"Aku istrimu, Aditya! Bukan dia!" Aurelia menatap suaminya yang berdiri di ambang pintu, tangan masih menggenggam jemari Karina. Hatinya robek. Lima tahun pernikahan dihancurkan dalam sekejap.
Aditya mendesah. "Aku mencintainya, Aurel. Kau harus mengerti."
Mengerti? Bagaimana mungkin? Rumah tangga yang ia bangun dengan cinta kini menjadi puing. Karina tersenyum menang, seolah Aurelia hanya bayang-bayang masa lalu.
Tapi Aurelia bukan wanita lemah. Jika Aditya pikir ia akan meratap dan menerima, ia salah besar. Pengkhianatan ini harus dibayar—dengan cara yang tak akan pernah mereka duga.
Jangan lupa like, komentar, subscribe ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25 Di tahan Aditya dan Kalina
"Lepaskan aku! Kau pikir siapa kau bisa menyeretku keluar begini?! Aku Aditya Surya Pratama!" teriak Aditya sambil meronta, tangannya diborgol, wajahnya merah padam menahan amarah.
Petugas hanya diam, menggiringnya ke mobil tahanan. Di belakangnya, Kalina juga diseret keluar dengan tangan terikat, wajahnya penuh amarah dan ketakutan yang bercampur jadi satu.
"Aurelia perempuan jalang itu! Dia pasti menggunakan Reyhan untuk menjatuhkan kita! Aku akan balas! AKU AKAN BALAS SEMUANYA!" pekik Kalina, matanya melotot tajam ke arah Aurelia yang berdiri tenang di depan rumah peninggalan Pak Surya.
Aurelia tidak berkata apa-apa. Hanya menatap dingin, penuh ketegasan. Reyhan di sampingnya, mengisyaratkan petugas untuk segera membawa mereka.
"Kau pikir dengan menangkap kami kau menang, Aurelia?! HA! Ini belum selesai! Aku bersumpah, kau akan menyesal!" Aditya kembali berteriak.
Aurelia hanya mengangkat alis. "Kau akan punya banyak waktu untuk merenung di dalam sana, Aditya. Semoga kau menemukan jawaban yang selama ini kau hindari."
Mobil tahanan melaju, membelah sore yang mulai mendung. Di dalam mobil, Kalina menatap Aditya dengan panik. "Apa yang akan kita lakukan? Kita tidak bisa tinggal diam! Kita butuh seseorang... seseorang yang bisa bantu keluarkan kita dari semua ini."
Aditya menyipitkan mata. Wajahnya masih tegang, tapi otaknya mulai bekerja. "Kontak dia. Segera. Satu-satunya orang yang cukup gila dan punya koneksi untuk membalikkan keadaan."
"Kau yakin?" tanya Kalina.
"Hubungi sekarang, Kalina. Sebelum semuanya terlambat."
Di kantor polisi, interogasi berjalan ketat. Ruangannya penuh tekanan. Dua lampu sorot diarahkan ke wajah Aditya dan Kalina secara bergantian. Polisi menggiring pertanyaan demi pertanyaan, menampilkan bukti-bukti dari hasil investigasi Aurelia dan Reyhan.
"Anda tahu bahwa dana yang Anda kelola untuk yayasan fiktif mengalir ke rekening pribadi Kalina Surya?"
Aditya mendesis. "Fitnah. Semua itu karangan si wanita licik itu. Dia hanya sakit hati dan sedang membalas dendam."
"Kami memiliki rekaman suara, bukti transfer, dan saksi. Termasuk dari pihak bank."
Kalina mencoba menepis semuanya. "Kalian percaya sama Aurelia? Wanita gila yang manja itu? Dia bukan siapa-siapa tanpa Reyhan!"
Namun petugas tetap tenang, mencatat setiap pembelaan kosong mereka.
Di luar ruang interogasi, Reyhan berdiri menunggu bersama Aurelia. Gadis itu memejamkan mata sejenak.
"Apakah kau menyesal?" tanya Reyhan tiba-tiba.
Aurelia membuka mata, menatap lurus ke cermin satu arah yang memantulkan wajah Aditya di ruang interogasi.
"Tidak, Reyhan. Justru aku merasa baru saja memulai segalanya."
Sementara itu, di dalam sel tahanan sementara, Aditya duduk gelisah. Ia menatap Kalina yang terus-menerus mencoba menelepon seseorang.
