Novel ketiga Author septi.sari
Karya asli dengan ide alami!!
Anissa terpaksa menerima perjodohan atas kehendak ayahnya, dengan pria matang bernama Prabu Sakti Darmanta.
Mendapat julukan nona Darmanta sesungguhnya bukan keinginan Anissa, karena pernikahan yang tengah dia jalani hanya sebagai batu loncatan saja.
Anissa sangka, dia diperistri karena Prabu mencintainya. Namun dia salah. Kehadiranya, sesungguhnya hanya dijadikan budak untuk merawat kekasihnya yang saat ini dalam masa pengobatan, akibat Deprsi berat.
Marah, kecewa, kesal seakan bertempur menjadi satu dalam jiwanya. Setelah dia tahu kebenaran dalam pernikahanya.
Prabu sendiri menyimpan rahasia besar atas kekasihnya itu. Seiring berjalanya waktu, Anissa berhasil membongkar kebenaran tentang rumah tangganya yang hampir kandas ditengah jalan.
Namum semuanya sudah terasa mati. Cinta yang dulu tersususn rapi, seolah hancur tanpa dia tahu kapan waktu yang tepat untuk merakitnya kembali.
Akankan Anissa masih bisa bertahan??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 4
"Apa nyonya sedang mencari tuan?" tanya pelayan tersebut.
Anissa mengangguk, "Namaku Anissa, saya bukan nyonya dirumah tuanmu!!" pertegas Anissa.
Pelayan itu hanya tersenyum nanar, lalu segera menjawab kembali, "Saya panggil nona saja....!! Saya melihat tuan sedang keluar sejak pukul 7. Beliau berjalan kaki, mungkin saja singgah ke gudang kayu disebrang jalan."
Anissa menepuk pelan bahu pelayannya, "Terimakasih informasinya!! Satu lagi, Ailin sudah tidur. Temani saja dia, jangan usik tidurnya!!" setelah mengatakan itu, Anissa langsung melenggang turun kebawah untuk mencari suaminya kembali.
1jam sebelum hujan turun mengguyur kota Magelang, Prabu lebih dulu keluar karena memang hatinya sedang tidak baik-baik saja.
Dia lebih memilih jalan kaki, untuk menuju kesuatu tempat, yang dia yakini dapat menghilangkan rasa lelahnya dalam menjalani kehidupan ini.
Jika sudah seperti saat ini, hilanglah sudah sikap wibawanya. Dia bersimpuh didepan pusara sesorang, menangis pilu menumpahkan rasa sesaknya yang harus dia tanggung sendiri, hingga mengorbankan hati yang tak bersalah.
"Katakan....apa yang harus aku lakukan sekarang!! Kamu pergi meninggalkan siksaan yang kejam bagi hidupku. Dan asal kamu tahu, aku sudah membawa neraka dunia untuk hidup hati lain!" teriak Prabu disela isakan tangisnya yang sudah bercampur derasnya guyuran hujan.
Puas menangis, dia kemudian mengusap nisan pusara tersebut. Dadanya bergemuruh, mengingat bekas luka yang ditinggalkan si pemilik, yang kini dia yakini sudah tersenyum dengan tenang.
"Andai kamu hidup lebih lama lagi. Aku yakin, hal sekeji ini pasti tidak akan terjadi pada hidupku!!!" kata Prabu kembali, namun kali ini terdengar begitu parau. Seolah tenaganya sudah habis terkuras.
Anissa yang sedang berjalan menyusuri kegelapan malam, tampak mengeratkan genggaman payungnya, saat petir terdengar saling bersahutan. Dia mengedarkan pandangan kesembarang arah, melewati beberapa rumah warga, tanpa peduli derasnya hujan saling menyentuh kulit lembutnya.
"Ya ALLAH nduk...jam segini mau kemana??" tanya sesorang, yang Anissa yakini dia adalah warga sini.
Anissa menangkap tatapan pria tua itu, walaupun derasnya air hujan masih terdiam diwilayah dingin tersebut.
