Xiao An wanita karir yang tengah menjalani kehidupannya tanpa hambatan. Tidak sengaja masuk ke dunia novel yang baru saja ia baca. Di novel dia menjadi Nona pertama Han Yu karakter antagonis, putri dari kediaman perdana menteri keuangan Han. Keluarganya sangat kaya dan hidup bergelimang harta. Kedua orangtuanya sangat mencintai putrinya memberikan semua yang di butuhkan. Sebab itu Nona pertama Han Yu sangat manja, pemarah, juga memandang rendah kalangan bawah. Kekejammnya terhadap pelayan membuatnya di takuti semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia besar di belakang menara
"Nona pertama." Pelayan Li An datang dengan tergesa-gesa. Nafasnya juga tidak beraturan.
"Duduk..." Han Yu menarik lengan pelayannya menempatkannya di kursi tepat di hadapannya. Air minum di tuangkan lalu di berikan kepada pelayan Li An. "Bagaimana?"
Pelayan Li An mengatur nafasnya kemudian menenggak habis air yang ada di dalam cangkir. Baru dia berkata, "Aku melihat..." Menatap kesegala arah. Pelayan Li An bangkit dari tempat duduknya. Dia mendekat membisikkan sesuatu di telinga Nona pertamanya.
"Di mana?"
"Nona pertama, ikuti saya." Pelayan Li An menuntun Han Yu mengarah ke tempat yang dia maksudkan. Mereka berdua harus memutari bagian bawah menara agar bisa sampai ketempat itu. Pelayan Li An membawa Nona pertamanya menuju ke arah hutan kecil tepat di belakang menara. Mereka berhenti di sebuah pembatas yang berdiri kokoh. Pelayan Li An menunjukkan sebuah lubang kecil di antara celah tembok tinggi. Lubang itu dapat mereka gunakan untuk melihat apa yang tengah terjadi di bagian dalam tembok.
Han Yu mencoba melihat dari lubang itu begitu juga dengan pelayan Li An.
Di dalam tembok pembatas mereka melihat seorang gadis muda berusia tujuh belas tahunan berusaha untuk melawan. Wajahnya penuh dengan luka lebam dengan tubuh yang mulai mengurus.
"Aku mohon. Jangan bunuh aku. Aaaaaa..." Dia memberontak di saat rambut panjangnya di tarik kuat pria bertubuh tegap. Gadis itu di seret tanpa belas kasihan. "Aaaa... tolong. Tolong aku..."
Byyuurrr...
Tubuh gadis itu di lempar kedalam air kolam berwarna merah pekat. "Bblubbu... Aaa... tol..ongg..." Tubuh di dalam air berusaha untuk naik kepermukaan. Namun tubuhnya justru di tekan dengan kayu panjang.
"Jangan terlalu lama, dia bisa mati. Kita masih membutuhkan darahnya sebagai persembahan untuk Yang Mulia." Wanita dengan gaun biru langit berjalan tenang menatap dingin kearah gadis yang sudah tidak berdaya.
Tubuh gadis itu di tarik kembali sebelum satu menit.
"Huhh..." Udara kembali bisa masuk kedalam dada gadis itu. "Uhuhkkk..." batuk menekan tenggorokannya.
Ssreeree...
Pedang di tarik dari sarungnya,
Ssrreeennggg...
Percikan kecil api terlihat di saat ujung pedang di tarik di atas lantai batu. Wanita itu berjalan mendekat, "Ikuti aku."
Pria itu langsung mencengkeram kuat salah satu kaki gadis muda itu. Tubuhnya di tarik mengikuti wanita yang ada di depan mereka. Meskipun tubuhnya sudah sangat lemah gadis itu masih mencoba untuk mencari benda atau penahan. Hingga kuku-kuku di tangannya lepas karena di gunakan mencakar lantai dengan sangat kuat. Darah mengalir dari kesepuluh jarinya. Membuat bekas pada lantai membentuk cakaran.
"Aaaaa..." Suara gadis itu terdengar sangat pelan.
Kreerkkk...
Setelah menekan mekanisme lantai membelah menjadi pintu masuk rahasia.
Wanita itu dengan santainya masuk membawa pedang yang masih memercikkan api kecil, di ikuti pria yang tengah menyeret gadis muda itu.
Kreekkk...
Pintu rahasia kembali tertutup.
Melihat semua itu Han Yu langsung menarik pelayannya untuk segera pergi. Mereka bergegas kembali ke depan bagian menara. "Li An, jangan pernah membicarakan hal ini kepada orang lain. Jika tidak nyawa kita menjadi taruhannya. Kekuatan yang ada di balik semua ini tidak bisa kita atasi sekalipun Ayah ku."
"Nona pertama, saya mengerti."
"Tunggu..." Seorang penjaga berlari mengejar dari arah dalam menara.
Han Yu menarik nafasnya pelan lalu mengatur kembali pandangan matanya. Ekspresi keterkejutan pada wajahnya seketika menghilang di gantikan raut wajah datar. Gadis itu membalikkan tubuhnya.
