Di nikahi karena hamil anak sang majikan tidak menjamin membuat hidup Kanaya Bahagia. Ia justru semakin menderita dari sebelumnya.
Belum seberapa lama ia menikah, Kanaya harus kembali menelan pil pahit ketika suaminya dengan tega menikah lagi dengan wanita yang di cintainya.
Sakit, lahir dan batin Kanaya rasakan saat Aditya sang suami lebih mengutamakan istri mudanya di bandingkan dirinya.
Terlebih, sebuah fitnah yang datang dari ibu mertua dan madunya membuat Kanaya di usir dalam keadaan hamil muda.
Terpaksa Kanaya Harus merawat anaknya seorang diri dengan penuh ketulusan. Hingga beberapa tahun setelahnya Kanaya bertemu dengan seorang pria Duda beranak dua yang mampu menerima dirinya apa adanya.
Akankah Kanaya bahagia dengan Pria tersebut? Atau Justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cekcok
Mobil mewah berwarna hitam tengah memasuki halaman rumah besar nan mewah milik Tuan Wira. Aditya keluar dari mobil tersebut dengan ekspresi marah. Pria dua puluh delapan tahun itu memutar mobil, membuka pintu dan memaksa Aline segera turun.
Pria itu mencengkram pergelangan tangan sang istri dengan begitu eratnya. Tanpa peduli dengan rintihan Aline yang merasa sangat kesakitan. Aditya terus menarik sang istri agar cepat masuk.
"Mas.. lepas mas... sakitttt...."Aline terus berontak berusaha melepaskan tangannya dari cengkaraman tangan sang suami, tapi sepertinya Aditya sudah emosi. Bahkan pria tersebut mengabaikan teriakan ibunya yang meminta agar melepaskan Aline.
Aditya membawa Aline memasuki kamarnya, pria itu melempar tubuh seksi Aline ke atas ranjang dengan begitu kasarnya, Membuat Aline terlihat ketakutan.
Plaaak...
plaaakkk....
"Aaaoowwww... sakit mas...."Aditya naik ke atas tempat tidurnya, pria itu menarik rambut bagian belakang Aline dan menjambaknya membuat Aline lagi-lagi merintih.
"Kau sengaja keluar dengan pakaian seperti ini.. Berulang kali aku bicara jangan sering keluar tapi kau tidak pernah peduli dengan ucapan ku!! Kau mau jadi istri pembangkang!!? dan sekarang asal kau tau!! Aku dan papa malu di depan rekan kerja kami, Gara-gara salah satu dari mereka melihatmu yang berpakaian Layaknya pelacur seperti ini...!!"Ucap Aditya murka. Ya Aditya sangat marah saat ini. Sejak pernikahan mereka di resmikan. Aline kerap kali meminta izin pergi. Awalnya Aditya melarangnya karena bagaimana pun juga seorang wanita yang bersuami alangkah baiknya jika di rumah saja. Namun larangan itu membuat Aline berontak hingga wanita itu pergi tanpa sepengetahuan Suaminya.
"Maaf mas.. tadi temen-temen aku maksa.. lagian kenapa kamu marah gini sih..."Ucap Aline. Wanita itu memegang pipinya yang terasa kebas akibat tamparan Suaminya ini. Aditya tidak pernah seperti ini sebelumnya.
"Bisa tidak kau di rumah saja, kau sudah punya suami! nurut sama suami kamu! Kanaya saja...
"Kanaya Kanaya Kanaya Kanaya terus!! Tiap hari kamu itu Kanaya mulu yang di pikirin!! Aku ini juga Istri kamu Aditya!! Kamu dan papa kamu itu sama aja.. sama-sama membela pelayan sialan itu!!
"Dia bukan wanita sialan..
"Lalu apa kalau bukan wanita sialan?? Jawab!!? Jangan lupa Mas.. kamulah yang berperan penting atas kepergiannya dari rumah ini.. kalau bukan karena kamu yang mengusirnya, Pelayan kampung itu pasti masih ada di sini... Dan jangan lupa..
"DIAM!! dan kau jangan lupa. jika bukan karena otak ularmu itu Kanaya juga tidak akan pergi..
"Kau saja yang terlalu bodoh karena mudah percaya.. Apa sebegitu cintanya kau padaku mas.. hingga kau lebih percaya dengan semua ucapanku daripada ucapannya..."Aditya diam. Memang benar apa yang ucapkan Aline. Aditya saja yang terlalu bodoh dan mau saja dibutakan oleh cintanya Aline. Andai saat itu ia Mau mendengarkan Kanaya sebentar saja mungkin sekarang yang tetap menjadi istrinya adalah Kanaya bukan Aline.
Tanpa keduanya sadari sejak tadi Eli mendengarkan perdebatan antara suami dan istri tersebut. Eli segera turun, Pelayan satu ini segera menemui para teman-temannya yang berada di dapur.
"Eh.. gimana? mereka berantem..?"Tanya salah satu dari mereka dengan berbisik.
