Monika (23), seorang aktris multitalenta dengan karier gemilang, harus menghadapi akhir hidupnya secara tragis, kepleset di kamar mandi! Namun, bukannya menuju alam baka, ia justru terbangun di tubuh seorang wanita asing, dalam satu ranjang dengan pria tampan yang tidak dikenalnya.
Saat matanya menyapu ruangan, ia segera menyadari bahwa dunia di sekitarnya bukanlah era modern yang penuh teknologi. Ia terjebak di masa lalu, tepatnya tahun 1990! Sebelum sempat memahami situasinya, penduduk desa menerobos masuk dan menuduhnya melakukan dosa besar: kumpul kebo!
Lebih parahnya lagi, tunangan asli pemilik tubuh ini datang dengan amarah membara, menuntut pertanggungjawaban. Monika yang dikenal mulut tajam dan suka tawuran harus mencari cara untuk keluar dari kekacauan ini. Bagaimana ia bisa bertahan di masa lalu? Dan siapa sebenarnya pria tampan yang terbangun bersamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Lin Momo
Mobil hitam klasik melaju perlahan di jalan kota yang ramai. Lampu-lampu toko sudah mulai menyala, menerangi trotoar yang masih dipenuhi oleh orang-orang yang berbelanja dan pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya.
Di dalam mobil, Nyonya Yan duduk dengan anggun di kursi penumpang depan, sementara suaminya, Tuan Yan Shi, mengemudi dengan tenang. Meskipun suasana di luar cukup ramai, di dalam mobil hanya ada suara Nyonya Yan yang terus berbicara tanpa henti.
"Kau tahu, hari ini aku bertemu dengan seorang gadis muda yang sangat menarik!" kata Nyonya Yan penuh semangat, sambil melepaskan sarung tangannya dan meletakkannya di pangkuannya.
Tuan Yan Shi melirik istrinya sekilas sebelum kembali fokus pada jalan. "Oh? Gadis seperti apa?" tanyanya dengan nada santai.
Nyonya Yan tersenyum lebar, "Namanya Lin Momo. Aku bertemu dengannya di pasar setelah pesta pernikahan tadi. Dia sangat berani dan cerdas! Kau harus melihat sendiri bagaimana dia menghadapi wanita yang menyerobot antrean di toko daging tadi."
Tuan Yan Shi terkekeh pelan. "Aku sudah mengenalmu cukup lama, setiap kali kau menemukan seorang gadis muda yang menarik perhatianmu, pasti kau ingin menjodohkannya dengan putra kita."
"Tentu saja! Yan Zhi sudah hampir tiga puluh tahun, dan dia masih belum menikah! Apa kau tidak khawatir?"
Tuan Yan Shi menghela napas panjang. "Aku lebih khawatir jika kau mulai mencarikan jodoh untuknya tanpa sepengetahuannya. Kau tahu bagaimana sifat anak kita, bukan?"
Nyonya Yan mendengus pelan. "Tapi kau tidak mengerti! Gadis ini berbeda. Dia tidak hanya cantik, tetapi juga pintar dan tegas. Aku yakin dia bisa mengimbangi sikap kaku dan serius Yan Zhi."
Tuan Yan Shi tersenyum kecil, masih fokus pada kemudi. "Ceritakan lebih banyak tentang gadis ini. Apa yang membuatmu begitu yakin dia cocok untuk Yan Zhi?"
Nyonya Yan langsung bersemangat. "Dia tinggal di mess pekerja pabrik sepatu. Mungkin orang tuanya bekerja disana."
Tuan Yan Shi mengangkat alis. "Jadi, kau ingin menjodohkan putra kita dengannya?"
Nyonya Yan mengangguk cepat. "Kenapa tidak? Status sosial bukan segalanya. Aku melihat cara dia berbicara dan membela seseorang yang diperlakukan tidak adil. Dia punya karakter yang kuat, tetapi tetap tahu sopan santun."
