NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Dari Seorang Gus

Menjadi Istri Dari Seorang Gus

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: pinkberryss

Akibat kenakalan dari Raya dan selalu berbuat onar saat masih sekolah membuat kedua orangtuanya memasukkan Raya ke ponpes. setelah lulus sekolah.

Tiba disana, bukannya jadi santri seperti pada umumnya malah dijadikan istri kedua secara dadakan. Hal itu membuat orangtua Raya marah. Lalu apakah Raya benar-benar memilih atau menolak tawaran seperti orangtuanya?

Tingkah laku Raya yang bikin elus dada membuat Arsyad harus memiliki stok kesabaran yang banyak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkberryss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ikut ke kebun

Kejadian kemarin sudah menyebar dikalangan para santri dan santriwati. Karena ada beberapa orang santri yang pada waktu itu lewat didepan rumah pak kyai nya tidak sengaja mendengar apa yang terjadi.

Hingga saat Sarah balik bersama kedua orangtuanya, banyak dari mereka yang menyoraki sampai-sampai ada yang melempar sampah hingga sekujur tubuh Sarah bajunya sangat bau membuatnya menangis kembali. Ia sangatlah malu dan untungnya ada Inayah yang cepat mengambilkan baju miliknya yang tak terpakai untuk ganti.

Hari ini Raya sangat bosan sekali karena tak ada hal yang dilakukan. Mau berbuat seperti dulu yang iseng pun tak bisa dan harus berhati-hati karena ada cctv di tiap-tiap bangunan.

"Gue ngapain ya, bosan juga main game mulu. Farah juga masih sekolah lagi, kalau kak Fira ikut ngisi pengajian sama ibu-ibu, gue sih ogah ikut ya malah makin bosan bikin ngantuk mulu."

Lihatlah Raya masih asyik rebahan diatas sofa ruang tamu. Bu sofiyah belum pulang sejak pagi tadi karena ikut suaminya pergi keluar sebentar. Namun tak lama mereka pun datang dengan membawa dua paperbag ukuran sedang yang ditenteng.

"Loh umi, itu apa?"

Bu Sofiyah tersenyum dan duduk disebelahnya,"Ini ada kue lapis. Kamu mau?" pertanyaannya dijawab anggukan Raya.

"Mau dong!" Bu Sofiyah membukanya dan kue nya sudah dipotong-potong dengan ukuran kecil jadi memudahkan untuk memakannya tanpa repot-repot motong sendiri.

"Yang dibawa Abi juga sama?"

"Nggak, ini brownies kukus pandan campur coklat," pak Umar menjawabnya. Diletakkannya brownis diatas meja dan membukanya, terdapat toping keju yang berlimpah.

"Wow kejunya banyak amat, biasanya yang juga suka ngasih dikit,"

"Ini beda nak soalnya yang jual suka ngasih lebih,"

"Enak banget, gila!" ucapnya setelah mencicipi kue lapis.

"Raya bosen banget umi," keluhnya tiba-tiba.

"Bosen ya? Nanti mau ikut ke kebun nggak ambilin sayur-sayur langsung dari sana sama ada buah juga barangkali kamu mau," Seketika mata Raya berbinar.

"Beneran?" mereka mengangguk.

"Iya nak nanti Abi, umi, dan Arsyad. Mau metik beberapa buah dan ambil sayur. kebetulan memang kami punya dibelakang rumah karena umi yang minta dulu katanya mau dibuatin kebun biar bisa nambah aktivitasnya sekaligus hobinya bercocok tanam,"

"Mau ikut dong nanti! Emang ada buah apa aja?"

"Ada jeruk, mangga, anggur sama yang baru saja itu stroberi," saat menyebut buah stroberi Raya langsung ngiler, jangan salah meski kelihatan asam tapi aslinya manis-manis asam itu buah kesukaan Raya, dia memang suka buah beri.

"Omaygat mau dong stroberi nya, emang bisa numbuh umi?"

"Umi bulan lalu belinya sudah numbuh jadi tinggal dirawat dengan benar sampai berbuah. Nanti kita lihat bareng." Raya mengangguk antusias.

...----------------...

Tepat jam dua siang mereka pergi ke belakang rumah yang terdapat kebun. Lumayan luas karena memang tanahnya banyak jadi kalau misal mau bangun rumah lagi masih bisa.

Raya langsung menyerbu buah stroberi yang sudah masak, warnanya sangat merah menyala ingin sekali langsung memakannya dari tanamannya langsung. Bu Sofiyah melihatnya pun langsung menghampiri Raya.

"Dicuci dulu nak, disana ada air keran kamu bisa kesana dulu kalau pengen makan," dengan segera Raya mencuci beberapa yang dipetiknya dalam genggaman tangan. Setelah bersih langsung saja tanpa ragu untuk makan.

"Enak juga ya buahnya. Gue kira bakalan asam, ini mirip yang dijual di supermarket yang gede-gede terus manis!"

Arsyad sedang bersama dengan abinya sibuk menanam bibit baru. Itu adalah cabai. Raya menghampiri mereka karena penasaran dengan apa yang sedang dikerjakan.

Dia ikut duduk jongkok menatap cara menanam dengan benar.

"Gus emangnya yang ditanam itu apa?"

"Cabai," jawabnya tanpa melihat Raya hanya fokus pada pekerjaannya.

"Kamu mau mencobanya nak?" tanya pak Umar langsung diangguki oleh Raya.

