NovelToon NovelToon
CANDUNYA SANG CASANOVA, MALIKAKU

CANDUNYA SANG CASANOVA, MALIKAKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pembantu / Pernikahan rahasia
Popularitas:36.2k
Nilai: 5
Nama Author: uutami

Sean, seorang Casanova yang mencintai kebebasan. Sean memiliki standar tinggi untuk setiap wanita yang ditidurinya. Namun, ia harus terikat pernikahan untuk sebuah warisan dari orang tuanya. Nanda Ayunda seorang gadis yatim piatu, berkulit hitam manis, dan menutup tubuhnya dengan jilbab, terpaksa menyanggupi tuntutan Sean karena ulah licik dari sang Casanova.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

draft bab 13

"Nggak bisa Gin," tolak Nanda.

"Kenapa?" tuntut Gina tak mengerti, kenapa Nanda malah menolak usul mereka.

"Aku bukan siapa-siapa di sana, Gin, Sen. Kalau tiba-tiba datang cuti untukku yang belum genap setahun bekerja, dan itu datang dari orang yang paling tinggi di sana. Apa menurutmu yang akan terjadi?

Apa pandangan orang terhadapku, terlebih Kak Sean yang jauh diatasku? Seorang bos, tiba-tiba mengajukan cuti untuk seorang cleaning service seperti ku?"

"Nanda..." Gina terdengar lirih dan putus asa. Ia tak bisa menyangkal ucapan sahabatnya itu. Semua yang Nanda ucapkan tidaklah salah. Tindakan seorang bos yang ikut campur masalah cuti karyawan dan menyalahi aturan seperti itu hanya akan menambah tanya dan konflik baru di perusahaan.

"Nanda benar, bisa saja nanti malah membuat masalah dan pandangan buruk untuk Nanda," ujar Arsen sedikit lebih memahami kekhawatiran sahabatnya itu.

"Tapi," lirih Gina masih keberatan.

"Aku rasa tak apa jika aku sedikit terlambat nanti menjenguk April," sela Nanda.

""Benar! April pasti mengerti," sahut Arsen. Gina hendak membuka mulutnya untuk sekali lagi membujuk, tetapi isyarat dari Arsen agar Gina menyudahi membahas ini akhirnya bungkam juga meski wajahnya masih terlihat sangat tak rela.

"Ya sudah, ayo ganti! Anak-anak pasti sudah menunggu di kolam." Arsen lagi-lagi mencoba mengalihkan,"Baren, ayo kita ganti dulu."

Arsen berjalan menuntun punggung Baren agar mereka melangkah ke kolam. Di ikuti oleh Gina yang masih sangat berharap Nanda ikut. Walau tak dapat ia pungkiri, Nanda masihlah bekerja pada orang dan harus mengikuti aturan yang ada.

"Nanda, ke taman kota yuk," ajak Irham selepas renang selesai."Ini masih jam tiga sore, kayaknya tertali cepat untuk pulang."

Nanda menatap jam tangannya, ragu. Ia masih harus masak nanti, jika jalan-jalan ke taman kota, tak mungkin hanya akan memakan waktu satu jam, pasti lebih mungkin bisa sampai malam.

"Gimana?" tanya Irham melihat keraguan di wajah Nanda.

"Iya, kak Nanda, ayok!" Kanaya ikut menimpali.

Nanda menulas senyum pada bocah kelas dua SD itu. Entah kenapa melihat bocah berkuncir itu, Nanda seperti tak bisa menolak. Hingga ia hanya bisa mengangguk pasrah.

"Yeeeyy, kita berhasil, om!" Seru bocah itu girang. Irham jadi tertawa menyambut tangan Kanaya yang mengajaknya TOS.

"Tapi, Kakak nggak bisa lama ya, Naya."

"Yah, kenapa?" Seketika binar wajah Kanaya memudar.

"Kakak masih ada pekerjaan di rumah. Jadi, sebentar saja ya?"

"Yah, padahal kita udah rencana sampai malam, ya om ya?" Kanaya berganti menatap Irham, yang tersenyum meski ia pun kecewa.

"Ya udah, ayo ke taman!" Sembari mengandeng tangan keponakannya.

Kanaya mengangguk, tangannya yang lain meraih tangan Nanda hingga mereka berjalan bersama seperti sebuah keluarga yang sempurna.

Di belakang sana, Gina menarik sudut bibirnya. "Lihat tuh, keknya dia jodohnya Nanda deh," tunjuknya ke arah tiga orang yang semakin menjauh.

"Semoga aja, aku lihat lelaki itu terus menatap Nanda sedari tadi. Pas aku ajak ngobrol juga orangnya ramah dan sepertinya menyukai Nanda."

Gina mengangguk. Lalu berpindah pndangan pada adik iparnya,"Baren! Ayo balapan sama kakak sampai ke mobil!"

