Tak ada yang bisa menebak akhir dari sebuah perjalanan Cinta, bahkan kadang buta akan Serigala berbulu Domba.
Tak pernah menyangka akan akhir yang begitu tragis, sebuah pengkhianatan dari orang yang dicintai, bahkan bertahun-tahun menjalin ikatan, namun nyatanya hanya sebuah tipuan.
Apalagi kalau bukan demi harta dan tahta, itulah yang menjadi tujuan utama, tidak perduli akan kasih dan sayang yang di utarakan, dan Luka akan tetap Sakit pada Akhirnya.
Jangan bilang Tuhan tidak pernah adil pada kehidupan, pada kenyataannya DIA membuat apa yang di Tanam akan di Tuai, Sakit yang dirasakan tak akan sia-sia, luka yang tertoreh pasti akan ada obatnya, terkadang rasa sakit membuat kita menjadi Luar biasa.
Begitulah keajaiban kehidupan, akan tertulis dalam Novel you're AMAZING, perjalanan seorang wanita dengan semua lukanya, mampu bangkit dan berdiri kembali bersama dengan Laki-laki yang luar Biasa.
Salam sehat, semangat dan jangan lupa bahagia...Sinho.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyakit Berbahaya
Saatnya menyelesaikan semuanya, begitulah batin Sifa, setidaknya dia bisa mengurus masalah ini, sebelum memikirkan perintah Than untuk menikah dengannya, masih ada waktu dua minggu lagi.
"Ada apa ibu Direktur?" Tanya Amelia yang terlihat jelas dandannya tidak seperti biasanya, begitu kusut dan nampak lelah.
Sifa hanya menatap dan melemparkan sebuah catatan diatas meja untuk di perlihatkan ke Amelia.
"Apa ini?" Amelia terkejut dan membukanya.
"Baca saja, dan pertanggung jawabkan semuanya" jawab Sifa.
Deg
Tangan Amelia bergetar, tak menyangka sama sekali, keahlian dalam menggelapkan uang perusahaan tercium secepat ini.
"Aku minta maaf Bu, tapi aku terpaksa melakukan hal ini, semua karena bajingan itu, menghamburkan uang ku dan aku harus membayar tagihannya"
"Itu bukan urusanku, dan bukan masalah perusahaan, jadi ganti semua uang yang sudah kau pakai, atau aku bawa masalah ini ke ranah hukum"
"Apa?!, tidak bisakah aku diberi waktu?"
"Tentu bisa, waktu mu satu minggu, dan surat pemecatan mu sudah bisa kau terima hari ini juga"
"Apa?!, Sifa, tolonglah, kau tau siapa Hans kan, dia yang menghancurkan hidupku, seperti dia dulu menghancurkan mu, dia dalang semua ini, aku korban seperti dirimu dulu, aku_"
"Cukup!, pergi dari perusahaan ini dan satu minggu segera mengganti uang perusahaan, jangan coba-coba lari atau menghindari, aku bisa dengan segala cara menyeret mu kembali ke sini" Sifa memperingatkan.
Amelia menangis, tak bisa berkata apapun lagi, dengan tubuh lemas keluar dari ruangan Sifa dan menangis di ruangan kerjanya, setelah menerima surat pemecatan, dirinya diantar oleh security keluar dengan membawa semua barang pribadinya.
"Langkah terakhir" batin Sifa, lalu tangannya meraih ponsel dan menghubungi dua orang untuk segera menghadapnya.
"I iya Bu" ucap Dira yang kini sudah ada di depan Sifa lebih dulu.
"Tunggu sampai Hansyah Praditya datang"
Deg!
Seketika Dira gemetar, berusaha menenangkan dirinya namun terlihat sekali kecemasan berlebihan tak bisa menutupi.
Sampai akhirnya, Hans kini berada di sampingnya.
"Aku mengirimkan sesuatu di ponsel kalian, lihat dan jelaskan semua itu padaku" ucap Sifa.
Sontak keduanya terkejut dan langsung membuka ponsel masing-masing, sebuah rekaman video panas terpampang nyata, dan itu bukan hanya ada satu, tapi beberapa kali yang membuat keduanya langsung bersujud di depan Sifa.
"Tolong maafkan kami, kami khilaf" ucap Hans.
Sementara Dira tak bisa berkata, hanya menangis sejadi-jadinya, bahkan tubuhnya semakin bergetar takut.
"Khilaf berkali-kali, lucu sekali, sepak terjangmu masih juga sama Hansyah Praditya, tapi jangan khawatir, aku akan memberikan kejutan istimewa pada kalian berdua"
Dira menatap Sifa, melihat sebuah berkas dikeluarkan dari tas pribadinya, lalu perlahan Sifa membuka kertas itu dan membacanya.
"Dira Isyana, pernah bekerja di sebuah diskotik hampir 5 tahun di luar negeri, melakukan se-x bebas sejak usia 16 tahun demi memenuhi kehidupan glamor yang diinginkan"
"Apa?!" Hans terkejut, tak tau sama sekali.
"Jangan terkejut Hans, aku belum melanjutkan, dan dengar baik-baik, Dira gadis yang cerdas, hanya salah arah saja, aku sengaja merekrutnya bukan tanpa alasan, karena aku tau, tipe binal seperti dia yang kau suka Hans, benar bukan?"
"Sifa, kau_!"
"Dengar dulu, dan kau Dira, berapa kali kau melakukan tes penyakit mengerikan itu hem?, hasilnya masih sama bukan, POSITIF" ucap Sifa dengan lugas.