"Iya, mereka lagi cek cok gitu.. Tuan Aditya kayaknya marah banget deh...
"Ih..sumpah ya.. doa gue jelek banget kali ini.. Semoga aja mereka cepet cerai, biar cepet pergi tuh nek lampir segera out dari rumah ini..
"Iya bener banget.. doa gue juga gitu tau..gue tuh ngarep ...
"SEDANG APA KALIAN!! CEPAT BEKERJA!!!" Suara teriakan itu membuat para pelayan yang sedang berghibah itu gelagapan dan kembali ke pekerjaan masing-masing.
.
.
.
Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Shayra tampak keluar dari gerbang sekolahnya dan berdiri disana. Sesekali remaja usia tujuh belas tahun itu melirik ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Gadis itu berdecak kesal, kemana sih supirnya? dari tadi di tunggu-tunggu tidak datang-datang.
"Iiih.. bang Boim kemana sih.. kalo emang gak mau jemput harusnya telfon kek..."Gadis itu menghentakan kakinya dengan kesal.
"Shay..."Shayra menoleh. Ia menatap Remaja pria berkacamata bulat disana. remaja bernama mamat itu tersenyum menampilkan giginya yang ompong di bagian tengah membuat Shayra berdigik ngeri.
"Udah di jemput?"Shayra menggeleng dan sedikit menghindar dari mamat.
Shayra melirik mamat yang juga ikut bergeser.
"Iih mamat.. ngapain sih ikut-ikutan.."Ucap Shayra kesal.
"Hehe.. aku kan pengin di dekat kamu mulu.."Shayra lagi-lagi berdigik, kok bisa gitu ya ini anak deket-deket mulu..
"E.. Shayra.. E... I..itu..
"Eekhem.."Suara itu membuat Dua siswa tersebut melihat kearah sumber Suara. Shayra menampilkan senyum termanisnya ketika seorang pria tampan berjas rapi berada di hadapannya.
"Kak Erik.."Ucapnya girang.
"Mamat aku pulang dulu ya... udah di jemput tuh.."Ucap Shayra menunjuk Erik dengan dagunya. Mamat hanya mengagguk tersenyum menampilkan gigi ompongnya.
Shayra meraih lengan Erik dan menggandengnya dengan mesra. Keduanya berjalan ke arah mobil milik Asisten kakaknya, Aditya.
"Ayo masuk..."Erik membukakan pintu itu untuk Shayra, tak lama kemudian iapun juga ikut masuk.
Di sepanjang perjalanan, kedua tangan anak manusia itu tidak lepas sama sekali. Erik tampak melirik kekasih kecilnya yang sejak tadi tersenyum senang.
Kekasih kecil??
Ya, Erik dan Shayra memang diam-diam menjalin hubungan. Tentu saja tanpa sepengetahuan Keluarga dari Shayra.
Bahkan keduanya juga sering kerap kali bertemu hanya untuk melepas rindu..
"Ngapain dari senyam senyum.. mikirin bocah tadi.."Senyum yang sejak tadi Shayra tampilkan langsung luntur begitu saja Bergantikan dengan wajah cemberut.
Erik terkekeh, Kekasih kecilnya ini memang sangat lucu jika cemberut begitu.
"Aku tuh lagi seneng tau.. karena kamu yang jemput aku.. Pasti tadi kamu yang hubungan Bang Boim buat gak jemput aku..
"Iya lah.. Mumpung lagi pulang cepet makanya aku sempet-sempetin buat jemput kamu..."Erik mengangkat tangan Shayra dan mengecupnya mesra, membuat kedua pipi remaja tujuh belas tahun itu memerah. Shayra menjadi salah tingkah dan serasa terbang di awang-awang.
Tidak sampai dua puluh menit, dengan perlahan Erik memelankan laju mobilnya.
"Yah.. kok udah nyampek.."Erik terkekeh, Pria itu menghentikan mobilnya di depan gerbang. Baru hendak membuka pintu, Asisten tampan itu melihat Sang bos yang keluar dari rumah dengan wajah merah dan berang.
"Itu kakak mau kemana..."Tanya Shayra ketika melihat sang kakak Aditya pergi dengan mobilnya.
"Gak tau.. Yaudah, masuk gih.. "Shayra cemberut lagi. lagi-lagi erik hanya terkekeh.
"Udah gak usah ngambek.. besok kalo hari weekend kita pergi bareng yah.."Shayra mengangguk, dan segera keluar dari mobil kekasih tercintanya tersebut.
Shayra melambaikan tangannya ketika Erik mulai melajukan mobilnya. Shayra berbalik badan dengan senyum yang tak luntur sama sekali.
Tanpa Shayra sadari sepasang mata pria paruh bays tengah mengamati interaksi sepasang kekasih yang sedang di mabuk cinta tersebut.
"Memang pada dasarnya Jatuh cinta termasuk penyakit gila...
.
.
.
TBC