Aksa yang selalu saja merasakan sakit hati kala jatuh cinta, kini ia harus merasakan sakit hati lagi kala sang kekasih memilih pergi kala pernikahan akan berlangsung besok.
Mau tidak mau demi menjaga martabat keluarga dan Perusahaan, Aksa harus menikahi Adik Iparnya, Yara.
Apakah yang terjadi dengan pernikahan serba terpaksa mereka?
jangan lupa follow, vote, dan like yaa 🤩
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8 (Revisi)
Acara resepsi pernikahan akhirnya selesai juga. Begitu banyak tamu yang harus Aksa dan Yara sapa atau mendengarkan ucapan selamat untuk pernikahan mereka. Acara menyambut tamu cukup membosankan bagi Yara, ia tidak mengerti apa yang dibicarakan orang-orang dewasa itu.
Karna diadakan di Hotel Bintang Lima, maka pihak keluarga mengambil keputusan untuk menginap satu malam. Jarak dari Hotel menuju Mansion Utama juga cukup jauh.
Dan kini Yara sedang menunggu Aksa membuka kunci kamar mereka. Ia sudah gerah dengan gaun pengantin ini, terasa berat dipundak nya. Bahkan kala Aksa sudah berhasil membuka pintu, Yara langsung masuk begitu saja.
Aksa menggelengkan kepala saja melihat tingkah istrinya itu.
“Mandi lah dulu, aku mau pergi sebentar.” Ucap Aksa, bahkan tidak menunggu respon dari Yara terlebih dahulu, pria itu sudah pergi begitu saja.
“Dia itu manusia seperti apa?” Yara berdecak sebal, “Malas bicara, malas menunggu respon orang. Ihhhh!” Yara mengumpat Aksa terus-menerus.
Bukan marah karna ditinggal begitu saja, hanya saja Yara ingin berbicara juga dengan pria itu. Tapi, rasanya sangat sulit untuk memulai pembicaraan jika Aksa selalu saja bersikap dingin.
Yara menghela napas panjang, duduk di pinggiran ranjang yang terdapat taburan kelopak bunga mawar. Ada juga handuk yang dibentuk angsa berciuman, membuat Yara hanya bisa tersenyum kecut.
Dengan perasaan kesal, Yara membuat handuk berbentuk angsa itu saling berciuman.
"Selamat malam pengantin, Yara.." Kata Yara memperagakan suara angsa, ia sebal sekali dengan Aksa.
Ntah kenapa tiba-tiba saja Yara kepikiran dengan Hera. Kemana wanita itu setelah keributan yang baru saja dia buat, Yara tidak mengerti dengan apa maksud Hera meninggalkan Aksa.
“Dari segi fisik, Kak Aksa merupakan pria tampan bertubuh atletis. Dari segi uang, wah jangan tanya lagi. Sebenarnya alasan apa yang membuat Kak Hera kabur begitu saja?”
Berulang kali memikirkan alasan yang memungkinkan membuat kepala Yara sakit. Tidak juga menemukan jawaban, dan malah semakin mengasihani dirinya yang telah menjadi korban.
Tidak mau memikirkan hal itu, dengan tangan yang meraba-raba Yara berusaha melepas sanggul rambutnya. Melepas bunga-bunga kecil seorang diri, sudah pasti sangat sulit untuknya melakukan seorang diri.
•
•
Aksa pergi menuju tempat yang bisa menenangkan pikirannya. Berada satu kamar dengan Yara, hanya membuat hatinya semakin sakit. Aksa mengambil keputusan untuk kembali ke kamar kala tengah malam saja.
“Loh, Aksa?” Suara itu membuat langkah Aksa terhenti. Sepertinya rencana untuk kabur gagal sudah, sudah pasti tidak akan bisa pergi.
“Ini sudah malam, kau mau kemana?” Tanya Danu lagi, ia memegang pundak Aksa yang terlihat kesal padanya.
Tangan Aksa menepis tangan sang Kakak yang menyentuh nya, bukan jijik hanya tidak suka saja.
“Aku bosan satu kamar dengan Yara, hanya membuat hatiku sakit.” Aksa mengaku jujur kepada Danu.
Danu menghela napas panjang, sejujurnya ia kasihan dengan apa yang dialami oleh adik kesayangan nya itu. Tapi, apa yang boleh diperbuat semua sudah terlanjur terjadi.
“Tidak ada hal seperti itu, rasa sakit harus dihadapi terus. Sampai kapan mau kau hindari, hem?”
Aksa tidak merespon apapun, hanya diam menatap datar Danu.