"Apa yang kalian lakukan di bagian samping menara?" Penjaga itu menatap tajam. Saat dia melihat tatapan dingin dari gadis di depannya. Pandangan matanya langsung sedikit melunak.
"Sekarang orang-orang rendahan bahkan cukup berani bertanya dengan lancang," Han Yu membenarkan gaunnya.
Penjaga lainnya berlari mendekat, "Nona pertama." Memberikan hormat. "Maaf atas ketidaknyamanan yang anda terima. Kami tidak bermaksud untuk menganggu anda."
Tatapan merendahkan terlihat jelas di kedua mata Han Yu. Dia berlalu pergi meninggalkan dua penjaga yang masih menundukkan kepala mereka. Setelah gadis itu berjalan menjauh dua penjaga berdiri tegap lagi.
"Dia siapa?"
"Jangan bertanya. Jika kamu tidak ingin mati," jawab salah satu penjaga yang langsung menarik temannya menjauh.
Setelah masuk kedalam kereta Han Yu menyandarkan tubuhnya. "Huh, untung saja aku sudah mempelajari sikap merendahkan orang sejak datang ke tempat ini."
Pelayan Li An masuk kedalam kereta. "Kembali ke kediaman."
"Baik." Kusir yang ada di bagian depan kereta melajukan kuda agar kereta dapat berjalan.
"Sepertinya nama buruk ku memiliki manfaat yang bagus. Bahkan mereka saja merasa takut saat melihat ku," ujar Han Yu menatap kearah pelayannya.
"Nama baik Nona pertama sudah menghilang dari pandangan orang luar. Namun sepertinya mereka menghormati Nona pertama bukan karena hal ini. Tapi karena Nona pertama keponakan jauh dari Permaisuri. Permaisuri Chen Jia sangat menyayangi anda. Setiap tahun di hari ulang tahun anda. Permaisuri Chen Jia pasti akan mengirimkan banyak barang berharga," jelas Li An.
"Apa? Aku keponakan jauh Permaisuri Chen Jia?"
Dukkk...
"Aduh..." Han Yu bangkit karena terkejut. Kepalanya terpentok atap kereta. "Iisss..." Desis rasa sakit terdengar saat tangannya menyentuh benjolan di kepala. Dia duduk kembali menahan rasa sakit di kepalanya.
"Nona pertama, anda tidak apa-apa?"
Han Yu menggelengkan kepalanya, "Tidak apa-apa."
Kereta terus melaju hingga sampai di depan kediaman. Mereka turun dari kereta dan langsung berjalan masuk. Saat langkah kaki Han Yu sampai di ambang pintu kamarnya. Dia membalikkan tubuhnya berlari kuat menuju kearah kamar ibunya. Saat sampai nafasnya mulai di atur kembali, "Ibu." Gadis itu masuk kedalam kamar dengan senyuman manisnya.
Nyonya Han duduk santai di dalam kamarnya. Suaminya memijat pundaknya dengan kelembutan. "Han Yu, sudah pulang." Wanita itu bangkit menarik lembut lengan putrinya. "Duduk dulu." Dia mengambil kotak perhiasan yang ada di meja riasnya. "Ibu membelikan satu set perhiasan baru." Kotak perhiasan di buka. Nyonya Han mengambil satu tusuk konde dari dalam kotak. Tusuk konde dengan permata putih susu terlihat sangat indah. Dia menancapkan tusuk konde di tatanan rambut putrinya. "Sangat indah."
"Ibu masih sering berhubungan dengan Bibi Permaisuri?" Setelah Han Yu mengatakan itu raut wajah Ibunya berubah.
"Dia menghubungi mu lagi?" Suara Nyonya Han menekan.
Han Yu menggelengkan kepalanya. "Tidak."
Setelah mengatakan itu Nyonya Han menjadi jauh lebih tenang. "Jika dia menghubungi mu lagi kamu harus menolaknya. Semua ini juga karena kesalahan ibu. Karena membiarkan kamu tinggal selama empat tahun dalam pengajarannya. Tapi siapa sangka dia ingin menjadikan putri ku sebagai seseorang yang mirip dengan dirinya." Wanita itu menarik tangan putrinya menggenggamnya kuat. "Untung saja sekarang kamu telah berubah menjadi jauh lebih baik. Ibu tidak ingin Han Yu yang dulu kembali lagi. Bukan karena ibu tidak menerima baik buruknya putri ibu. Tapi hati ibu sakit setiap melihat tatapan mata dingin juga jauh yang selalu kamu perlihatkan.
Perlahan gadis itu mulai mengerti dari mana asalnya sifat kejam dan dingin yang Han Yu miliki.
bau2 bucin sudah tercium sejak malam tadi🤣🤣
thor jgn ampe kndor 😁😁😁😁😁
sehat selalu untukmu author terbaikkuu