NovelToon NovelToon
New Mama Untuk Alesha

New Mama Untuk Alesha

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kumi Kimut

Olivia Caroline adalah seorang wanita matang dengan latar belakang kedua orang tua broken home. Meski memiliki segalanya, hatinya sangat kosong. Pertemuan dengan seorang gadis kecil di halte bis, membuatnya mengerti arti kejujuran dan kasih sayang.

"Bibi, mau kah kamu jadi Mamaku?"

"Ha? Tidak mungkin, sayang. Bibi akan menikah dengan pacar Bibi. Dimana rumahmu? Bibi akan bantu antarkan."

"Aku tidak mau pulang sebelum Bibi mau menikah dengan Papaku!"

Bagaimana kisah ini berlanjut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kumi Kimut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 15

Beberapa menit kemudian ...

Kini putri cantiknya sudah memakai seragam sekolah. Keduanya duduk manis di jok depan, sedangkan Peter dan Olive berada di samping mobil mewah itu.

"Bibi, nanti jangan lupa jalan-jalan sama aku dan papa ya?" ucap Alisia dengan gembira karena mendapatkan harapan baru dari papanya.

Olivia yang tidak tahu apa-apa hanya mengangguk saja." Oke, nanti kita jalan-jalan sepulang sekolah ya?"

"Ya, bibi! Oke."

Aarav menatap wajah Olive dan Peter lalu bilang." Aku antar Alesia dulu. Selamat tinggal."

"Ya, hati-hati di jalan," sahut Olivia.

"Ya."

Keadaan yang sangat canggung terlihat jelas antara Olive dan Aarav. Setelah mobil itu melaju menjauhi rumah, Olive membalikkan badannya lalu masuk ke dalam rumah kembali.

"Cie, yang lagi jatuh cinta cie." Peter meledek kakaknya, dia tahu apa yang ada di dalam hati seorang pria yang sedang jatuh cinta. Apalagi Olivia pun merasakan hal yang sama tapi masih malu-malu.

"Siapa yang jatuh cinta? Aku kah?" Raut wajah sang kakak seperti kebingungan. Nyatanya apa yang sedang terjadi tidak sama dengan pemikiran Olive.

"Ya iyalah mbak, masa aku? Aku tuh nggak punya cewek, nggak ada yang bisa aku cintai selain mbak."

"Hadeh, mana mungkin? Katanya kamu baru nembak cewek. Gimana? Langsung diterima kan?"

"Nggak semudah itu Mbak. Gadis yang aku taksir sangat pendiam, dia sulit untuk didekati. Aku bilang cinta saja lewat surat kok. Kan aku jadi keki."

"Lalu belum dijawab surat itu? Seru dong nembak cewek pakai surat cinta."

"Mbak ini sebenarnya memuji atau meledekku sih? Lebih baik mbak mandi deh. Kalau badan bau kayak gini otaknya jadi tidak cemerlang."

"Haha kamu ngomong apa? Ya ya, aku mandi dah biar kamu gak banyak cincong."

Olivia masih menahan tawanya karena pembahasan surat cinta oleh sang adik. Namun, hal ini tidak membuatnya lupa kalau sebenarnya sosok Aarav yang hadir di rumahnya menjemput Alesia tampak seperti seorang Papa yang gentle.

"Hm, pak Aarav lama-lama kok baik banget ya? Aku baru tahu kalau bosku yang ngeselin ini bisa sangat menghargai hubungan. Dia bahkan menjaga anaknya dengan baik. Sungguh pria idaman wanita," ucapnya seraya membayangkan betapa bahagianya kalau bisa bersama dengan Aarav.

"Ah sialan! Kenapa aku malah berpikir yang tidak-tidak! Huft! Dasar! Harusnya aku lebih mikir logika. Mana mau pak Aarav sama cewek belum move on ini? Gak gak. Pokoknya aku harus jual mahal," lanjut Olive malah jadi malu-malu kucing. Pikirannya terlalu jauh hingga hubungan yang tak mungkin terjadi terlintas begitu saja dalam benaknya.

***

Di kamar Olive ...

Setelah masuk ke dalam kamar mandi, Olive berusaha menenangkan diri di dalam bath up. Dirinya tidak ingin berpikiran yang aneh-aneh seperti tadi. Mario saja belum kelar urusannya, eh sudah mau jatuh cinta lagi? Gak mungkin.

Olive menikmati mandi di dalam bak yang penuh dengan busa dan aroma bunga mawar. Dia tidak akan melewatkan setiap detik untuk perawatan diri.

Tak berapa lama kemudian, wanita ini beranjak dari bathup lalu membilas tubuhnya. Setelah itu, tangan lentiknya meraih handuk kimono yang ada di rak.

*

*

Kini saatnya keluar dari kamar mandi. Ia mengganti baju di dalam sebuah ruang ganti. Kali ini, Olivia memakai celana panjang warna coklat dipadukan dengan kemeja dan blazer warna lebih gelap.

"Aku gak biasa dandan. Kalau sedikit pakai bedak gak masalah kali ya?" ucap Olivia yang nyatanya jarang pakai make up meski di mejanya banyak sekali koleksi make up dari yang murah sampai mahal. Olivia hanya akan pakai bedak saat acara penting saja.

Lima menit berlalu, ia sudah merasakan perbedaan dari wajahnya. Selain ada eyeliner, juga ada blush on.

"Haha kenapa aku kok mood banget dandan ya? Aneh."

Di tengah kegembiraannya memikirkan hal paling bahagia, tiba-tiba saja ponsel miliknya berdering.

Disana ada nomor ponsel yang tidak tersimpan di kontak. Namun, Olivia tahu itu nomor milik siapa.

