Demi masa depan, Tania Terpaksa menjadi wanita simpanan dari seorang pria yang sudah beristri. Pernikahan Reyhan yang di dasari atas perjodohan, membuat Reyhan mencari kesenangan diluar. Namun, dia malah menjatuhkan hatinya pada gadis yang menjadi simpanannya. Lantas, bagaimana hubungannya dengan Kinan, dan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nova Diana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menunggu Reyhan
POV Tania.
Aku masih terkejut dengan kedatangan Reyhan yang tiba- tiba, padahal ia bilang akan datang saat makan malam, tapi ini bahkan masih terlalu sore untuk datang. Apalagi saat Reyhan membuang selimutku, tubuh polos ku terpampang jelas, ia memandang dengan mata tajam, membuatku salah tingkah. Aku pun berusaha menutupi area sensitif, tapi itu percuma, aku bisa melihat Mas Reyhan tengah memindai di gundukan juga segitigaku.
Kenapa Mas Reyhan bertindak seolah tau jika aku menunggunya dalam keadaan telanjang seperti ini. memalukan. Dia pasti sudah berpikir jauh padaku, padahal aku hanya memudahkannya, toh nanti juga akan dibuang lingerienya jika aku memakai pakaian itu.
Aaa, tetap saja ini memalukan.
Mas Reyhan mulai melucuti jas dan kemejanya, ah, tubuhnya sangat sexy. Aku bisa melihat kepunyaan Mas Reyhan mengeras dari bali celana. Aku tidak bisa menahannya, kewanitaanku berdenyut.
“Liurmu sudah menetes, Nia.”
Aku segera menggosok pipiku dengan telapak tangan, saat aku melakukan itu Mas Reyhan tertawa. Sial! Aku di kerjai.
Bisa kurasakan wajahku hangat dan bersemu merah, malu. Mas Reyhan pasti sudah berpikiran macam- macam, ya meskipun pikirannya benar, tapi tetap saja ini memalukan.
“Buka!” Mas Reyhan memerintahkanku, aku tahu maksudnya. Aku merangkak menuju ke arah Mas Reyhan berdiri di pinggir kasur, dapat ku dengar erangan rendah dari Mas Reyhan. Dia seperti sedang menahan hasratnya.
Mas Reyhan mencengkram daguku, saat aku tengah membuka pengait celananya.
“Make me cum in your mouth first, Baby.” Ucap Reyhan dengan nada rendah, suaranya terdengar semakin berat.
Aku menggigit bibirku, bisa kurasakan kedutan dari balik celana Mas Reyhan. Saat sudah ku buka, kepunyaan Reyhan tegak sempurna, aku kembali menelan ludah.
Saat aku mendongak, mata Reyhan tengah menatapku dengan bibir bawahnya di gigit.
“Apa yang kau tunggu, Nia. Dia sudah tidak sabar menunggumu.” Erang Mas Reyhan, ia seperti sudah tidak sabar.
Aku mulai memegang kepunyaannya dengan halus, dan memasukan perlahan kedalam mulutku. Gila, ini sangat penuh, aku dapat merasakan air mataku menetes saat Mas Reyhan semakin menekan kepalaku.
“Buat aku menggila, Nia.” kembali, Mas Reyhan mengerang seperti hewan buas yang menantikan makanan. Aku menggerakkan kepalaku perlahan, maju dan mundur. Mas Reyhan mendesah, menikmati belaian yang ku buat.
“Enngghh, Nia. Mulutmu, mulutmu hangat sayang. Terus, Nia.”
Ah, suara mas Reyhan membuatku semakin lemas, bahkan hanya mendengar suaranya pun aku bisa merasakan denyut di bawahku.
Mas Reyhan menurunkan tubuhnya, lalu ia menampar bokongku. Aku tersengat, ada rasa pedas dan perih setelahnya, tapi ada gelombang kenikmatan yang aku rasakan.
Sejenak aku mengeluarkan kepunyaan Mas Reyhan, dan memainkan lidahku di ujung kepunyaan Mas Reyhan. Dia tampak seperti tersengat kecil, dan memegang kepalaku.
“Masukan mulutmu, Nia. Aku ingin keluar.” Segera aku memasukan kembali, Mas Reyhan menekan kuat kepunyaannya, dan menembakan beberapa kali cairan ke dalam mulut ku.
“Telan.” Titahnya lagi. Dengan sekali tegukan aku menelan cairan milik Mas Reyhan. Setelahnya tubuhku ambruk ke kasur, aktifitas ini menguras tenagaku.
Tapi belum lagi aku mengumpulkan tenaga, Mas Reyhan membalik tubuhku, hingga aku pada posisi kepala di menempel di kasur dan bokongnya terangkat ke atas oleh tangan kekar Mas Reyhan.
Mas Reyhan memasukan perlahan kepunyaan nya di dalam Va**na ku, aku menggigit bibir bawah agar desahanku tidak keluar.
Plak!
“Enggghh.” Desahan yang aku tahan keluar juga saat Mas Reyhan kembali menampar bokongku.