"Syad, coba kamu kasih tahu ke Raya, dia mau belajar menanam," ucapnya lalu pergi menemui istrinya yang sedang sibuk memetik sayuran.

"Sudah umi?" Bu Sofiyah menatapnya.

"Belum bi, ini tanamannya kok bisa mati ya, apa karena nggak kena sinar matahari karena selalu ketutupan pohon? Perasaan tiap hari disiram sama Juni kalau umi nggak ada," pak Umar memerhatikan tanaman itu.

"Sepertinya memang begini umi, mungkin karena kurang cahaya dari matahari? Kita buang saja karena percuma kalau tetap dipertahankan nggak bakal hidup kembali,"

"Iya abi," Bu Sofiyah menghela napasnya dirasa tumbuhan itu adalah yang pertama dibelinya. Sayang sekali bisa harus mati begini. Beliau lalu membawa keranjang kecil yang sudah diisi beberapa sayur langsung saja mencucinya dan akan membawa ke dalam rumah.

"Nak Raya, sudah belum?"

"Eh umi iya ini sudah sayang sekali cuma satu padahal kan Raya pengen nanam yang banyak!"

"Kapan-kapan lagi ya, kita balik dulu karena sudah asar. Umi mau imam in jamaah solat di mushola," Rata mengikutinya.

Namun saat akan beranjak pergi, Arsyad menemukan sebuah kalung mewah berwarna silver yang jatuh. Dia mengambilnya dan meneliti punya siapa ini.

"Apa punyanya Raya?" dia mengingat-ingat kembali apakah Raya pakai kalung.

"Sepertinya iya. Nanti akan ku kembalikan." lalu memasukkannya ke dalam saku kemeja yang dipakainya itu.

...----------------...

Saat Raya ikut berjamaah di mushola pondok putri, banyak mata memandang. Mereka sepertinya terkesima akan wajah cantik yang dimiliki Raya. Tubuh yang proporsional.

Setelah selesai sholat pun dia tak langsung pergi begitu saja, Bu Sofiyah balik sendiri. Raya masih tetap duduk karena ada santriwati yang menanyai ya.

"Ning kalau boleh tau umur ning nya berapa?"

"Ning? Jangan panggil Ning ya! Karena gue bukan dari kalangan keluarga pesantren," jawabnya dengan tenang.

Mereka saling pandang sepertinya asyik juga kedatangan Raya sebagai keluarga baru disini.

"Lalu kami harus manggil apa ya?" tanyanya sopan.

"Em— panggil aja Raya. Iya panggil Raya,"

"Emang nggak papa?" salah satu dari mereka bertanya dengan pelan.

"Panggil senyaman kalian aja deh! Emang tadi mau tanya umur ya? Umur gue 19 tahun bulan depan sih, kalian?" pernyataan Raya membuat mereka melongo. Yang benar saja mau menikah dengan yang umur 40 an, tapi kalau seperti Gus Arsyad juga siapa yang nolak kan? Walau berjenggot tapi tidak selebat itu.

"Kalau saya 17 tahun Ning,"

"Saya seumuran dengan jenengan Ning,"

"Kok tuaan saya ya, hehe"

"Emang berapa?" tanya Raya.

"20 Ning, baru saja kemarin ulang tahun," Raya mengangguk.

"Oh ya Ning, kan mau nikah nih sama Gus Arsyad. Apa alasan Ning mau menerima?"

Raya nampak berpikir, dirinya menikah pertama kali itu adalah permintaan dari Sarah. Namun yang buatnya mengganjal adalah dia sebagai pilihan pertama Arsyad, ia sampai lupa menanyakannya.

'Nanti deh gue tanyain, gue bakal interogasi dia kalau nggak kelupaan sih'

"Gimana ya... Sebenarnya itu ranah pribadi sih tapi gue bakal kasih tahu aja ke kalian. Gus Arsyad sendiri yang milih gue," jawabnya dengan percaya diri.

"Emang paling bagus sih Ning Gus Arsyad sendiri yang milih. Daripada yang onoh kemarin bikin geger," Raya makin dibuat penasaran.

"Geger gimana maksudnya?"

"Yang Sarah ituloh ning," sahutnya berbisik. Raya langsung paham betul, karena sebenarnya dia sendiri yang mendengar langsung perkataan Sarah waktu itu.

"Em iya sih udah tau gue. Oh ya gue balik dulu ya, kapan-kapan bisa ngumpul gini lagi, bye!" Raya dengan ramahnya mudah bergaul hingga santriwati tersebut makin menyukainya. Ya meskipun dia pernah berbuat jail sih.

Ampun deh Ray!

"Umi..." teriak Raya.

"Eh udah balik nak? Tadi ngapain aja?"

"Cuma ngobrol ringan aja umi sama mereka ternyata asyik juga,"

"Umi lagi bikin apa?" lanjutnya.

"Mau bikin sambal rica-rica, nanti juga masak sayur yang habis dipetik di kebun,"

"Oh kalau gitu mau mandi dulu umi, nanti Raya balik kesini lagi." Bu Sofiyah mengangguk tersenyum, kemudian melanjutkan pekerjaannya lagi.

Segini dulu ya, nanti kita lanjut lagi. Entah Raya bakal bikin ulah kayak gimana? Atau nungguin scene dimana Arsyad dan raya romantis?

1
Sena Kobayakawa
Gemesin banget! 😍
_senpai_kim
Sudah berhari-hari menunggu update, thor. Jangan lama-lama ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!