Safira di jebak oleh teman-teman yang merasa iri padanya, hingga ia hamil dan memiliki tiga anak sekaligus dari pria yang pernah menodainya.
Perjalanan sulit untuk membesarkan ke tiga anaknya seorang diri, membuatnya melupakan tentang rasa cinta. Sulit baginya untuk bisa mempercayai kaum lelaki, dan ia hanya menganggap laki-laki itu teman.
Sampai saat ayah dari ke tiga anaknya datang memohon ampun atas apa yang ia lakukan dulu, barulah Safira bisa menerima seseorang yang selalu mengatakan cinta untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sun_flower95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 21
Arselo sedang menangani pekerjaannya seperti biasa, tapi entah kenapa rasanya beberapa hari ini ia teringat pertemuannya dengan anak kembar laki-laki waktu itu membuatnya sedikit penasaran, ia pun mengambil ponselnya untuk menelpon Arsela.
"Halo Sel"
"Iya bang? Ada apa? Tumben Abang telpon, ada hal penting apa?"
"Hmmm, Abang sedikit penasaran dengan anak kembar yang waktu itu Abang temui. Apa kau tahu dimana rumah mereka?"
"Kalau yang Abang maksud itu Dayyan dan Raiyan, mereka sudah pergi dari desa ini"
"Pergi? Kapan? Abang gak pernah tahu"
"Memangnya itu penting buat Abang?"
"Ya ngga juga sih"
"Ya sudah lah kalau gitu"
"Ya bang"
Setelah mengucapkan salam, Arselo pun menutup telponnya. Ia berfikir kemana kira-kira anak-anak itu pergi.
"Pantas saja bu Rumini selalu membicarakan kalau dia merasa kehilangan dengan tidak adanya anak-anak itu" ucap Arselo lirih, entah kenapa hatinya masih saja gelisah tak menentu. Hatinya merasa sedih tapi ia tak bisa menjelaskan kesedihan itu, dan saat ini ia hanya ingin bertemu dengan anak kembar itu tanpa alasan apa pun.
***
Safira hari ini akan mendatangi sekolah TK HARAPAN BUNDA untuk mendaftarkan ketiga anak-anaknya, ia tak perlu menaiki taksi karena letaknya cukup dekat dengan rumah mereka, dan kini Safira juga sudah mulai menggunakan ponsel kembali.
Seperti perkataan Abizar, hari ini Caca datang ke rumahnya sendirian, jadi Safira bisa pergi sendiri dengan tenang.
Safira memperhatikan bangunan sekolah itu, cukup baik dan aman untuk anak-anaknya. Ia pun menghampiri kepala sekolah itu dan berbicara tentang hal-hal yang menyangkut kegiatan anak-anak di sana. Setelah mendapatkan cukup informasi Safira pun mulai mengisi formulir pendaftaran dan menyerahkan beberapa berkas yang diminta oleh kepala sekolah sebagai persyaratan.
"Oke bu Fira, mulai besok anak-anak ibu sudah bisa datang dan mengikuti pembelajaran di sini" ucap kepala sekolah itu yang bernama bu Rima
"Terimakasih banyak bu, mohon bantuannya" ucap Safira menjabat tangan bu Rima
"Sama-sama bu, semoga anak-anak ibu betah sekolah di sini nanti" ucap bu Rima
"Mudah-mudahan ya bu, besok saya akan mengantarkan mereka terlebih dahulu" ucap Safira.
"Iya silahkan bu" jawab bu Rima.
Setelah berbincang sedikit, Safira pun pamit undur diri.
Safira melangkahkan kakinya keluar gerbang sekolah dan berjalan ke arah zebra croos yang ada di perempatan jalan untuk menuju restoran yang rencananya akan di buka minggu depan.
"Tinggal beberapa hari lagi, dan aku akan sibuk" ucapnya pelan sambil melihat kanan kiri sebelum menyebrang, jalanan lumayan ramai ia pun segera berjalan saat lampu rambu menyala merah, hingga...
******CKIT******...
Suara rem mobil begitu terdengar jelas, Safira merunduk, ia sangat ketakutan. Beruntung mobil itu masih bisa di kendalikan dengan baik jadi ia bisa terhindar dari kecelakaan itu, seseorang dengan berpakaian rapi turun dari mobil itu.
"Maaf sudah membuat nona terkejut, apa anda terluka?" ucap pria itu. Pria itu minta maaf sambil memapah Safira yang kakinya sudah gemetaran karena kaget, ia pun mendudukkan Safira di bangku terdekat dan mengambil air minum utuh yang berada di jok mobilnya.