Danu menarik tangan Aksa untuk kembali ke kamarnya, sudah pasti Aksa memberontak. Hanya saja Danu tidak memperdulikan itu, ia terus memaksa Aksa hingga kini sudah berada di pintu kamar nya.
“Sudah masuk, jangan kabur lagi.” Perintah sang Kakak, sudah pasti Aksa kesal setengah mati dibuatnya.
Ingin Aksa bersikukuh untuk kabur, tapi kala melihat tatapan Danu seperti serius. Aksa tidak mau bertengkar nanti, malah dirinya yang bisa mendapatkan pukulan maut dari sang ayah. Jadi, Aksa mengalah. Aksa masuk begitu saja tanpa kata sedikitpun kepada Danu yang tersenyum puas.
“Astaga, Danu.. Aku bangga kepada mu hari ini, baru kali ini kau terlihat berguna.” Ucap Danu memuji dirinya sendiri.
•
Kala Aksa masuk, yang pertama kali menyambut nya adalah Yara yang sedang kebingungan melepas gaun pengantin. Terlihat rambut berantakan serta omelan yang tiada henti keluar dari Yara.
“Kau sedang apa?” Tanya Aksa dengan tangan yang berkacak pinggang.
Yara terkejut setengah mati, mungkin karena terlalu fokus dengan gaun pengantin membuat Yara tidak sadar dengan kedatangan Aksa.
“Sulit sekali membuka kancing belakang gaun ini, aku tidak bisa menggapai nya.” Adu Yara dengan ekspresi wajah yang sedih.
“Oh,” Respon Aksa sesingkat singkat nya membuat mata Yara membola sempurna.
“Hanya Oh aja?”
“lalu?” Aksa malah bertanya balik, bahkan kini sudah duduk disofa dengan tangan sibuk bermain ponselnya.
Ingin sekali rasanya Yara menghajar Aksa sekarang juga. Benar-benar tidak peka dan cuek sekali, dikode juga tidak akan peka. Yara berdecak sebal, menghentakkan kaki lalu pergi keluar dari ruangan kamar.
Aksa tidak bertanya mau kemana wanita itu pergi, dirinya bodoamat saja.
“Aneh, tiba-tiba saja marah.” Ucap Aksa, ia kembali bermain dengan ponselnya.
Sepanjang jalan mencari bantuan sudah pasti Yara tiada henti mengumpat suaminya. Selama usia 18 tahun ini, Yara tidak pernah bertemu dengan pria sedingin Aksa. Irit bicara dan ketus sekalinya bicara.
“Sebenarnya dia itu manusia jenis apa? Dia itu salah hidup, seharusnya hidup sama beruang kutub aja noh.” Omel Yara kepada dinding yang tidak bersalah. Melampiaskan seolah-olah dinding itu adalah Aksa.
“Oh.. Oh.. Oh” Yara tiada henti memperagakan respon Aksa tadi, rasanya ia kesal sekali mengingat itu.
“Loh, tadi pengantin pria yang kabur, sekarang malah wanita nya.” Ucap Danu, ia terlihat lelah sekali dengan pasangan pengantin baru ini.
Mata Yara mengerjap melihat Danu berdiri menghalangi jalannya.
“Ayo kembali kekamar, jangan kabur kabur seperti ini.” Perintah nya, Danu mengarahkan tangannya agar Yara kembali ke tempatnya.
“Tapi..”
“Kembali kekamar, jangan pergi pergi lagi. Aku mengawasi sepanjang malam disini, aku tidak bercanda.” Pertegas Danu membuat Yara tidak bisa berkata kata lagi.
Dengan bibir cemberut seperti bebek, Yara kembali menuju kamar nya. Karna menerobos dari penjagaan Danu kelihatan percuma, karna pria itu terlihat serius dengan ucapannya.
Hingga akhirnya Yara sampai di kamar, ia melihat Aksa yang tengah memilih pakaian ganti.
“Kau itu apa tidak lelah, jalan kesana kemari pakai gaun seperti itu?” Tanya Aksa dengan raut wajah super datar.
“Bagaimana lagi, aku tidak bisa membuka kancing belakang nya.”
“Kenapa tidak minta tolong?” Tanya Aksa lagi.
“Sudah, Kakak yang tidak mau menolong ku.” Jawab Yara cepat tanpa berpikir dahulu.
“Kapan? Kau tidak ada meminta tolong, tau-tau main pergi saja. Siapa yang salah, hem?” Tanya Aksa lagi, kali ini ia menarik tangan Yara untuk lebih dekat dengannya.
Yara baru sadar itu, memang dirinya tidak ada meminta tolong kepada Aksa. Hanya mengharapkan kepekaan pria itu saja, sudah pasti Aksa tidak salah seratus persen padanya.