Krystal, gadis berusia 22 tahun terpaksa menikah dengan kakak iparnya sendiri karena sebuah surat wasiat, yang kakak kandungnya tinggalkan satu hari sebelum dia meninggal.
Mau tidak mau, Krystal menerimanya meski sebenarnya hatinya menolak.
“Berpura-pura lah menjadi istriku. Dan tanda tangani surat perjanjian kontrak ini. Tapi, kamu harus ingat, jangan sampai jatuh cinta padaku.” Bara Alfredo.
“Seharusnya aku yang mengatakan itu padamu. Jangan sampai kamu tergoda dan jatuh cinta padaku, Kakak Ipar.” Krystal Alexander.
Akan seperti apa kehidupan rumah tangga mereka yang tidak di dasari dengan perasaan cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 024
Pria itu melepaskan jasnya, lalu memakaikannya pada Krystal. "Kenapa ada disini malam-malam begini?" tanyanya.
Krystal menggeleng. Lalu mengulas senyuman. Kembali mengingat apa yang sudah Bara lalukan padanya beberapa saat lalu. Mengambil paksa ciuman pertamanya lalu membiarkannya pergi tanpa mengejarnya sama sekali.
"Naiklah. Aku akan mengantarmu pulang," ucap pria itu lagi, yang tak lain adalah Nathaniel. Rekan kerja Rose.
Pria dengan lesung pipi dan manik mata berwarna coklat itu menarik pergelangan tangan Krystal. Berharap kalau gadis itu mau ikut bersamanya.
"Tenang saja, aku tidak akan macam-macam padamu, Nona."
"Ya, aku tahu. Tapi bisakah kamu melepaskannya?" tatapan Krystal tertuju pada lengannya, dimana Nathan sedang menyentuhnya. "Satu lagi, bukannya aku menolak. Aku sedang menunggu kekasihku."
Nathan mengernyit bingung. "Kekasih? Maksudmu Bara?"
"Sok tahu! Bukan dia, melainkan..." Krystal tak melanjutkan perkataannya saat melihat mobil seseorang yang ia tunggu berhenti di depannya. "Jimmy!"
Ya, saat membawa ponsel milik asisten pribadi suaminya, Krystal menghubungi Jimmy dan meminta kekasihnya itu untuk menjemputnya.
"Sayang, maaf aku terlambat. Cepat masuk." Jimmy membuka pintu mobilnya, mempersilahkan Krystal untuk masuk.
Tak menunggu lama, Krystal langsung masuk ke mobil Jimmy tanpa mengatakan apapun pada Nathan.
"Kekasih? Bukankah gadis itu istri Bara? Lalu apa hubungannya dengan aktor bernama Jimmy itu?" gumam Nathan. Ia menggeleng dan tersenyum tipis.
"Wanita memang sulit di mengerti. Ini adalah salah satu alasan kenapa sampai sekarang aku memilih sendiri. Tapi, Krystal berbeda. Dia unik dan..."
Nathan menggelengkan kepalanya, mencoba menepis perasaan gila yang mulai muncul di hatinya. "Tidak. Aku tidak boleh menyukai istri orang."
Dari kejauhan, tepat di seberang dimana Nathan berdiri, ia melihat Bar keluar dari lobby dan masuk ke mobil. Namun, sesaat mereka sempat melakukan kontak mata. Lalu Bara memutuskan sepihak dan pergi.
"Dia masih sama. Menyebalkan dan dingin padaku." Nathan pergi meninggalkan tempat itu. Ada seseorang yang harus ia temui malam ini.
*
*
"Sayang, kamu marah, hum?" Jimmy mengusap punggung tangan Krystal, meraih jari tangannya dan mengecupnya. Ia terkejut karena tiba-tiba Krystal menghubunginya.
Sialnya, percintaan panas yang Jimmy lalukan dengan kekasihnya harus tertunda karena ulah Krystal.
"Sial, padahal aku sedang berada di puncak gairah dan sebentar lagi meledak. Tapi, karena dia aku harus menahannya mati-matian begini. Dan lihat sekarang, dia malah mengabaikan aku," gerutu Jimmy dalam hati.
Ingin rasanya ia menepikan mobilnya di pinggir jalanan sepi dan men cum bu Krystal sampai pagi. Membuat gadis itu berada di bawah kungkungannya, men des sahkan namanya berulang kali.
Sayangnya, itu hanyalah mimpi Jimmy belaka. Karena sampai kapanpun Krystal tidak akan mau melalukan itu dengannya.
"Sayang, aku terlambat lima belas menit bukan satu jam." Jimmy mengusap paha Krystal yang sedikit terekspos karena lagi-lagi gadis itu mengenakan rok mini seksi.
Memperlihatkan kulit putih mulusnya yang selalu membuatnya ingin mencicipinya.
"Lima belas menit kamu bilang? Apartemen kamu tidak jauh dari tempatku berada, Jim. Dan dengan entengnya kamu bilang seperti itu?" Krystal melirik Jimmy. "Aku merasa kamu memiliki wanita lain di belakangku."
Uhuk!
Sontak Jimmy tersedak air liurnya sendiri. Ia lalu menjauhkan tangannya dari paha Krystal saat gadis itu menepisnya.
"Ma-mana ada, sayang. Kamu satu-satunya dan tidak akan pernah tergantikan." Jimmy menepikan mobilnya di jalanan yang cukup sepi. Lalu memiringkan posisi duduknya, mengusap pipi Krystal. "Aku mencintaimu, sampai kapanpun akan tetap seperti itu," lirihnya.
Jimmy mendekatkan wajahnya perlahan ke wajah Krystal. Tangannya sudah berada di tengkuk leher gadis itu. Menariknya semakin mendekat dan...
Bugh.
"Argh!" pekik Jimmy merasakan sakit di bagian perutnya.
"Dasar brengsek!" Krystal keluar dari mobil Jimmy. Menutup pintu mobilnya kuat dan berjalan menjauh dari sana.
"Shiit! Krystal Alexander! Tunggu!" teriak Jimmy mengejar Krystal yang sudah hampir menjauh. "Dasar gadis itu, lihat saja. Malam ini aku harus bisa mendapatkannya. Menjadikan milikku seutuhnya."