"Mau apa lagi dia? Bukannya sudah selesai urusan denganku?" gerutu Olivia. Dia tak habis pikir dengan pemilik nomor ponsel karena tanpa rasa malu masih ada waktu meneleponnya setelah mengukir luka di hatinya.

Meski merasa emosi, Olive harus mampu menyikapi. Akhirnya, ia menggeser ikon call warna hijau dan menjawab panggilan itu.

"Halo, ada apa lagi? Bukannya urusan kita sudah usai?" tanya Olive dengan nada yang cukup kesal.

"Hm, setelah putus kok jadi judes ya? Padahal aku cuma pengen nanya kabarmu," jawab pria yang tidak punya hati. Dia adalah Mario.

"Lalu, aku harus gimana? Tetap baik sama kamu? Gak ada yang bakalan sama setelah semuanya hancur."

"Ya, aku tahu kamu sangat cinta sama aku. Aku hubungi kamu karena kangen, boleh kan?"

"Cih, omong kosong! Kalau sudah putus, putus saja. Gak jelas!"

Olivia tidak tahan dengan sikap yang ditunjukkan oleh Mario. Bukannya merasa bersalah atau meminta maaf, eh mantan kekasihnya justru menjengkelkan. Tanpa basa-basi, Olivia menutup panggilan telepon itu.

"Dasar mantan kurang ajar! Bisa-bisanya bilang kangen, huft! Kayaknya aku harus cari cowok baru deh. Aku nggak bisa diam terus kayak gini." Olivia memiliki pemikiran yang sangat maju, meski hatinya remuk, setidaknya isi otaknya masih normal.

Olivia tak akan bisa menjadi orang lain kalau model seperti ini. Dia tidak main-main dengan perasaan. Kalau sudah cinta pasti akan ia cintai sepenuh hati, tapi kalau lama-kelamaan bikin jengkel, ya pastinya galau sebentar, mantan ditinggal.

"Mbak! Udah kelar belum sih?" teriak Mario sambil mengedor pintu kamar sang kakak.

"Iya, mbak udah siap. Bentar, mbak ambil tas dulu."

"Ya, aku tunggu di luar. Jangan lupa kunci pintu depan."

"Oke."

Olivia lantas mengambil tas kerjanya, tak lama kemudian ia keluar dari kamar. Sang wanita bertekad tidak akan memberitahu Peter kalau Mario menghubunginya karena bakal jadi bahan olok-olokan.

"Huft! Aku mau kerja Tuhan. Lancarkanlah."

*

*

*

Di halaman rumah ...

Peter sudah menunggu di dalam mobil, tak berapa lama kemudian, datanglah Olivia.

"Aku aja yang nyetir."

"Loh tumben?"

"Lagi pengen aja."

"Pintu depan sudah kamu kunci?"

"Sudah."

"Oke, gaspol dah!"

Olivia segera menghidupkan mesin mobil. Perlahan mobil itu melaju meninggalkan rumah keduanya.

Sepanjang perjalanan menuju kantor, ponsel Olivia masih berdering. Peter cukup terganggu dengan hal ini.

"Siapa sih yang telepon? Jawab dulu kek." Wajah Peter sudah kesal. Tapi Olivia malas.

"Aku lagi nyetir, kamu aja yang jawab lah."

"Dih, mbak gitu ya? Oke. Kalau Pak Aarav yang telepon, aku bilang mbak lagi boker."

"Eh mana ada? Sialan."

"Hahaha. Makanya jawab."

"Iya, berisik!"

Olivia memasang headset bluetoothnya dengan hati-hati lalu menjawab panggilan telepon.

"Olivia ... Kenapa kamu mematikan panggilan telepon tadi? Aku masih ingin bicara sama kamu."

Suara Mario menggema ditelinga Olivia, membuat wanita ini gak mood.

"Aku lagi sibuk, nggak bisa gitu gak ganggu? Hubungan kita sudah selesai. Apa yang ingin disambung sih?"

"Kita kan masih bisa temenan? Dulu kita juga jadi teman kan? Ya ... Aku tidak menutup kemungkinan untuk balikan, cuma ... kamu harus dengerin ceritaku dulu."

"Hahaha, sebelumnya aku tuh nggak habis pikir lho sama kamu. Ya, aku menyadari kalau putus darimu adalah hal yang menyakitkan. Tapi, Peter menyadarkanku kalau kamu bukanlah orang yang pantas untuk aku cintai. Sekarang aku sudah memiliki penggantimu. Jangan ganggu aku lagi!"

Peter yang memahami isi percakapan Olivia dan Mario, langsung menyambung pembicaraan.

"Mbak, pacarmu telepon nih, cepet jawab! Nanti dia marah."

Olivia melirik ke arah sang adik." Haish anak ini, diem Napa!" gumamnya.

Sang adik memberi kode agar bersandiwara. Namun, Olivia malas. Kali ini, ia bukan hanya mematikan panggilan telepon, tapi juga memblokir nomor Mario.

"Kamu adalah masa laluku, bukan masa depanku. Aku akan terus melangkah meski hati masih sakit. Setidaknya, aku paham kenapa Tuhan memisahkan kita!"

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 🥰 salam kenal 🙏
kalea rizuky
berarti santi ma Arab bneran kah tidur bareng
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
Eva Karmita
semangat Olive jangan menangisi mantan tapi tataplah masa depan 💪😍😍😍😍
Eva Karmita
peluk Olive sabar ya mungkin Mario bukan jodoh mu 🤗🤗🤗
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
Eva Karmita
💓
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
KumiKimut: siap kak makasih ya, semoga suka/Kiss/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!