NovelToon NovelToon
MODERN DEMON CULTIVATOR

MODERN DEMON CULTIVATOR

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Menjadi Pengusaha / Kultivasi Modern
Popularitas:19.9k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Mo Xie, Iblis Merah yang ditakuti di seluruh Alam Shenzhou, dikenal sebagai penghancur dunia yang bahkan para dewa dan kultivator agung bersatu untuk mengalahkannya.

Namun, kematiannya bukanlah akhir. Mo Xie terlahir kembali di dunia kultivator modern sebagai dirinya yang dulu—seorang pria lemah yang direndahkan dan dihancurkan harga dirinya.

Dengan kekuatan dan kebijaksanaan dari kehidupannya sebagai Iblis Merah, Mo Xie bersumpah untuk membalas dendam pada mereka yang pernah meremehkannya dan menaklukkan dunia sekali lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34 Kekerasan Di Rumah Tangga: Perasaan Yang Tak Dapat Diartikan

Langit malam gelap dan angin berembus dingin di atas jembatan gantung. Mo Xie menatap Lin Xiaoyu, yang berdiri di bawah cahaya lampu jalan yang temaram. Bayangan panjang mereka membentang di permukaan beton, menciptakan suasana yang semakin sunyi.

Lin Xiaoyu menggigit bibirnya sambil menundukkan kepala. Jemarinya meremas erat tepi gaunnya yang kotor dan lusuh.

"Maaf…" suaranya nyaris seperti bisikan, penuh rasa bersalah. "Aku… aku tidak bisa datang."

Mo Xie tetap diam, membiarkan kata-kata gadis itu mengalir tanpa terburu-buru menuntut jawaban. Dia bisa melihat bagaimana bahu Lin Xiaoyu sedikit bergetar, bagaimana matanya yang sembab menghindari tatapannya.

"Tidak apa-apa," ujar Mo Xie akhirnya, suaranya lembut. "Aku hanya ingin tahu, apa yang terjadi padamu?"

Lin Xiaoyu menggeleng cepat, lalu tersenyum samar—senyum yang dipaksakan. "Aku… Aku hanya terlalu lelah. Aku tidak ingin membuatmu khawatir."

Mo Xie mengamati lebam samar di pipinya, luka yang jelas bukan akibat kelelahan biasa, tapi lebam karena dipukul.

Lin Xiaoyu berusaha keras menahan emosinya, tapi tatapan lembut Mo Xie justru membuat pertahanannya runtuh. Matanya mulai berair, lalu bahunya bergetar semakin kuat.

"Aku benar-benar minta maaf… Kau pasti sudah menunggu lama," katanya dengan suara bergetar.

Mo Xie menghela napas, mendekat sedikit. "Jangan minta maaf. Aku hanya ingin tahu, siapa yang menyakitimu?"

Namun, bukannya menjawab, Lin Xiaoyu menutup wajahnya dengan kedua tangan dan mulai terisak.

Mo Xie terdiam, tidak tahu harus berbuat apa. Dia bukan tipe yang pandai menghibur seseorang dalam situasi seperti ini. Tapi melihat Lin Xiaoyu menangis di depannya, melihat kesedihan yang selama ini dia sembunyikan, membuatnya merasakan sesuatu yang samar di dadanya.

Perlahan, dia mengulurkan tangan, tapi sebelum menyentuh bahu gadis itu, dia mengurungkan niatnya.

"Lupakan saja," kata Mo Xie pelan. "Aku tidak akan memaksa jika kau tidak ingin cerita."

Lin Xiaoyu mengusap air matanya dengan punggung tangan. Dia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri.

"Aku harus pulang," katanya akhirnya, suaranya lemah.

Mo Xie mengangguk. "Aku antar."

Lin Xiaoyu tampak ragu sejenak, seperti ingin menolak. Tapi ketika melihat ekspresi Mo Xie yang tak mau dibantah, dia akhirnya hanya mengangguk lemah.

Langit malam di Distrik Jingfeng dipenuhi kelam pekat, hanya diterangi lampu jalan yang sesekali berkelip redup.