"Saya sedang mencari suami saya, pak!! Apa anda tahu gudang kayu milik tuan Darmanta??"
Siapa yang tidak tahu dengan tuan Darmanta. Sosok yang paling disegani dimasyarakat, terutama diwilayahnya sekarang. Pria tua yang masih menggenggam payung tersebut, hanya menunjuk jalan lurus dibelakangnya.
"Kamu istrinya Prabu?? Saya mbah Mirto. Jangan panggil pak!! Panggil saja mbah," kata pria itu yang sudah hafal siapa Prabu.
"Terimakasih, kalau begitu saya permisi dulu mbah!! Senggang waktu, saya akan singgah!" pamit Anissa seraya berjalan kembali.
Gadis cantik itu meringsut kedinginan sambil memeluk tubuhnya dengan satu tangan. Langkah kakinya terus saja menelusuri jalanan aspal yang akan membawanya menuju gudang kayu.
Singkat waktu, Anissa sudah tiba digudang raksasa itu.
Bangunan besar itu seolah sedang menyambut kedatanganya, saat Anissa berhasil menurunkan payungnya didasar tanah.
Hujan masih begitu lebat diluar. Anissa perlahan masuk kedalam, hingga dia bertemu seorang pria muda yang bertugas menjaga gudang tersebut.
"Siapa kamu?? Malam-malam sampai digudang...?" tanya pria muda itu yang berhasil menyadari kedatangan Anissa.
Anissa sedikit menggigil kedinginan, jelas terlihat sekali dari wajah serta bibirnya yang berusaha menahan getar.
"Saya sedang mencari suami saya~Prabu..! Apa dia ada disini??" kalimat itu keluar dari mulut Anissa dengan tampang pucat, seolah darahnya terkuras habis.
Pria muda itu membolakan mata, bingung dengan pemandangan yang baru saja dia lihat. Bagaimana istri bosnya sampai di tempat ini sendirian. Lalu, pergi kemana bosnya itu. Apalagi dalam keadaan hujan lebat seperti ini.
"Maaf nyonya, saya tidak tahu jika anda suami tuan Prabu," jawabnya sopan. Setelah itu dia mengernyit bingung, "Tapi, tuan sejak tadi tidak ada singgah ke gudang malam ini..." lanjut pria yang bernama Danu.
Aisyah terdiam. Pikiranya kian tidak tenang. Raut wajahnya menunjukan kecemasan, atas perginya sang suami malam-malam seperti ini.
Sementara Prabu, setelah menumpahkan rasa sesaknya. Dia kemudian langsung bergegas untuk pulang, mengingat waktu sudah menunjukan pukul 9 malam. Dia berjalan dengan tenang, tak peduli derasnya hujan yang menyentuh kulit badanya.
Saat sampai digerbang rumah, pak Amir yang dikejutkan dengan datangnya sang tuan, tampak membolakan mata, saat melihat penampilan tuanya sudah lusuh menyatu dengan air.
"Loh...tuan dari mana, kon nggak pakai payung?? Ayo cepat masuk, sini tuan duduk dulu!!" kata pak Amir mengajak taunya duduk di pos terlebih dahulu.
Prabu hanya tersenyum tipis menutupi luka batinya, "Saya habis keluar sebentar dari gudang, pak Amir!! Lupa nggak bawa payung," jawabnya tenang.
"Lha terus kemana nyonya muda, tuan?? Karena tadi, nyonya Anissa mau menyusul anda ke gudang katanya..." bingung pak Amir saat nyonya mudanya tidak ikut pulang.
Degh!!
Mata Prabu seketika menajam kuat. Bagaimana bisa Anissa keluar. Apa sejak tadi, istrinya itu mencari keberadaanya. Jantung Prabu seakan berpacu dua kali lebih cepat, hingga tanpa aba-aba dia langsung bangkit dan berlari begitu kuat.
Entah Anissa lewat jalan mana, sehingga Prabu tidak dapat menemukan istrinya itu.
Danu yang melihat tuanya baru saja tiba dengan penampilan lusuh, sontak saja semakin dibuat bingung oleh kedua pasangan tersebut.