"Cukup, tolong, jangan diteruskan Bu, itu hanya hasil omong kosong, itu tidak benar, aku baik-baik saja" teriak Dira panik bukan main.
"Apa maksudnya, penyakit apa?" Hans mulai curiga dengan wajah cemasnya.
Sifa tak menjawab, mereka berdua bangun dan Sifa memberikan sebuah hasil laboratorium, lalu apa yang terjadi berikutnya_
"Plak!" Hans menampar Dira dengan keras.
"Kau sengaja menjebak ku agar tertular dan mati karena penyakit ini ha!" Teriak Hans tak terima dan sangat frustasi.
Sementara Sifa hanya melihat kedua orang itu kini saling menatap dengan wajah yang mengenaskan.
"Dan ini_, surat pemecatan kalian" Sifa menyerahkan dua surat dalam amplop coklat.
"Sifa, kau benar-benar kejam, sengaja menjebak ku dengan wanita kotor ini ha?!" Ucap Hans.
Sifa maju mendekat, menatap mata Hans yang nampak penuh dengan amarah.
"Aku menjebak mu?, benar sekali, lalu kenapa?, mau menyalahkan ku?, silahkan, aku tidak perduli"
"Aku tidak menyangka, kau lebih kejam dan telah berubah Sifa, kau seperti ib-lis, taukah apa yang kau lakukan padaku, sama saja membunuhku perlahan!" Teriak Hans dan seketika menyerang.
Sifa terkejut, sekejap mata Hans sudah mendorongnya ke dinding, dengan sorot mata yang tajam Hans terus menekan Sifa, tapi kali ini berbeda, bukannya wajah panik, justru Sifa tersenyum miring, kemudian_
Dag!
Tendangan cukup keras mengenai selangkangan Hans, hingga membuatnya jatuh dan mengeram kesakitan.
"Kau_" Hans tak bisa berkata lagi, wajahnya merah pucat menahan nyeri.
"Seperti yang kau ucapkan tadi, aku bukan Sifa yang dulu, dan bisa menjadi ib-lis bagimu" ucap Sifa, lalu sekali lagi menendang Hans hingga bergeser mundur.
Dira masih menangis ditempatnya, ingin membantu Hans tapi di tolak seketika, Hans berdiri dan menjauh pergi, dengan tatapan begitu ji-jik pada Dira yang kini hanya bisa menunduk sedih.
Sifa kembali ke kursi kerjanya, membuka laci dan memberikan amplop pada Dira saat akan pergi.
"Disini ada alamat yayasan tempat orang-orang seperti mu, mungkin kau berminat bergabung dengan mereka dan melakukan hal-hal yang lebih berguna, dan jadilah orang yang baik"
"Terimakasih" Dira sebenarnya terkejut akan perhatian Sifa, padahal dirinya sudah menodai kepercayaannya.
"Di rekeningmu sudah aku transfer sedikit uang, semoga cukup" ucap Sifa kembali.
Kali ini Dira terdiam, lalu berbalik tak melanjutkan langkahnya, kemudian menyeka air matanya dan tersenyum.
"Sekali lagi, terimakasih, dan aku minta maaf"
Sifa menunjukkan senyuman tipisnya, sambil mengangguk dan melihat kepergian Dira yang sudah beberapa minggu menemani aktifitasnya saat bekerja.
Kemudian Sifa segera menghubungi seseorang, meng cancel beberapa kegiatan dan melajukan mobilnya sendiri menuju ke sebuah perusahaan.
Brak!
Sifa membuka dengan kasar, lalu berjalan cepat dan duduk di depan meja seseorang yang masih sibuk seolah tak peduli dengan kedatangannya.
"Apa kamu tau soal Dira yang mengidap penyakit menular dan mematikan itu sebelumnya?" Tanya Sifa.
Namun Than hanya diam dan masih melanjutkan pekerjaannya.
"Tuan Than!" Sifa sedikit mengeraskan suaranya.
Than berhenti dan menaruh ballpoint yang ada ditangannya, lalu menatap Sifa dengan tegas.
"Apa kau sudah mulai lupa bagaimana cara memanggilku?" Ucap Than.
"Maaf, aku terbawa emosi, terus terang semua data yang aku terima tadi pagi membuatku shock, aku bekerja sama dengan Dira beberapa lama, tanpa tau kalau dia positif Aids, aku takut honey"
"Penyakit itu tidak bisa menular begitu saja, tentunya kamu bisa mencari tau prosesnya, kalau cuma bicara dan berdekatan saja, tidak akan menimbulkan masalah, memangnya apa yang kau takutkan?"
"Bukan itu, tapi semua informasi yang kamu beri benar-benar mengejutkan, dan bagaimana reaksi Hans, dia terpukul dan marah padaku, dia tadi menyerang ku"
"Lalu?"
"Apanya yang lalu, dia menuduhku melakukan hal keji ini dengan sengaja"
"Apa kau baik-baik saja" Than justru berdiri dan menghampiri Sifa, mengamati tubuhnya, bukan memperhatikan apa yang di bicarakan.
"Ck, aku baik-baik saja, jawab pertanyaan ku soal Dira" protes Sifa.
Semakin seru Khan, yuk mana KOMENnya, ditunggu ya, jangan lupa LIKE, VOTE, HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.
msh hrs nyembuhin traumanya 😁
kan kubilang syifa hrs pakai pengawal
gimana-gimana kalau pengen lebih gampang kok, di sahkan aja dulu biar halal ya toh 😅😅😅