Tuan Yan Shi tertawa pelan. "Jadi hanya karena dia membela seseorang dalam antrean, kau sudah ingin menjadikannya menantu?"
"Bukan hanya itu! Aku juga melihatnya di pesta pernikahan tadi. Dia datang sendirian, tapi sama sekali tidak tampak canggung atau rendah diri. Bahkan, aku melihat banyak tamu wanita berbicara dengannya dan tampak terkesan. Kau tahu betapa sulitnya menemukan gadis seperti itu?"
Tuan Yan Shi menggelengkan kepala. "Kau terlalu bersemangat, Bao'er."
Nyonya Yan tersipu mendengar panggilan sayang dari suaminya. "Aku hanya ingin yang terbaik untuk putra kita."
Tuan Yan Shi tersenyum tipis. "Yan Zhi bukan pria yang mudah dijodohkan. Dia selalu sibuk dengan pekerjaannya dan jarang menunjukkan ketertarikan pada wanita. Apa kau yakin gadis ini bisa meluluhkan hatinya?"
"Yakin! Jika mereka diberi kesempatan untuk bertemu dan saling mengenal, aku yakin Yan Zhi akan menyukainya."
Tuan Yan Shi menghela napas lagi, kali ini lebih panjang. "Bagaimana jika putra kita sudah punya seseorang yang ia sukai?"
Nyonya Yan langsung menoleh dengan mata membulat. "Apa? Kau tahu sesuatu yang tidak kuketahui?"
Tuan Yan Shi tersenyum kecil. "Aku hanya mengatakan kemungkinan. Yan Zhi sudah dewasa. Bisa saja dia sudah memiliki seseorang dalam hidupnya, hanya saja dia belum memberitahumu."
Nyonya Yan mengerucutkan bibirnya. "Tidak mungkin! Kalau dia punya seseorang, aku pasti sudah mengetahuinya."
Tuan Yan Shi tertawa pelan. "Kadang-kadang kau terlalu percaya diri, Bao'er."
Nyonya Yan mendengus. "Hmph! Kalau dia memang punya seseorang, kenapa sampai sekarang tidak ada kabar apa pun? Jangan-jangan dia memang tidak tertarik pada wanita?"
Tuan Yan Shi tersedak sedikit mendengar spekulasi aneh istrinya. "Astaga, dari mana pikiran itu datang?"
"Aku hanya khawatir! Seorang pria seusianya seharusnya sudah punya pasangan, setidaknya seseorang yang dekat dengannya."
Tuan Yan Shi tersenyum dan menepuk punggung tangan istrinya. "Jangan terlalu dipikirkan. Jika memang dia belum punya seseorang, dan kau benar-benar yakin dengan gadis ini, kau bisa mencari cara agar mereka bertemu."
Mata Nyonya Yan langsung berbinar. "Jadi kau mendukung rencanaku?"
"Aku tidak bilang begitu."
"Tapi kau juga tidak melarangku!"
Tuan Yan Shi hanya menghela napas lagi. "Kau tidak akan mendengarkanku meskipun aku melarang, jadi buat apa aku repot-repot?"
Nyonya Yan tertawa senang. "Bagus! Aku akan mencari kesempatan untuk memperkenalkan mereka!"
Tuan Yan Shi hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Baiklah, baiklah. Tapi jangan sampai kau membuat putra kita marah."
"Tentu saja tidak!" jawab Nyonya Yan cepat. Namun, di dalam hatinya, ia sudah mulai menyusun berbagai rencana untuk membuat Yan Zhi dan Lin Momo bertemu.
Sementara itu, Lin Momo kembali ke mess pekerja dengan kantong belanjaan berisi sayur dan daging segar. Begitu sampai, ia langsung menuju dapur untuk memasak.