“Jangan tahan suara manismu, Nia.” Erang Mas Reyhan di belakangku. Aku tidak lagi menggigit bibir, ku biarkan saja suara desahanku keluar.
“Eeengghh, Mas.” Aku menjerit, Mas Reyhan memasukan kepunyaan nya dengan satu hentakan, membuat kaki dan bokong ku bergetar- getar kecil. Itu sakit, tapi juga nikmat bahkan dominan nikmat, apalagi saat Mas Reyhan mulai menggerakan pinggulnya.
Cukup lama Mas Reyhan menuntaskan hasratnya, aku hanya diam dan pasrah, tubuhku sudah lemas seutuhnya. Bahkan jam makan malam pun terlewat, karena Mas Reyhan seperti tidak lelah untuk menuntaskan nafsunya.
Aku tertidur setelahnya, masih dengan tubuh polosku yang tanpa sehelai benang pun, hanya ditutupi selimut tebal. Mas Reyhan memelukku dari belakang.
Tiba- tiba sinyal di otakku berfungsi, mata ku langsung terbuka lebar. Aku duduk dengan segera.
“Gawat!” Seru ku saat melihat jam di dinding, sudah menunjukan pukul satu dini hari. Karena pergerakanku yang tiba- tiba, Mas Reyhan ikut terbangun dan bingung dengan tingkah ku.
“Ada apa, Nia?” Tanya Mas Reyhan, yang berada di sampingku.
“Mas, Nia lupa. Ada tugas Estetika Bentuk. Besok harus dikumpul, Mas.” Aku langsung bangkit, ke kamar mandi untuk bebersih dan memakai baju. Tubuhku masih lemas, hanya saja jika mengingat dosen killer itu, tenaga ku langsung terisi.
Aku langsung mengambil kertas karton polos berwarna putih, sebelumnya aku sudah membuat pola, jadi aku tinggal melanjutkan saja. Mas Reyhan juga bangkit dari kasur.
“Mas akan buat kopi untuk mu.” Kata Mas Reyhan setelah memakai baju, ia berlalu ke dapur dan terdengar suara kompor dihidupkan. aku kembali fokus pada tugasku.
POV Author
Reyhan membuat kopi ekspreso dingin favorit Tania, dan membuat kopi panas untuk dirinya, tidak lupa Reyhan menyiapkan cemilan untuk Tania.
Reyhan kembali ke kamar, membawa nampan berisi kopi dan juga cemilan untuk Tania.
“Terima kasih, Mas.”ucap Tania saat melihat Reyhan meletakan nampan di sampingnya.
“Hem,”jawab Reyhan, dan membawa gelas berisi kopi panas miliknya ke balkon, Reyhan juga membawa laptop. Ia tidak berencana tidur, Reyhan akan menemani Tania sambil memeriksa pekerjaannya.
Dua jam berlalu, Tania hampir menyelesaikan tugasnya, Reyhan sudah kembali kedalam kamar, udara di luar kian dingin, dan kopi panasnya telah tandas sedari tadi.
Reyhan memperhatikan wajah Tania, Gadis itu sangat serius, bahkan tidak meliriknya sama sekali, Reyhan mulai memikirkan perasaannya, apakah perasaannya pada Tania itu sungguhan, apakah hubungannya dengan Kinan sama sekali tidak berkesan apapun untuknya. Dan apakah Tania juga mencintainya, banyak sekali yang Reyhan pikirkan akhir- akhir ini.
Padahal dulu Reyhan tidak terlalu peduli pada hubungannya, menurutnya suatu hubungan hanya akan menghambat segalanya, oleh karena itu Reyhan tidak mau masuk kedalam hubungan yang Serius. Bukan pula untuk bermain- main, hanya saja Reyhan melihat jika memiliki hubungan serius, maka akan banyak hal lain yang di korban kan.
Tapi lihatlah dirinya sekarang, ia bahkan rela keluar dari meeting hanya karena sebuah gambar, dan juga jarang kembali ke mansionnya, Reyhan lebih memilih tinggal di apartemen Tania, yang bukan dari seluruh ruangan yang ada di sini lebih sebesar kamar utamanya. Hanya ada satu cara untuk melihat, apakah Tania juga memiliki rasa yang sama padanya.
Reyhan mengambil ponselnya di atas meja, lalu mengetikan sesuatu pada disana.
[Kita akan pergi besok, aku akan menjemputmu.] pesan Terkirim pada Kinan.
Tania terlihat menggulung hasil coretannya dan menyimpannya ke tabung, lalu meletakan kembali kedalam tas.
Tania merenggangkan tubuhnya dengan stretch, Tania menguap beberapa kali, dan berjalan ke kasur. Tangan Reyhan mengulur, menyambut Tania untuk tidur dalam dekapannya. Tania pun masuk kedalam pelukan Reyhan, dan menutup matanya yang sudah tidak mampu lagi terbuka.
Mereka berdua tidur, Reyhan memeluk Tania, membiarkan lengan nya menjadi bantalan untuk gadisnya.