"Sekali lagi saya minta maaf nona, saya sedang terburu-buru karena itu saya tak memperhatikan jalanan" ucap pria itu lagi saat melihat Safira yang masih syok. Setelah Safira minum ia pun berangsur membaik.
"Saya tidak apa-apa tuan, silahkan lanjutkan perjalanan anda, dan terimakasih sudah memberi saya minum" ucap Safira setelah perasaannya stabil.
"Maafkan saya nona, lain kali jika kita bertemu lagi saya akan meminta maaf dengan benar, karena saat ini saya sedang sangat terburu-buru" ucap pria itu lagi.
"Iya, baiklah tuan" jawab Safira.
Laki-laki itu pun pergi dengan sangat cepat, bahkan Safira yang melihatnya pun sampai geleng-geleng kepala.
Safira pun melanjutkan perjalanannya menuju restoran itu yang tinggal beberapa meter lagi, setelah ia sampai baru lah ia bisa melepaskan kelegaan di hatinya.
"Ya tuhan, aku bener-bener syok tadi" gumamnya saat sudah sampai di tempat ruangan khususnya kerja.
Safira masih harus menyelesaikan beberapa persiapan lagi untuk bisa beres seratus persen dan tanpa kendala saat hari pembukaan restoran itu tiba.
Hari mulai beranjak petang, tak terasa waktu berjalan Safira membereskan berkas-berkas yang ada di atas mejanya dan bersiap untuk pulang, beruntung jika pulang ia tak harus menyebrang lagi dan hanya perlu berjalan selama dua puluh menit.
"Assalamu'alaikum" sapa Safira
"Wa'alaikum salam, ma" sambut Dayyan.
"Abang sendiri? Mana yang lain?" tanya Safira karena ia hanya mendapati si sulung yang tengah duduk di sofa depan TV.
"Rai lagi mandi, aunty Caca lagi bantu Qiran pakai baju di kamarnya" terang Dayyan.
"Oh, Abang sendiri udah mandi?" tanya Safira.
"Udah dong" jawab Dayyan sambil menghampiri mamanya.
"Abang tolong simpan tas mama ke kamar ya, mama mau langsung masal dulu" perintah Safira seraya menyerahkan tas jinjingnya pada Dayyan, dan Dayyan pun menerima tas itu untuk ia simpan ke kamar mamanya.
"Mama, udah pulang? Kapan?" tanya Raiyan yang melihat mamanya tengah membersihkan sayuran dan bersiap memasak makan malam mereka.
"Udah, baru sampai tadi" jawab Safira tersenyum ke arah Raiyan.
"Sama uncle Abi gak ma?" tanya Raiyan.
"Ngga sayang, hari ini Uncle gak kesini, beliau sedang sibuk" jawab Safira memberi pengertian pada anak ke duanya.
"Oh, iya deh" ucap Raiyan sedikit merasa kecewa.
Tak berapa lama Caca dan Qirani pun muncul mereka berjalan bersama,
"Teh, kapan datang?" tanya Caca.
"Belum lama, kamu makan malam di sini ya, teteh masak banyak ini" ajak Safira.
"Iya boleh teh, apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Caca yang melihat Safira tengah memasak sayur sambil menggoreng ikan.
"Gak usah, Ca. Kamu tolong temenin anak-anak aja di depan, dan tolong telponin Abizar. Raiyan kayaknya kangen banget sama dia, itu HP teteh ada di atas meja dekat TV" ucap Safira.
"Oke teh" jawab Caca berlalu dari dapur menuju ruang TV sambil membawa HP milik Safira.
"Ayo anak-anak, siapa yang mau telpon uncle sini!!!" seru Caca pada anak-anak itu, mereka pun berebut untuk bisa menatap wajah Abizar yang ada di telpon.
Suara riuh canda tawa mereka terdengar sampai ke dapur, Safira yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan pelan kepalanya. Setelah makanan tersaji, Safira pun bergegas untuk mandi terlebih dahulu sebelum makan. Safira tak mendapati suara anak-anak mau pun Caca, ia pun memanggil-manggil mereka. Hingga saat sampai di ruang tamu, tiba-tiba lampu rumahnya padam, Safira makin cemas dengan keadaan anak-anaknya hingga lampu pun tiba-tiba menyala dan teriakan...
"Selamat ulang tahun mama, kami sayang mama"