Di menit terakhir Tuan besarnya meminta untuk mundur dan pembunuhan di hentikan. Sehingga keluarga itu selamat dari pembantaian. Dan kini dia harus menjadi salah satu dari Putri perdana menteri pertahanan itu sendiri. Terjerat dalam skema keluarga besarnya bahkan keluarga kerajaan yang saling bertentangan.
Gadis pembunuh itu kini harus siap menghadapi perubahan besar dalam hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelatihan mandiri

Pelayan Bi er datang membawa jahe hangat juga rebusan obat yang masih tersisa. Dengan perlahan pelayan itu membantu Nona mudanya untuk bangkit. Dia menyuapi Nona mudanya dengan hati-hati baru setelahnya menidurkannya kembali. "Nona saya akan mematikan lampu. Anda harus beristirahat," menarik tali panjang di saling ranjang. Kelambu jatuh menutupi tempat tidur. Pelayan Bi er berjalan menuju ke arah lilin yang ada di setiap ujung ruangan. Dia meniupnya satu persatu dan hanya menyikasan dua saja agar ruangan tidak terlalu gelap. Pelayan itu langsung menata tempat tidurnya. Dia menarik alas tempat tidur yang terbuat dari kayu dan lebih rendah dari tempat tidur Nona mudanya. Setiap dia bangun tidur pelayan Bi er langsung mendorong tempat tidurnya masuk ke dalam kolong tempat tidur Nona mudanya. Sangat praktis dan tidak memakan banyak tempat.

Gadis di balik kelambu menatap ke arah langit-langit kamar seperti biasanya sebelum terlelap dalam tidurnya. 'Tidak bisa seperti ini terus. Bisa-bisa aku mati kembali sebelum berhasil mendapatkan jawaban. Tubuh gadis ini terlalu lembek juga tidak bisa di gunakan dengan baik,' gumamnya dalam hati. Di menit setelahnya dia memejamkan kedua matanya.

Saat pagi tiba, Li Anhe berlari kecil di luar halaman kediamannya. Dia memutar tanam kecil beberapa kali sebelum memutuskan untuk ikut neneknya berdoa di kuil. Dengan pelatihan fisik yang ia lakukan perlahan pasti akan tetap membuahkan hasil maksimal.

"Tidak seperti biasanya kamu ingin ikut nenek untuk berdoa di kuil," Nyonya tua Chao berjalan perlahan di bantu cucunya

Li Anhe mencari alasan yang pas. "Nenek. Aku hanya merasa bosan berada di kediaman. Ingin sekali melihat keadaan di luar."

"Baik, baik. Nenek tentu tidak akan keberatan. Tapi kamu harus memberitahu nenek jika lelah," Menggenggam tangan cucunya cukup erat.

"Baik," Li Anhe mengangguk mengerti.

Setelah sampai di kuil mereka berdoa untuk beberapa saat baru kembali pulang dengan berjalan kaki. Suasana pagi di desa dua perbatasan kota terasa lebih tenang juga tentaram. Banyak penjual yang telah memenuhi jalur utama.

"Hari ini kamu ingin makan apa? Biar nenek membelikan bahannya untuk di masak nanti saat kembali," Nyonya tua Chao berhenti di depan penjual sayuran telah di sebelahnya juga ada penjual daging sapi.

Gadis itu masih melihat ke sekeliling. "Nenek aku ingin makan roti isi daging," menunjuk kearah penjual roti isi daging. Saat penutup di buka bau roti itu menyebar dengan bau yang harum.

"Baik," dia memberikan kantung uang yang ia bawa kepada cucunya. "Nenek akan menunggu di kedai teh itu. Kamu bisa berkeliling mencari makanan yang kamu inginkan bersama Bi er."

"Baik. Nenek terima kasih," Li Anhe berlarian mencari makanan yang ingin dia coba. Saat dia menjadi pembunuh, dirinya tidak pernah bisa menikmati makanan seperti ini. Bahkan tidak mungkin dapat menyentuhnya. Kali ini gadis itu ingin memuaskan semua keinginan yang telah terlewatkan. "Bi er, kesana."

Nyonya tua Chao tersenyum senang melihat cucunya terlihat lebih bahagia dari sebelumnya.

Li Anhe menemui neneknya setelah puas berkeliling hampir dua jam lamanya. Mereka kembali ke kediaman Chao sekitar pukul sepuluh pagi. Sarapan telah tertata rapi di meja besar ruangan makan keluarga. Di ruangan besar itu hanya ada Nyonya tua Chao dan Li Anhe menikmati sarapan mewah.

"Nenek aku sudah kenyang. Aku pergi dulu," memberikan hormat kepada Neneknya lalu pergi menuju halaman kediamannya. Saat sampai gadis itu mulai melakukan perenggangan tubuh lagi. Bahkan mulai mencoba memainkan kayu kecil sebagai pedang di tangannya. Hanya gerakan ringan untuk membuat tubuhnya lebih terbiasa.

Daun perlahan berguguran saat angin bertiup lebih kencang. Gadis di bawah pohon memainkan gerakan menari dengan kayu kecil di tangan yang ia peragakan seperti pedang tajam. Setiap gerakan terlihat sangat pasti juga mematikan. Beberapa kali dia hampir terjatuh karena langkah kakinya mulia lemah. Tapi dia masih berusaha bertahan.

