Dalam distrik ini, dunia kriminal berlaku sangat bebas meskipun masih banyak orang normal yang tinggal di apartemen.
Para kriminal ini lah yang paling di utamakan dalam pengejaran, apalagi nama dari perampok "Topeng Buas" Akan langsung mengundang banyak perhatian. Anggota kriminal satu ini hanya berisikan 3 orang saja yang selalu menggunakan topeng penutup wajah mereka. Tubuh mereka dominan tinggi dan kuat.
Tapi bagaimana jika topeng macan itu selalu ingin tidur di paha lembut milik seorang gadis manis yang agak polos ini. Ini adalah kisah romantis dari seorang penjahat dan kisah aksi untuk seorang gadis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
Beast Mask: Macan yang Tertidur Chapter 34
"Leandra, jangan gegabah, aku tak mau pamanmu memarahiku!" Naeswara tampak sangat panik. Tapi ia terkejut karena Okami ada di dekatnya dan langsung mendorongnya.
"Minggirlah, kau tidak becus mengajari...." Dia mengambil busur milik Naeswara, membuat Naeswara mundur dengan panik.
Sementara Leandra hanya terdiam, bola matanya mengikuti setiap gerakan Okami dengan waspada, lalu Okami menunjukkan kemampuannya lagi, dan kali ini dia menggunakan dua anak panah sekaligus dan langsung melesatkannya mengenai bagian tengah lingkaran. Dalam hitungan detik, Okami melepaskan tali busurnya.
Dua anak panah itu meluncur dengan kecepatan tinggi, hampir tidak terlihat oleh mata. Hanya terdengar suara desir kecil yang tajam sebelum akhirnya kedua anak panah itu menancap tepat di tengah lingkaran target.
Leandra menatap tak percaya.
"Papan itu, anggap saja bahwa papan itu mencakup sesuatu yang besar..." kata Okami.
Tapi Leandra terdiam. "Tunggu, tapi.... Kau mengatakan syarat tadi? Apa syaratnya?" Dia menatap tanpa takut.
Okami terdiam, lalu ia seperti memikirkan sesuatu dan langsung menunjuk padanya dengan tenang. "Kau yang selama ini membuat Tora tidak fokus pada kita..."
Tatapannya seketika membuat Leandra terkejut karena dia tahu Leandra. Kata-kata itu terdengar seperti tuduhan yang telah lama disimpan, dan Leandra dapat merasakan hawa ketegangan yang tiba-tiba muncul di antara mereka.
"Apa maksudmu?!" Leandra tampak terkejut sejenak.
"Aku melihat wallpaper ponselnya ada foto milikmu. Ada hubungan apa kau dengannya?! Apa kau tahu dia jarang meluangkan waktunya sekarang untuk bermain dengan kita...?" Okami menatapnya.
Tapi Leandra terlihat panik. Dia lalu menatap Naeswara yang mendengarkan pembicaraan mereka. Jika Naeswara mengetahui apa yang dikatakan Okami benar soal Tora yang memiliki kenalan dengan Leandra, dia pasti akan mengadu ke Bharendra.
Jadi Leandra mencoba untuk menutupi. "A.. Apa yang kau bicarakan? Aku saja tidak kenal dengan Tora! Siapa itu, aku tidak kenal dia..."
"Kalau begitu, jika aku salah menebak, kau bisa melaporkanku ke polisi. Tapi jika aku benar... Ikutlah aku, dan akan kuberitahu semua informasi tentang Topeng Buas. Kau ingin tahu semua informasinya? Termasuk bagaimana cara kita bertahan hidup ketika malam tiba?" tatap Okami, dia layaknya memang sudah tahu sesungguhnya.
"Apa?! Ka... Kau.... Tentu saja dia tidak salah.... Aku tidak bisa sembarangan mengelak.... Tapi, jangan di sini..." Leandra berbicara pelan. Mendengar itu membuat Okami menatap ke arah Naeswara.
Lalu ia terdengar menghela napas panjang. "Baiklah, kalau begitu, selesaikan ini sebelum aku harus pergi..." Tatapannya membuat Leandra terdiam.
Ragu-ragu, ia melakukan pose memanah. Dia membayangkan bahwa lingkaran itu lebih besar, dan dia bisa fokus pada titik tengah yang begitu besar. Hingga di saat itu juga, ia melesatkan anak panah sampai mengenai bagian tengah.
Leandra menatap tak percaya, apalagi Naeswara. "Ba... Bagaimana bisa?!"
"Itu hebat!" Leandra tampak senang. Ia menoleh ke Okami, tapi rupanya Okami sudah pergi, membuat Leandra terdiam. Okami terlihat pergi keluar sambil mengatasi sesuatu dengan tenang.
"Yah, yah... Itu bagus... Lanjutkan saja..."
