Cinta Disaat Membenci

Belum sempat Rey tertidur pulas, pagi nya ia akan berangkat ke sekolah. Fahira sendiri sedang memasak sarapan untuk Rey, walau sudah ada maid di rumah nya, tapi masalah dapur semua Fahira yang pegang kendali.

"Nih A nasi goreng nya" Fahira menyerahkan nasi goreng untuk Rey. Rey menerima itu dengan baik dan penuh senyuman.

"Terima kasih Neng" Jawab Rey.

"Gimana keadaan neng sudah mendingan sakitnya?" Tanya Rey.

"Jangan pikirkan neng, pikirkan badan Aa sendiri aja gimana sudah mendingan belum?" Tanya balik Fahira.

"Ya sudah kok sayang" Jawab Rey. Asli nya si pria itu masih panas tubuhnya.

"Alhamdulillah" Kata Fahira. Tak lama mereka pun makan bersama hingga selesai.

"Biarkan bibi aja yang cuci piring nya non" Pinta Bik Lastri sambil mengambil piring kotor yang di bawa Fahira.

"Makasih bik... Oh iya bik, nanti kalau mamah sama papah sudah datang ke rumah suruh tunggu ya, aku pulang cepat kalau hari Sabtu."

"Iya non siap"

"Makasih bik, kita pergi ke sekolah dulu ya, assalamualaikum" Kata Fahira sambil memasang kedua tali tas nya ke pundak.

"Sama-sama non, walaikumsalam"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sampainya mereka di halaman sekolah, terlihat masih ada Gabriel yang sedang berjalan tegak menantang saat melewati mereka dari arah yang berlawanan.

Fahira agak nya takut, Rey pun langsung melindungi istrinya sambil menatap tajam ke arah Gabriel.

Hembusan nafas kasar dari Gabriel seolah ia terlihat tidak puas dengan apa yang ia lihat barusan. Namun, Gabriel saat lewati mereka tidak membuat keributan.

Normal saja gitu tanpa ada rasa dosa, tidak ingat dengan apa yang kemarin ia lakukan pada Rey.

Rey langsung membawa Fahira untuk masuk ke dalam kelas nya.

Dalam perjalanan nya ia sedikit bertanya—tanya dalam hati "Kenapa ayah nya Naysila tidak tangkap orang itu? Dan kenapa ia jadi merasa sok paling jagoan?"

Rey sekilas menoleh ke belakang, lagi-lagi Gabriel terlihat normal pada perilaku nya.

"Apa karena saya kemarin bilang, kalau nay itu istri saya?" Batin Rey.

Disaat Rey sudah kembali menatap depan, barulah dibelakang sana Gabriel menatap tajam ke arah mereka.

Sampai kelas.

Fahira duduk normal seperti biasa di samping Gita, Rey sendiri duduk di tempat duduk nya.

"Rey wajah lu napa bonyok gitu?" Sebuah kalimat pertanyaan dari Ruly membuat semua murid yang belum sadar langsung tertoleh.

Eca sampai menghampiri tempat duduk Rey untuk mempertanyakan luka lebam yang masih menempel pada wajah nya.

"Ulah Gabriel biasa" Kata Rey dengan lantang.

"Gabriel?..." Eca mendelik sinis ke Gabriel.

"A sudah" Lerai Fahira agar Rey tidak memancing keributan di dalam kelas.

Reaksi Gabriel terlihat masih normal-normal saja di kelas itu, walau semua pandangan sinis dari teman-teman nya terus menatap ke arah nya.

Mereka pun sudah mulai belajar dengan tenang setelah guru sudah masuk ke dalam kelas. Hingga pelajaran pertama selesai dijalankan dengan sangat baik oleh murid sekelas.

Jam pelajaran kedua adalah olahraga, materi yang di berikan guru adalah lari maraton 50 kilo meter mengelilingi kota bandung yang akan finish di gerbang sekolah.

Ketika peluit guru sudah berbunyi, para siswa langsung mulai berlari.

Fahira, Eca, Gita, Kinar lari berdampingan, di belakang nya ada Rey sedang memperlambat lari nya, dibelakang nya Rey ada Gabriel dan Rangga memantau dari kejauhan.

Rey mempercepat langkah kaki nya ketika ia sadar sedang di ikuti dari belakang. Padahal mereka lagi tidak lagi mau mengintimidasi.

Ya, tujuan mereka bukan lain untuk mampir di warung untuk beli es serta rokok. Perbuatan itu tampak nya di ikuti oleh Eca dan Kinar yang membeli minuman.

"Duluan aja Ra" Kata Eca disaat Fahira malah berdiam diri melihat saudara tirinya yang belok ke warung.

"Yaudah" Kata Fahira melanjutkan lari.

Tak lama, Gita mengajak Fahira untuk mampir ke warung yang mereka temui untuk membeli minum.

"Kebiasaan kalian kah seperti ini?" Kata Rey yang ikut terbawa arus dari kelakuan Gita.

Fahira menggeleng "Aku cuma temani Gita aja kok, enggak ikut jajan" Kata Fahira sambil memegang roti entah gadis itu ambil dari mana.

"Tuh apa di tangan?" Tunjuk Rey.

Fahira langsung melepas nya. "Mana gak ada apa-apa" Kata Fahira sok polos.

Rey sekilas menatap, ia maju ke arah kulkas untuk mengambil dua minuman soda di dalam kulkas.

"Oh iya" Rey menaruh kembali satu minuman soda ke dalam, di gantikan dengan botol air mineral untuk Fahira minum. Hampir aja Rey lupa kalau Fahira ini sedang ada janin yang rentan keguguran.

"Makasih A" Kata Fahira sambil mengambil posisi duduk, lalu ia mendongak kepala untuk minum air mineral dingin tersebut.

"Ciyeee dibayarin Aa nya, kalian ini sudah pacaran ya?" Tanya Gita yang penasaran.

Fahira mengangguk kepala sejenak untuk merespon, lalu lanjut minum sisaan air di dalam botol.

Tak lama, mereka kembali melanjutkan materi pelajaran dari guru yang sempat ia lecengkan.

Hingga pelarian mereka hampir mendekati gerbang sekolah, Rey mendadak berhenti ketika netra nya melihat Naysila sedang duduk di halte depan kampus bersama Intan.

Berselang Rey menoleh, Eca lewat dengan kepala tertoleh ke arah yang Rey lihat

Selanjutnya kepala Eca menatap Rey sambil menggeleng kepala. Saat itu juga Rey kembali berlari setelah terciduk melihat wanita lain oleh saudara tiri dari istri nya.