Pelayan Bi er menghadang di pintu masuk halaman kediaman Nona mudanya. Tidak ada pelayan lain atau orang luar yang dapat masuk tanpa seizin darinya. Karena atas perintah Nona mudanya. "Sejak kapan Nona muda bisa bela diri?" hampir tidak mengedipkan kedua matanya. Gerakan indah dari Nona mudanya terlihat bukan secara tiba-tiba. Tapi seperti gerakan yang sudah tertanam di dalam dirinya hanya tinggal menggerakkannya.

"Ha," Li Anhe melompat pelan membuat sentuhan indah saat dia jatuh kembali di tanah. Dia mulai mengatur nafasnya setelah selesai memainkan tarian pedang pembunuh tingkat satu. Setiap dia berhasil membunuh satu musuh. Gadis itu akan di minta rekannya untuk menarikan tarian akhir. Setiap tarian menggambarkan keinginan sang pembunuh yang ingin sebuah kebebasan. Hanya para pembunuh yang bisa melakukannya tanpa sepengatahuan para ketua utama mereka.

Keringat perlahan berjatuhan di keningnya. Mengaitkan kedua tangannya di punggung lalu memejamkan kedua matanya. Cahaya matahari cukup panas namun selalu membuatnya nyaman.

Dengan mata terpejam, Li Anhe menggerakkan tubuhnya kembali untuk berlatih seni bela diri yang ia pelajari sendiri sejak kecil. Di kamp rahasia itu setiap anak hanya di tekan untuk bertahan. Jadi pelatihan hanya di lakukan melalui setiap pertarungan hidup dan mati. Dia membuka kedua matanya saat gerakannya berhenti. Li Anhe berjalan menuju ke bawah pohon menjatuhkan tubuhnya di rerumputan. Pohon besar itu membuat keteduhan saat seseorang berdiam di bawahnya saat siang hari yang terik.

Pelayan Bi er mendekat. Dia juga telah membawakan air minum dan makanan ringan di tangannya. Dia duduk di rerumputan agar bisa menyetarakan dirinya dengan Nona mudanya.

Li Anhe bangkit meminum air di teko dengan beberapa kali tegakan besar. Baru setelahnya dia merebahkan tubuhnya kembali di rerumputan. Dia juga mengambil kacang goreng dari tangan pelayannya. Memakannya sembari melihat langit biru tanpa awan menutupi. Benar-benar sangat indah.

"Bi er, apa kamu pernah mendengar Raja kecil Ying?"

Bi er meluruskan kedua kakinya. "Pernah."

"Bisakah kamu menceritakan ku seperti apa dirinya?" Gadis itu masih penasaran orang yang telah berhasil membunuhnya tanpa pertarungan.

"Ada banyak kabar di ibu kota yang menyatakan jika Raja kecil Ying sangat kejam juga penuh dendam. Banyak gadis di ibu kota sangat takut padanya karena selalu membawa aura menakutkan. Bahkan pernikahannya selalu gagal di jalankan. Empat calon istrinya kabur di tengah jalan bersama laki-laki idaman mereka," pelayan Bi er menatap Nona mudanya. "Apa Nona muda menyukai Raja kecil Ying? Lebih baik anda memutuskan pemikiran ini. Karena keluarga Li tidak pernah memiliki dendam dengan Raja kecil Ying."

Li Anhe bangkit, "Dendam?" dia mengambil kacang goreng dari tangan Bi er lalu memakannya.

"Iya. Raja kecil Ying pernah membuat tuduhan terhadap Tuan kedua keluarga Li. Tuduhan penyelundupan garam. Tapi untung saja Tuan kedua bisa terbesar dari tuduhan," jelas Bi er.

Li Anhe tersenyum tipis, 'Itu bukan tuduhan. Tapi memang seperti itu kenyataanya. Tuan kedua Li pernah menyelundupkan garam ke berbagai kota dengan harga berbeda. Jika bukan karena bantuan dari ketua utama kamp pembunuh. Orang itu pasti telah di hukum mati," gumamnya dalam hati. Dia bahkan sampai melupakan hal ini. Jika bukan karena penjelasan dari pelayannya. Dia tidak akan mengingatkannya.

1
Cha Sumuk
belum bls dendam ke BP nya kok mlh dah pergi ga menarik ah cerita nya
Sri wulandari: Cerita tidak sepenuhnya jalan dalam satu tempat yang sama.
Sri wulandari: Saya membuat cerita bukan menyesuaikan keinginan pembaca. Tapi untuk menyalurkan hobi. Jadi suka atau tidaknya anda dengan cerita ini itu tidak ada kaitannya dengan saya.
total 2 replies
Etty Rohaeti
lanjut
Rafly Aiman Syah
ku menunggu
Rafly Aiman Syah
author ku menunggu lanjutan cerita ini ya.
semangat dan sehat selalu
Sri wulandari: Sudah saya up kk. Masih dalam peninjauan. Sabar ya😊❤️
total 1 replies
Rafly Aiman Syah
cerita yg menarik dan alur yg tidak bertele-tele
Rafly Aiman Syah
thor terimakasih untuk cerita yg menarik.
semangat terus dan bisa menciptakan banyak karya terbaik kedepan nya
Rafly Aiman Syah: sama² thor
Sri wulandari: Terima kasih atas dukungannya kk.😊❤️
total 2 replies
Etty Rohaeti
lanjut
Etty Rohaeti
lanjut Thor
Etty Rohaeti
lanjut
Etty Rohaeti
terima kasih Thor
lanjut
Sri wulandari: siap.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!