Leandra terdiam menatapnya. "Kenapa dia... Tidak melakukan sesuatu yang buruk di sini...? Dia bahkan membuatku menancapkan anak panah tepat di bagian tengah. Apa dia berlatih lebih banyak dari pada apapun...." Leandra mengingat perkataan Naeswara bagaimana Okami kemari setiap hari bahkan saat hujan sekalipun.
Lalu Naeswara mendekat. "Nak, aku harus mengatakan pada Bharendra kalau kau tidak boleh kemari lagi...." Tatapan Naeswara membuat Leandra terkejut.
"Eh, kenapa?!"
"Kenapa kau bilang?! Sudah jelas kau malah memancing kematianmu. Kau beruntung Okami sangat tenang tadi. Jika dia bersikap kasar, kau pasti sudah dipaksa olehnya.... Tolong, jangan lakukan itu lagi..." Naeswara menatap khawatir.
Tapi Leandra menatap kesal. "Hmp... Kau ini ketakutan seperti anak kecil...."
Leandra menatapnya, membuat Naeswara terkejut dengan ejekan itu.
"Aku datang kemari juga atas kemauanku. Jika aku mau ke sini, aku juga akan ke sini. Jadi, jangan melarangku...."
Leandra menatap tajam hingga ia melewati Naeswara dan berjalan pergi dari lapangan itu, membuat Naeswara terdiam di tempatnya. "Ha.... Niat hati ingin menunjukkan skil pada gadis cantik tapi rupanya ada yang menunjukkan lebih baik... Aku kalah...."
--
Leandra berjalan dengan tenang pulang hingga menatap senja di langit. Ia lalu berhenti berjalan di distrik sepi itu dan menatap ke langit jingga. "Jujur, aku ingin melihat bintang lagi.... Tapi aku tak mau bilang padanya...."
Ia membayangkan wajah Tora sambil memasang wajah kesal.
"Kenapa aku jadi terus memikirkannya...? Tidak mungkin, kan? Aku harap paman dan nenek tidak tahu... Bahkan.... Ayahku..." Dia meremas bajunya dengan khawatir.
Tapi ia mendengar ada suara tapak sepatu yang berat berjalan ke arahnya. Tapakan itu berhenti, dan Leandra langsung menatap ke depan.
Siapa yang menyangka itu adalah Tora. Masih saja menggunakan pakaian hitam yang selalu berbeda, hanya saja hari ini dia memilih jaket untuk jadi outfitnya. Sudah jelas dia baru saja parkour dengan perlengkapannya itu.
"Kemana saja kau? Aku mencarimu. Apa kau sengaja pergi agar aku tidak menemuimu?" Dia menatapnya.
Tapi Leandra menatap kesal dan berjalan melewatinya begitu saja.
"Oh, ayolah, aku bahkan dengan baik hati mencarimu... Kau tidak membalas pesan yang aku kirim juga..."
Leandra yang mendengar itu menjadi berhenti berjalan dan merogoh ponselnya. Dia lalu melihat pesan Tora di sana yang bertanya soal di mana Leandra berada.
Tapi Leandra teringat sesuatu, membuatnya menatap ke Tora. "Bisa aku pinjam ponselmu?"
Dia menatap Tora sambil mengulurkan tangan, membuat Tora terdiam. Tapi Tora mencoba mengulur dengan menyilangkan tangan dan menoleh ke arah lain.
"Untuk apa? Selagi kau membalas pesanku, aku akan memberikannya..."
"Ck...."
Leandra membuka pesan Tora dan menjawab bahwa dia tengah ada di lapangan memanah.
Suara notifikasi di ponsel Tora muncul, lalu Tora mengeluarkan ponselnya dan membaca. Ia lalu menatap ke Leandra.
"Memanah? Untuk apa kau melakukan itu?" tatapnya.
"Ck, jangan banyak tanya. Berikan aku ponselmu.... Kau tidak akan menyembunyikan apa pun, kan, di ponselmu? Kau tidak menganggap itu privasi untukku, kan?" Tatap Leandra.
"Tentu tidak... Kau boleh melihat ponselku,"
Dia mengulurkan ponselnya, lalu Leandra melihat dan rupanya benar.
"Aku meminjam ponselnya karena ingin melihat wallpaper ponselnya."
Ia ternyata melihat wajahnya sendiri ada di wallpaper kunci Tora. Ternyata memang benar Tora masih menggunaka wallpaper itu.
Ia hanya menghela napas panjang lalu mengutak atik ponsel Tora membuat Tora terdiam bingung sambil memiringkan kepala. "Apa yang sedang kau lakukan?"
"Baiklah sudah..." Leandra mengembalikan nya menbuat Tora terdiam.
"Dengan begini, aku sudah tenang...." Kata Leandra, tapi Tora penasaran, dia membuka ponselnya dan rupanya wallpapernya di ganti. Kini bukan wajah Leandra, tapi hanya wallpaper pengaturan ponsel.
Tora terdiam, dia tentu saja menyadari hal itu. "Seharusnya aku tak memberikan ponselku..."