Saat ia sedang mengiris sayuran, suara pintu terbuka terdengar. Yan Zhi baru saja pulang dari kantor, mengenakan kemeja yang sedikit tergulung di lengannya. Ia terlihat sedikit lelah tetapi tetap memancarkan aura berwibawa.
"Kau sudah pulang?" tanya Lin Momo tanpa menoleh, masih fokus pada potongan wortelnya.
Yan Zhi mendekatinya dan melihat bahan-bahan yang telah disiapkan istrinya. "Kau belanja banyak hari ini?" tanyanya sambil membuka kantong belanjaan.
Lin Momo mengangguk. "Iya, aku mampir ke pasar setelah pulang dari acara pernikahan tadi. Banyak kejadian menarik, kau tahu?"
Yan Zhi tersenyum tipis. "Oh? Seperti apa?"
Lin Momo dengan semangat mulai menceritakan kejadian di pasar, dari insiden pencurian di lapak buah, ibu-ibu yang menyerobot antrean di toko daging, hingga pertemuannya dengan seorang wanita yang menghadiri pernikahan tadi.
Namun, saat ia sampai pada bagian percakapannya dengan Nyonya Yan, ia tanpa sadar menyebutkan, "Oh, dan yang lebih mengejutkan lagi, aku bertemu seorang wanita bernama Nyonya Yan. Dia bilang anaknya adalah pemilik pabrik sepatu!"
Yan Zhi yang sedang menuangkan air ke dalam gelas tiba-tiba berhenti. Ia menoleh ke arah Lin Momo dengan ekspresi yang sulit dibaca.
"Oh, begitu ya?" jawabnya singkat, tanpa menunjukkan reaksi berlebihan.
Lin Momo mengangguk. "Iya, dia bilang anaknya sangat berbakat dan pekerja keras. Aku ingin tahu seperti apa pemiliknya. Pasti orangnya sombong dan angkuh, kan?"
Yan Zhi menahan tawa mendengar asumsi istrinya. Ia bertanya dengan nada santai, "Kenapa kau berpikir begitu?"
Lin Momo mengangkat bahu. "Biasanya, orang kaya itu angkuh dan suka meremehkan orang biasa seperti kita. Tapi siapa tahu, mungkin saja dia berbeda."
Yan Zhi hanya tersenyum tipis dan meneguk airnya tanpa memberikan komentar lebih lanjut.
"Ngomong-ngomong, kau harus membantuku memasak malam ini sebagai hukuman karena pulang terlambat!" kata Lin Momo dengan nada bercanda.
Yan Zhi mengangkat alisnya. "Oh? Sejak kapan aku punya hukuman seperti itu?"
Lin Momo terkekeh. "Sejak aku menjadi nyonya rumah di sini!"
Yan Zhi akhirnya tertawa kecil dan menggulung lengan bajunya lebih tinggi. "Baiklah, baiklah. Aku akan membantu. Jadi, apa tugas pertamaku?"
Lin Momo menyerahkan pisau dan tumpukan sayuran padanya. "Potong semua ini dengan rapi. Jangan berantakan."
Yan Zhi mengambil pisau dengan ekspresi serius. "Baik, Nyonya Besar."
Lin Momo tertawa senang melihat suaminya yang biasanya serius kini menuruti perintahnya di dapur.
Di sisi lain, Yan Zhi hanya bisa menahan senyum mendengar istrinya berbicara tentang dirinya sendiri tanpa sadar. Ia penasaran, bagaimana reaksi Lin Momo nanti jika tahu bahwa pria yang ia anggap 'sombong dan angkuh' itu ternyata adalah suaminya sendiri.
---
Terus support dengan :
✅ Klik tombol 'Like'
✅ Tinggalkan komentar kalian
✅ Support novel othor, klik tombol vote ya
✅ Bintang 5 untuk rating karya
Terima Kasih support nya, semoga kita semua sehat selalu. 🙏🏻
Jangan lupa baca novel othor lainnya, link ada dibawah ini.
menantu idaman bangettt... 😁