Dikhianati tunangan dan kakak kandung, bagaimana rasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Sementara Dina yang sedang dibicarakan berada di dalam kamar sedang menyusun rencana. Jika Hani saat ini menjaga jarak dengannya, maka Dina akan menggunakan Ayu. Setelah itu dia akan bisa mendapatkan David.
Dina keluar kamar untuk mencari Ayu. Ternyata Ayu sedang berada di dapur masak. Dan Dina tersenyum, dia akan menjalankan rencananya.
"Masak apa kamu?" Tanya Dina.
"Ini, udang saus tiram buat mama." Jawab Ayu.
"Oh, butuh bantuan?" Dina menawari bantuan.
"Ah iya, kamu tungguin ini sebentar ya, aku mau ke toilet sebentar." Ucap Ayu yang menahan BAK sedari tadi tapi masakan hampir matang.
Dina pun tersenyum licik. Setelah Ayu pergi Dina mengambil bubuk yang dia bawa tadi. Dia memasukkan bubuk itu kedalam makanan Hani.
"Akhirnya, kamu akan kena marah dan David akan mudah aku racuni dengan kata-kata manisku. Dan huss, kamu dihempaskan karena ketahuan berani memasukkan obat pencahar ini. haha." Ucap Dina.
Ayu pun kembali.
"Makasih ya, Kak. Maaf udah merepotkan." Ucap Ayu.
"Ah enggak kok, ya udah aku balik ke kamar ya." Jawab Dina.
Ayu mengangguk, tak merasa curiga sama sekali. Setelah masakan matang Ayy menaruhnya ke meja makan dan memanggil Hani.
Dina di dalam kamar tertawa puas. Dia sudah membayangkan hal apa saja yang terjadi sebentar lagi. Dina begitu membenci Ayu karena apa yang dia mau Ayy selalu bisa mendapatkannya. Dan kini Dina memulai aksinya berharap rencananya berhasil.
"Sebentar lagi di dalam Mansion akan terjadi masalah besar. Dan Ayu akan kena kemarahan David lalu dia diusir, setelah itu aku akan berpura-pura sedih dan berperan sebagai pahlawan kesiangan untuk Ayu, meminta maaf pada mereka. Lalu mereka luluh dan aku akan menggeser Ayu. Haha, udah gak sabar deh." Gumam Dina bermonolog.
Sungguh angan-angan Dina terlalu tinggi. Apakah rencana Dina berhasil?
****
Tok! Tok! Tok!
"Ma, mama." Ucap Ayu memanggil Hani di depan pintu kamar Hani.
"Iya sayang, sebentar." Jawab Hani.
Ceklek.
Pintu pun terbuka.
"Ma. Masakan yang mama minta udah mateng, yuk kita makan bareng." Ucap Ayu.
"Iya ayok. David biar mama yang panggil, kamu panggil Dina, ya." Pinta Hani.
"Iya, Ma." Jawab Ayu.
Ayu pun turun dan menuju kamar tamu untuk mengajak Dina makan bersama.
Tok! Tok! Tok!
Ayu mengetuk pintu kamar.
"Kak, apa kamu di dalam?"
"Kenapa, Ay?" Jawab Dina di balik pintu.
"Ayo makan dulu, mama Hani meminta agar aku memanggil dan mengajakmu. Buruan."
"Iya, sebentar." Jawab Dina.
Ayu pun pergi meninggalkan kamar tamu dan menuju ruang makan.
Sementara Dina yang berada di dalam kamar bingung.
*Mampus, aku nanti harus punya alasan nih buat gak makan makanan yang Ayu masak.* Batin Dina.
Hani, Ayu, dan David sudah berada di meja makan. Mereka menunggu Dina dan tak lama yang ditunggu pun datang.
"Ayo Kak, buruan, kita semua menunggumu." Ucap Ayu.
"I-iya, Ay." Jawab Dina sedikit gugup.
"Dina, kata Ayu kamu juga suka masakan ini? Apa benar?"
"Hhah? I-iya tan-te. Benar."
"Kalau begitu, tante maunya kamu duluan yang nyicipin masakan Ayu. Nanti enak gak enaknya biar tante tau."
"Ken-kenapa gak langsung tante icip aja sendiri? Kan nanti tante akan lebih bisa tau makanan itu enak apa enggak." Jawab Dina gugup.
"Ayo, tante maunya kamu duluan. Anggap aja tante sedang memanjakan kamu. Cobain gih, nih." Ucap Hani menyodorkan piring berisi masakan Ayu.
Dengan ragu Dina mengambil satu udang itu. Dina mendadak gemetaran dan keluar keringat. Dina membuka mulutnya. Dan dia memasukkan udang itu ke dalam mulutnya. Masakan Ayu memang enak, hanya sesuatu yang dia taburkan ke dalam masakan itu yang membuatnya tak merasa enak. Dina mengunyah dan menelan udang tersebut.
"Gimana rasanya? Apa enak?"
"Enak, tan. Masakan Ayu emang gak pernah ga-."
Krukk kruukk dut.
Perut Dina mendadak bersuara dan dia mengeluarkan gas tak sedap.
"Ih, kamu kentut ya, Kak? Jorok ih, ini di meja makan kamu malah kentut, mana bau banget begini. Gak sopan." Gerutu Ayu.
Ayu terlihat begitu kesal.
"Maaf, Ay. Udah gak bisa aku tahan, aku pergi dulu." Ucap Dina lalu beranjak dari kursinya dan pergi menuju ke kamarnya.
Sementara Hani dan David menahan tawa.
Hahaha hahaha haha.
Ayu yang tak paham mengerutkan keningnya.
"Kalian kenapa tertawa?"