"Dimana istri saya??" suara Prabu mengeras karena terhalang derasnya suara hujan.
"Nyonya tadi pamit pulang, tuan!! Mau saya antarkan, dia tidak mau.." jawab Danu sedikit menunduk takut.
Hahh!!
Desah Prabu kasar, sambil mengacak rambut basahnya. Dia benar-benar dibuat frustasi Anissa malam ini.
** **
Anissa terdiam meringsut dibawa gubuk kecil, karena saking lebatnya hujan, sehingga membuat pandanganya seketika berkabur. Dia yang pendatang, sontak saja belum mengingat sepenuhnya jalanan mana yang harus dia lalui.
Malam ini Anissa benar-benar tersesat.
"Prabu...kamu dimana?? Aku takut...?!" rintih Anissa yang tak mampu menahan hipotermia dalam tubuhnya.
Seharusnya malam ini adalah malam pengatin untuk mereka. Namun, kejadian tak terduga rupanya berhasil menghampiri dirinya dengan sang istri.
Prabu yang diikuti pekerjanya dan penjaga rumah, tampak bersama-sama mencari nyonya mudanya, sembari memfokuskan senter yang di pegang.
Tepat pukul 10 malam, Anissa berhasil ditemukan.
"Anissa....!!" teriak Prabu tertegun, saat melihat tubuh lemah istrinya tergeletak diatas gubuk tua, di pinggir ladang warga.
Prabu segera mendekat, lalu menyentuh tubuh sang istri yang kini tengah menggigil hebat.
"Prabu...kamu sudah kembali!! Aku mencarimu kemana-mana..." kata Anissa dengan suara bergetar.
Prabu langsung saja mendekap tubuh sang istri sejenak. Dia terdiam namun hatinya menjerit sakit, melihat bagaimana sang istri yang rela seperti ini hanya untuk mencarinya.
Hingga perlahan-lahan kesadaran Anissa menghilang.
Dia lalu segera menggendong Anisa, dan segera dibawanya pulang.
** **
Keesokan harinya.
Anissa terbangun sambil memegang kepalanya, yang kini terasa berdenyut nyeri.
Dia mengedarkan pandangan keseluruh ruangan, seolah dia lupa atas kejadian yang menimpanya sewaktu malam.
Ceklek!!
Pintu terbuka dari luar. Prabu berjalan pelan masuk kedalam menunjukan sikap dinginya.
Entah Anissa yang lupa atau bagaimana, seakan sikap Prabu kembali dingin padanya.
"Minumlah obatmu...!! 1jam lagi ibu akan datang. Jangan menunjukan rasa malasmu padanya!!" kalimat yang begitu dingin Prabu lontarkan, sembari melempar obat kearah tubuh istrinya.
Anisa terperanjat. Dia mantap kearah suaminya, melayangkan tatapan heran atas ucapan dingin Prabu barusan.
"Katakan, siapa yang membawaku pulang tadi malam??" tanya Anissa mengintimidasi kedua netra Prabu.
Prabu memutus pandanganya dari mata Anissa. Dia berjalan lurus kedepan, sembari meletakan segelas air putih diatas nakas.
Tak..
"Pekerjaku~Danu! Dia yang telah membawamu pulang kembali. Jangan kamu pikir, aku yang menggendongmu pulang!! Karena aku tidak akan mendustai kekasihku, hanya karena menolongmu!!" tandas Prabu berkata tanpa ekspresi.
Setelah mengatakan itu, Prabu langsung membalikan badan, dan melenggang keluar begitu saja.
Blamm!!
Anissa terkejut kembali, disaat suminya menutup pintu begitu kencang. Dia segera bangkit dari duduknya, lalu bergegas menuju kamar mandi, untuk membersihkan tubuhnya sebentar.
Rupanya, Prabu masih terdiam didepan pintu kamarnya. Dia mencoba menentang perasaannya saat ini. 'Maafkan aku, Anissa!! Aku hanya tidak ingin kamu semakin sakit, karena aku tidak bisa membalas perasaanmu...' jerit batin Prabu mencoba menepis perasaanya.