Suara langkah kaki Mo Xie dan Lin Xiaoyu bergema pelan di sepanjang jalan berbatu. Mereka tak banyak bicara. Hanya desiran angin yang menjadi saksi betapa suasana di antara mereka terasa berat.

Lin Xiaoyu berjalan sedikit di depan, sesekali menunduk seakan ingin menyembunyikan wajahnya. Matanya merah, bibirnya sedikit bergetar. Mo Xie memperhatikan gerak-geriknya, memperhitungkan setiap detail—gadis itu sedang menahan sesuatu, sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar rasa bersalah karena telah membuatnya menunggu.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah rumah tua yang tersembunyi di gang kecil. Bangunan itu tampak kumuh, dindingnya penuh retakan, atapnya hampir runtuh, dan jendela kayunya dipaku sembarangan dengan papan-papan rapuh.

Bau alkohol dan asap rokok menyelinap dari celah pintu, bercampur dengan udara dingin malam itu.

Lin Xiaoyu berhenti di depan pintu. Tangannya mengepal, seolah ragu untuk masuk.

“Sampai di sini saja,” katanya, suaranya bergetar pelan. “Terima kasih.”

Mo Xie tidak segera pergi. Matanya tetap mengawasi wajah gadis itu, mencari tanda-tanda yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Lin Xiaoyu menghindari tatapannya.

Akhirnya, Mo Xie menghela napas dan mengangguk. “Baiklah.”

Lin Xiaoyu tersenyum samar—senyum yang dipaksakan, lalu berbalik dan membuka pintu. Saat dia melangkah masuk, Mo Xie tetap berdiri di tempatnya, memperhatikan hingga bayangan gadis itu menghilang di dalam rumah.

Namun, baru beberapa detik setelah pintu tertutup, suara kaca pecah terdengar dari dalam.

Mo Xie langsung menegang.

Lalu terdengar suara bentakan kasar, diikuti oleh suara tubuh jatuh ke lantai.

Detik berikutnya, tanpa ragu, Mo Xie bergerak.

Dia mendorong pintu kayu yang sudah lapuk itu, hingga engselnya berderit keras. Begitu masuk, pemandangan yang ada di depannya membuat dadanya bergejolak dengan amarah yang mendidih.

Di tengah ruangan yang berantakan, Lin Xiaoyu terjatuh di lantai, wajahnya meringis kesakitan. Pecahan botol minuman berserakan di sekitarnya.

Di depannya, seorang pria berusia setengah baya berdiri dengan mata merah dan nafas bau alkohol. Tubuhnya tinggi besar, pakaiannya kusut dan penuh noda, sementara tangannya masih menggenggam botol yang kini tinggal separuh.

“Kau pikir kau mau kemana, hah?! Dasar anak tidak tahu diri—”

Sebelum pria itu bisa menyelesaikan kalimatnya, Mo Xie sudah bergerak.

Dengan kecepatan yang hampir tidak bisa ditangkap mata, dia menerjang ke depan. Tangannya mencengkeram pergelangan pria itu dan memuntirnya dengan kasar.

"Aargh!"

Jeritan kesakitan menggema di dalam rumah. Botol yang digenggam pria itu jatuh dan pecah di lantai.

Mo Xie menatap pria itu dengan dingin, matanya seperti lautan tanpa emosi. “Sentuh dia lagi,” suaranya rendah, namun mengandung ancaman yang begitu nyata, “dan aku pastikan tanganmu tidak akan bisa digunakan lagi.”

Pria itu terjatuh, wajahnya penuh kesakitan dan ketakutan. Entah karena ancaman Mo Xie, atau karena tatapan yang diberikan anak muda itu—tatapan seorang iblis yang baru saja keluar dari neraka. Penuh amarah dan kebencian.

Mo Xie menatap Lin Xiaoyu yang masih terduduk di lantai, tangannya sedikit terangkat, berniat membantunya berdiri. Namun, sebelum jemarinya sempat menyentuh, Lin Xiaoyu dengan cepat menepisnya.

