Terpaksa Menikahi Pria Belok

Jeff duduk sambil menelaah foto-foto yang di kirim oleh krunya tadi. Dia sedang memilih foto-foto Luna dan dirinya yang sedang berkencan tadi siang untuk di posting di sosial medianya. Tentu saja fotonya tidak boleh yang terlihat wajahnya dengan jelas.

Dia menilik satu persatu foto-foto tersebut, dia tertegun saat melihat foto Luna di komedi putar kala itu, dia tersenyum begitu manis, tanpa sadar Jeff tersenyum melihatnya.

Lama dia memandangi foto Luna, sampai akhirnya dia mengalihkannya saat Dean memasuki kamarnya.

“Kau sedang apa Jeff?” tanyanya seraya duduk di belakang Jeff.

“Aku hanya sedang memilih foto-foto yang akan aku posting di media sosial,” jawabnya.

Dean mendengus kasar, sebetulnya dia tidak setuju dengan ide ini, bagaimana jika identitas Luna diketahui semua orang semuanya pasti akan hancur.

“Kau yakin dengan rencana ini Jeff?” tanya Dean.

“Aku yakin, aku sudah memastikan privasi Luna agar tetap aman. Lagi pula wajahnya juga tidak terlihat,” sahut Jeff.

Dean menaruh dagunya di pundak Jeff, “Jeff?”

“Hem.”

“Bagaimana perasaanmu saat kau berkencan dengan Luna?” tanyanya tiba-tiba.

“Perasaanku biasa saja. Luna itu wanita yang kaku, dia bilang dia belum pernah berkencan sekalipun,” kekeh Jeff, “apa kau percaya itu?”

“Entahlah, dari yang aku dengar dari Ayahku dia memang tidak pernah berhubungan dengan pria mana pun selama hidupnya dia hanya menghamburkan uang Ayahnya.”

“Hish, sayang sekali dia menyia-nyiakan hidupnya begitu. Orang yang terlahir kaya memang beda ya,” komentar Jeff.

“Ya, tapi kekayaan bisa hilang kapan saja, kau lihat dia sekarang, dia tidak bisa hidup tanpa orang lain.”

“Kau benar, aku sungguh merasa kasihan padanya, entah apa yang akan terjadi bila Ayahmu tak mengambilnya.”

“Mungkin dia akan menjual perusahaan Ayahnya dan hidup mengandalkan uang itu. Dia tidak bisa bekerja sama sekali, aku suka kesal saat mengajarinya urusan kantor dia benar-benar bodoh.” Keluh Dean.

Jeff terkekeh pelan, “tapi kau tidak membencinya kan?”

“Entahlah.” Dean mengangkat bahu ringan.

“Jeff, bolehkah aku tidur disini malam ini?” tanya Dean.

“Ah itu–,” Jeff menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“Apa tidak boleh?”

“Aku sedang lelah Dean, kau tahu kan banyak pekerjaan yang menantiku besok aku harus istirahat yang cukup,” dalihnya.

“Kenapa akhir-akhir ini aku merasa kau menghindariku Jeff, apa kau menyembunyikan sesuatu?” tatapnya penuh selidik.

“Hey ayolah bro, kau tahu seperti apa aku kita sudah berteman lama tidak mungkin aku menyembunyikan apa pun darimu, itu hanya perasaanmu saja,” sanggah Jeff.

Dean membisu, membuat Jeff menoleh ke belakang, “a-ada apa?” tanyanya gugup.

“Tidak ada. Kalau begitu aku keluar dulu.” Dean beranjak pergi.

Jeff menghela nafas ringan, dia juga tidak mengerti mengapa dia seperti ini, sekarang dia merasa risih saat Dean mendekatinya.

Jeff kembali membuka laptopnya dan menatap foto Luna yang tengah tersenyum manis kearahnya.

‘Kenapa dia terlihat cantik? Lihat bibirnya,’ batin Jeff, dia menggigit bibir bawahnya, saat itu pula bayangan waktu dia dan Luna pura-pura berciuman di pinggir jalan terlintas begitu saja di benaknya.

Deg...

Ada desiran aneh di hatinya.

Dia tertegun. Dia memutuskan untuk keluar kamar, mungkin hawa kamarnya terlalu panas makanya dia merasa begitu.

Saat Jeff keluar kamar saat itu pula Luna turun dari lantai atas.

Deg... Jantungnya berpacu dua kali lipat lebih cepat, dengan segera Jeff memutus pandangannya.

“Hay Jeff!” sapa Luna.

“Oh, hay Luna,” jawabnya gugup, “k-kau mau kemana?” tanyanya.

“Aku haus,” jawab Luna sambil melanjutkan niatnya.

“Hahah aku juga.” Ucap Jeff dengan nada aneh.

Luna mengerutkan keningnya, dia merasa aneh dengan tingkah Jeff dia berbalik dan menatap kearah Jeff.

“Apa kau melakukan kesalahan?” tudingnya.

“Hah, kesalahan apa maksudmu?” tanyanya bingung.

“Kau tahu, sikapmu terlihat aneh,” ujarnya.

“Aneh bagaimana, aku merasa biasa saja,” dalih Jeff.

“Kau terlihat seperti anak kecil yang ketahuan mencoret-coret tembok dan di marahi Ibunya, ekspresimu persis seperti itu,” ucap Luna seraya berjalan menuju dapur. Sedang Jeff berjalan di belakangnya karena tujuan mereka sama.

“Haha, kau ada-ada saja.”

“Kau ingin lihat foto-foto yang kita ambil tadi?” tanyanya.

“Ah tidak usah, paling juga hanya punggungku yang terlihat.” Ujarnya.

“Emh iya juga sih,” ujarnya sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

“Kau sudah mau tidur?” tanya Jeff saat melihat Luna hendak pergi lagi setelah menenggak segelas air.

“Tentu saja, mau apa lagi.”

“Mau minum kopi?” tawarnya.

“Sepertinya tidak, aku akan sulit tidur jika minum kopi malam-malam,” tolaknya seraya berlalu.

Jeff diam mematung sambil menatap Luna yang naik ke lantai atas.

“Sebenarnya apa yang terjadi padaku?”