Diluar, mobil mewah hitam sudah berhenti didepan kediaman mewah Prabu saat ini.
Parubaya cantik sembari ditemani satu asistennya, kini tampak turun sambil menatap syukur, bisa mengunjungi rumah putranya lagi.
Dia adalah bu Laksmi, ibunda dari Prabu.
Rupanya, sang putra sejak tadi sudah menyambutnya didepan pintu utama, seraya mengembangkan senyum hangat.
"Dimana menantu ibu??" wanita tua yang selalu memakai pakaian adat jawa dengan rambut berkonde itu, tampak jelas menunjukan raut wajah khawatirnya kepada sang menantu.
"Anak ibu ada disini, kenapa cari yang tidak ada!! Masuk saja belum..." gerutu Prabu sembari mengajak ibunya masuk.
Bu Lhaksmi menghela nafas berat, pasrah akan ajakan putra bungsunya itu.
"Ibu sudah datang..??" sapa Anissa berjalan dari dalam, mengembangkan senyum hangat.
"Ibu sangat menghawatirkanmu, Nisa!!" lirih bu Laksmi memegang kedua tangan sang menantu. Tatapanya berembun, manakala mengingat pernikahan yang dijalani sang menantu sangat tidak mudah, "Apa Prabu memperlakukanmu dengan baik, sayang?"
Anissa melirik kearah sang suami sekilas yang sejak tadi hanya diam. Pria itu tampak berperang dengan pikiranya sendiri.
"Mas Prabu...dia memperlakukan Anissa dengan manis. Ibu tenang saja!!" jawab Anissa mencoba meyakinkan sang mertua.
✨🦋1 Atap Terbagi 2 Surga ✨🦋
udah update lagi ya dibab 62. nanti sudah bisa dibaca 🤗😍
alasan ibu mertua minta cucu, bkn alasan krn kau saja yg ingin di tiduri suamimu.
tp ya gimana secara suaminya kaya raya sayang banget kan kl di tinggalkan, pdhl mumpung blm jebol perawan lbih baik cerai sekarang. Anisa yg bucin duluan 🤣🤣. lemah
mending ganti kartu atau HP di jual ganti baru trus menghilang. balik nnti kl sdh sukses. itu baru wanita keren. tp kl cm wanita pasrah mau tersiksa dng pernikahan gk sehat bukan wanita keren, tp wanita lemah dan bodoh.
jaman sdh berubah wanita tak bisa di tindas.
yg utang kn bpk nya ngapain mau di nikahkan untuk lunas hutang. mnding #kabur saja dulu# di luar negri hidup lbih enak cari kerja gampang.
karena ini Annisa terkejut, bisa diganti ke rasa sakit seolah sembilu pisau ada di dadanya. maknanya, Annisa merasa tersakiti banget
setahuku, penulisan dialog yang benar itu seperti ini.
"Mas? Aku tak suka dengan panggilanmu itu Terlalu menjijikan untuk didengar, Annisa," ucap Parbu dingin dengan ekspresi seolah diri Annisa ini sebegitu menjijikan di mata Prabu.
Tahu maksudnya?
"BLA BLA BLA,/!/?/." kata/ucap/bantah/seru.
Boleh kasih jawaban kenapa setiap pertanyaan di dialog ada dobel tanda baca. semisal, ?? dan ?!. Bisa jelaskan maksud dan mungkin kamu tahu rumus struktur dialog ini dapet dr mana? referensi nya mungkin.
bisa diganti ke
Langkahnya terhenti tepat di ambang pintu kamar mereka (kamar Prabu yang kini menjadi kamar mereka)
Annisa mulai menyadari sikap dingin Prabu yang mulai terlihat (ia tunjukkan).
BLA BLA BLA, Annisa langsung diboyong ke kediaman Prabu yang berada di kota Malang.
dan kata di kota bukan dikota.
kamu harus tahu penggunaan kata 'di' sebagai penunjuk tempat dan kalimat