"Jawab... ayolah, angkat!" Kalina mendesis.
Akhirnya, sambungan terhubung.
"Kami butuh bantuanmu. Sekarang. Aurelia menjebak kami. Kau harus lakukan sesuatu. Kita pernah bantu kau dulu, sekarang saatnya kau balas."
Suara di seberang terdengar berat dan dingin. "Kalian terlalu ceroboh. Tapi baiklah. Tunggu kabar dariku."
Aditya tersenyum bengis. "Permainan belum selesai, Aurelia. Kau belum tahu siapa yang kau lawan."
Siapa orang misterius itu? Dan rencana macam apa yang akan dijalankan untuk membebaskan Aditya dan Kalina dari jerat hukum?
Aurelia... belum tentu akan menang secepat itu.
Di dalam ruangan interogasi, Aditya duduk dengan kedua tangan terikat di depan meja baja dingin. Wajahnya kusut, matanya menyimpan amarah yang menyala-nyala. Kalina duduk di sampingnya, masih dengan gaun mewah yang kini lusuh dan sedikit robek, namun dengan sorot mata yang tetap congkak dan penuh kebencian.
"Kau pikir kau bisa menjebak kami, Aurelia?" Kalina menoleh tajam ke kamera pengintai di sudut ruangan. Ia tahu, wanita itu pasti memantau dari balik layar. "Tapi kami akan keluar dari sini, dan saat itu terjadi, kau akan menyesal telah berani menyentuh kami!"
Aditya mendengus kesal, mengetukkan jari ke meja. "Berhenti teriak. Fokus. Sekarang bukan waktunya panik. Kita punya kartu terakhir. Hubungi dia."
Kalina tampak ragu, tapi akhirnya mengangguk. Ia memejamkan mata sejenak, lalu membisikkan sebuah nama yang membuat Aditya tersenyum tipis.
"Bisa kau ulangi?" tanya salah satu penyidik yang duduk di hadapan mereka. Ia menatap dengan tajam, mengamati perubahan ekspresi Aditya.
Aditya mendekat, lalu berbisik pelan. "Kalian takkan pernah bisa menahan kami lebih dari 24 jam. Siapkan media, siapkan panggung. Kami akan kembali—lebih kuat."
Kalina menyeringai. "Dan Aurelia... akan tenggelam dalam kehancurannya sendiri."
Sementara itu di ruang pengawasan, Aurelia menyaksikan rekaman itu dengan wajah tanpa ekspresi. Reyhan berdiri di sampingnya, matanya mengamati reaksi Aurelia.
"Kau yakin ini tak terlalu cepat?" tanya Reyhan perlahan.
Aurelia menoleh. "Mereka pikir ini akhir? Ini baru pembuka. Biarkan mereka berharap, lalu patahkan semuanya."
Ia berdiri dan berjalan menuju ruangan utama di kantor barunya. Di meja kerjanya sudah tertata rapi berkas-berkas yang mengikat banyak aset Aditya—yang kini telah berpindah ke tangannya.
Reyhan mengikuti di belakangnya. "Kita masih punya satu langkah terakhir. Siap untuk itu?"
Aurelia membalikkan badan. Kali ini senyumnya dingin.
"Lebih dari siap. Saat Kalina menghubungi kontak rahasianya... dia akan membuka pintu neraka untuk mereka berdua."
Di sisi lain kota, seorang pria berjubah hitam menerima panggilan dari Kalina. Ia tidak menjawab, hanya menatap layar ponselnya dengan senyum miring. Di balik punggungnya, terdapat dinding penuh foto Aurelia yang tertusuk paku, coretan-coretan merah membentuk pola rencana yang mengerikan.
"Waktunya memainkan bagianku," gumamnya.
Dan di layar komputer, satu per satu file rekaman mulai menghilang. Bukti-bukti perlahan lenyap—dan bayangan bahaya semakin mendekat ke arah Aurelia tanpa ia sadari.
Apakah mampu Aurelia melawan orang yang di balik Kalina? Bagaimana langkah selanjutnya Aurelia?
(BERSAMBUNG KE BAB SELANJUTNYA)
kadang dituliskan "Aurelnya pergi meninggalkan ruangan tsb dengan Anggun"
Namun.. berlanjut, kalau Aurel masih ada kembali diruangan tsb 😁😁🙏