Mo Xie terdiam.

Sebaliknya, Lin Xiaoyu malah merangkak mendekati pria yang baru saja menyakitinya. Dengan mata berkaca-kaca, dia memegang lengan ayahnya—Lin Gua—yang masih mengerang kesakitan akibat cengkeraman Mo Xie.

"Ayah… kau tidak apa-apa?" suara Lin Xiaoyu bergetar, tapi ada ketulusan di dalamnya.

Mo Xie menyaksikan itu dengan mata yang semakin gelap. Ada sesuatu yang berkecamuk di dadanya, perasaan yang sulit dijelaskan.

Lin Gua menatap Mo Xie dengan sinis dan penuh kebencian. "Lihat apa yang kau lakukan, bocah sialan! Kau pikir kau siapa, masuk ke rumah orang dan membuat kekacauan?"

Mo Xie tidak menjawab.

"Kau yang membuat semua ini terjadi!" suara Lin Gua semakin keras. "Kalau bukan karena kau, Xiaoyu tidak akan melawan! Kau membuatnya menjadi anak durhaka!"

Lin Xiaoyu menunduk, tubuhnya sedikit gemetar.

"Dan kau!" Lin Gua menoleh ke putrinya dengan tatapan tajam. "Semua ini salahmu! Kalau saja kau tidak membawa pacar sialanmu ini, aku tidak akan terluka seperti ini!"

Lin Xiaoyu menggigit bibirnya, lalu menggeleng pelan. "Mo Xie bukan pacarku…"

Kata-kata itu terdengar seperti belati yang menancap di dada Mo Xie.

Bukan karena dia mengharapkan pengakuan, tetapi karena nadanya… terlalu meyakinkan.

Sejenak, wajah seorang gadis lain melintas di pikirannya—seseorang dari kehidupannya di Alam Shenzhou. Seseorang yang dulu juga mengatakan hal yang sama, seseorang yang dulu juga memilih untuk mengabaikan bantuannya dan memilih orang yang menyakitinya.

Seketika, ingatan itu berbaur dengan kenyataan. Perasaan lama yang seharusnya sudah mati kembali menggeliat di dadanya, meninggalkan luka samar yang tidak bisa dijelaskan.

Mo Xie mengatupkan rahangnya, tak bisa membalas apapun yang dikatakan oleh Lin Gua.

"Keluar," suara Lin Gua penuh kebencian. "Ini urusan keluarga kami, dan kau tidak punya hak untuk ikut campur!"

Mo Xie tidak bergerak. Tatapannya beralih ke Lin Xiaoyu yang tetap menunduk, seolah tidak ingin menatapnya kembali.

Hening menyelimuti ruangan selama beberapa detik.

Akhirnya, Mo Xie menghela napas panjang, lalu berbalik. Tanpa sepatah kata pun, dia berjalan keluar dari rumah itu.

Begitu dia melangkah ke jalanan yang gelap, udara dingin malam menyapu wajahnya. Namun, dinginnya tidak bisa menandingi sesuatu yang mengganjal di dadanya.

Dia tidak tahu kenapa dia merasa seperti ini.

Tapi satu hal yang pasti—perasaan itu membuatnya tidak nyaman.

1
tomy
lanjut thor
tomy
ini novel ga dilanjut lagi ya?
Arshad Arshad
Luar biasa
Ryan Jacob
semangat Thor
Niti
luar biasa!
Wyne nais
siippp
Wyne nais
/Drool//Drool/
Wyne nais
gass
Wyne nais
semangat
Wyne nais
sippp
Wyne nais
gaaas
Wyne nais
sip
Wyne nais
gass
Jamal Amir
update banyak chapter nya Thor
Hardware Solution
mawar 🌹 untukmu Thor...yg rajin update /Heart//Heart//Heart//Heart/
Caveine: makasih kak 🔥🔥
total 1 replies
Hardware Solution
ayo Thor....yg rajin update. tak tunggu.!!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!