"Lucu sayang." Jawab David.
"Apanya yang lucu, Mas?"
David pun menceritakan apa yang Hani ceritakan tadi saat di kamar.
"Astagfirullah, kalau sampai kita memakannya apa gak semua bakal balapan ke belakang. Kakakku itu sudah keterlaluan." Ucap Ayu terkejut.
"Maaf ya Ma, Mas. Aku yang salah tadi kenapa dengan gampangnya menyuruh dia untuk menunggui masakanku. Aku sendiri gak tau kenapa Kak Dina tega berbuat seperti itu, aku yang merasa sangat malu dengan kalian." Sambung Ayu.
"Udah sayang, bukan salah kamu kok. Gak usah merasa bersalah begitu. Ya kan Ma?" Ucap David.
Hani tersenyum mengangguk.
"Sebaiknya kamu buang makanan itu, sayang. Daripada perut kita terkuras. Kita pesan aja makanan buat nanti. Kalau kamu masak lagi mama kasihan." Ucap Hani.
"Apa yang mama bilang benar sayang." Imbuh David.
Ayu pun menurut.
*****
Dina yang sedari tadi bolak balik keluar kamar mandi kini merasa lemas. Kakinya merasa gempor.
"Hah, sial, kenapa malah aku sendiri yang kena dengan rencanaku sendiri? Kalau begini mah namanya senjata makan tuan. Kamvret. Kenapa rencanaku selalu gagal? Benar-benar sial! Kalau begini gimana aku bisa dapetin hatinya David dan menyingkirkan Ayu?" Ucap Dina bermonolog.
Dina kesal dengan semua rencananya yang selalu gagal. Nasibnya selalu apes. Kasihan sekali kan?
*****
Sebenarnya tadi bukanlah jam makan, hanya saja Hani mengetahui Dina melakukan sesuatu pada masakan Ayu. Jadi Hani menyuruh semuanya untuk makan bersama dan itu hanya alasan saja. Andai tadi Hani tak berniat turun, mungkin dia tak akan mengetahui kejahatan Dina, dan nasibnya akan seperti Dina saat ini. Dan pasti Hani akan menyalahkan Ayu karena yang memasak makanannya Ayu.
Saat ini sudahlah jam makan siang. Hani mengajak David dan Ayu untuk makan diluar. Hani tak jadi memesan makanan. Dipikir-pikir nanti Dina akan ikut makan bersama mereka lagi. Dan itu membuat Hani muak dan tak bernafsu makan. Sejak kejadian malam itu Hani sudah tak ada rasa tenang pada Dina.
Mereka bertiga memutuskan makan di Restoran seafood.
Waiter pun datang membawakan buku menu.
"Silahkan, ini menunya." Ucap waiter.
"Sayang, kamu mau pesan apa?"
"Kalau Ayu ikut Mas David aja, Ma." Jawab Ayu.
"David juga terserah mama. Lagian masakan disini enak semua." Ucap David.
"Saya mau pesan udang goreng mentega saus tiram, kare kepiting, lobster saus padang, dan cumi goreng asem." Ucap Hani.
Lalu waiter tersebut mencatat pesanan Hani.
"Silahkan ditunggu sebentar ya."
Lalu waiter tersebut pergi.
"Banyak amat, ma. Apa kita bakal makan semuanya?" Ucap Ayu.
"Iya dong, Mama tuh sedari tadi pengen makan udang, mama sebenarnya udah cocok banget sama masakan kamu tapi semua jadi gagal gara-gara Dina itu. Pokoknya kita harus makan semuanya yang mama pesan tadi. Kita puas-puasin. Kalau kurang nanti pesan lagi." Ucap Hani.
"Hmm, mama, kumat." Ucap David menggelengkan kepalanya.
Tak lama pesanan datang dan mereka pun menikmati makanan tersebut.
"Alhamdulillah, kenyang sekali." Ucap Ayy sambil mengelus perutnya.
"Iya, kalau makan bareng-bareng begini rasanya lahap banget sampai gak kepikiran banyaknya porsi yang kita makan." Jawab Hani.
"Lagian mama ini, kalau kumat begini pasti pesan makanannya banyak." Ucap David.
"Ah, biarin. Mumpung ada kalian. Kalau mama pesan banyak tapi makan sendirian itu baru mama kumat. Maruk itu namanya." Ucap Hani.
"Iya deh terserah mama. Kita mah ngalah aja ya sayang." Ucap David yang paham akan watak mamanya.
Hana hanya tersenyum mendengarkan mereka.
Sementara Dina yang masih merasa lemas berniat meminta tolong Ayu buat mengantarkannya ke dokter untuk periksa.
Tapi, ketika dia mengetuk pintu kamar, mengelilingi seisi rumah, rumah terlihat begitu sepi dan tak ada satu pun penghuni kecuali dirinya.
Para pelayan akan datang kalau pagi dan sore hari. Jadi saat ini Dina juga tak akan menemukan seorang pelayan.
"Sial, benar-benar sial, aku ditinggal di rumah ini sendirian. Awas kalian. Gak ada rasa simpati-simpatinya kepadaku. Nanti kalau aku sudah sembuh, akan ku balas kalian." Ucap Dina menahan emosi.
Kruk kruk kruk. Prut prut.
"Aahhh siaaalll!"
Suara perutnya kembali terdengar. Dina lalu berlari buru-buru sambil memegangi perutnya dan masuk ke kamar dan ke toilet.
Lagian Dina ada-ada aja. Perbuatan yang melakukan dirinya sendiri, dia kemakan ulahnya sendiri, lalu sekarang malah menyalahkan orang lain dan malah berniat akan membalasnya. Haduh, sepertinya Dina ini sedikit kurang obat.