"Ayok!" Baren bersiap-siap lari, namun, Gina sudah lari lebih dulu hingga membuat Baren berteriak merasa dicurangi. Arsen tertawa geli melihat tingkah istri dan adiknya.

Ditaman,

Nanda, Irham dan Kanaya menikmati keindahan taman kota. Berjalan-jalan bertiga, kadang mereka berhenti sebentar untuk berfoto, ataupun membeli jajanan yang mangkal.

"Nda!"

"Heem?" sahut Nanda tanpa menoleh, dan asyik mengunyah cilok yang tadi ia beli.

Irham melihat lurus ke depan dimana Kanaya bermain ayunan bersama anak seusianya.

Taman kota sore itu cukup ramai, banyak orang tua yang mengajak anak-anak mereka untuk sekedar bersantai dan menikmati waktu keluarga. Ada juga pemuda dan pemudi yang berolahraga lari ataupun bersepeda santai di taman.

"Nggak mau cerita sama mas?"

"Cerita apa, mas?" Kali ini, Nanda menoleh pada pria berkulit bersih yang sedang menyedot es teh jumbonya.

"Kamu seperti lagi gundah."

Nanda terkekeh kecil.

"Kok malah ketawa sih?" Protes Irham ikut mengangkat sudut bibirnya.

"Ya habisnya, mas Irham bilang aku lagi gundah."

"Emang salah, ya? Mas sedari tadi merasa kalau kamu lagi ada masalah."

"Masalah apa mas. Nggak baik juga ngumbar masalah."

"Nggak ngumbar, Nanda. Tapi, berbagi, siapa tau mas bisa bantu kamu. Kalau pun nggak bisa kasih solusi, seenggaknya kamu ada teman yang mendengar keluhanmu. Kamu juga akan merasa lebih plong, gitu."

Nanda tak menjawab, hanya mengukir senyuman.

Sore itu terasa syahdu dengan hembusan angin yang membawa dedaunan kering, entah kemana. Melewati sebuah tangan yang menggenggam erat handuk kecil hingga terlihat memucat.

Pemilik tangan itu berbalik dari langkahnya yang terhenti, di ujung pandangan saja, duduk sejoli yang melihat lurus ke arah anak-anak yang sedang bermain ayunan. Saling melempar senyum, terlihat dari samping hingga membuat lelaki bertubuh kekar itu memilih berbalik arah.

"Sean! Kok balik sih?" protes Maura yang berhasil menyusul langkah Sean.

"Aku capek! Mau pulang."

"Loohh, kita baru sampai loh! Baru mau joging sore," protes Maura mengelap keningnya dengan handuk.

Melihat Sean tak merespon apaapun, ia terpaksa ikut langkah Sean dengan perasaan aneh.

"Ya udah, mau ke rumah apa istirahat di hotel aja?"

"Pulang!"

"Oke!" Maura yang mengharapkan ada percintaan diantara mereka nanti, merangkul lengan Sean. Namun, ia harus menelan pil pahit karena begitu sampai di parkiran Sean malah tak mengijinkannya naik.

"Kamu naik taksi saja," ujar Sean mendorong tubuh Maura yang sudah membuka pintu mobil.

"Aku mau pulang! Aku lelah, ingin istirahat."

"Iya, aku bisa pijitin kamu."

"Sendiri! Aku ingin pulang sendiri!" Sean menyodorkan tas milik Maura tepat didada dan langsung melepas memaksa wanita itu menegang tas dengan mulut mengangga.

"Jadi kamu ninggalin aku di sini?"

Sean tak mengindahkan, membuka pintu sisi kemudi dan menghidupkan kendaraannya.

"Sean!"

"Sean! Kamu tak bisa melakukan ini padaku!"

Mobil kuning itu berlalu keluar dari parkiran taman.

"Sean! Brengsek kau!" Maura terus mengumpat-ngumpat meski Sean sudah tak terlihat lagi.

"Kenapa dia? Kok aku jadi kena getahnya?" Gumam Maura menahan kesal seraya menyibak rambut ke belakang.

Di dalam mobil, Sean melihat lurus ke depan. Matanya tajam, ia sendiri tak tau kenapa bertingkah seperti ini? Tiba-tiba merasa ada bongkahan batu yang menghantam dada hingga ingin marah saja.

"Perasaan apa ini?" gumamnya mengumpat dalam hati. Tertawa merasa lucu,

"Cemburu? Apa aku cemburu?" Tertawa lagi sambil menggeleng, "tak mungkin aku cemburu pada gadis berkulit hitam itu. Dia jelas bukan levelku."

.

.

"Malam ini aku akan ke Jakarta."

"Baiklah."

"Bagaimana denganmu?" Sean mengusap bibirnya seusai menenggak segelas air putih di meja, sebagai penutup makan malam.

"Aku?" Nanda menunjuk dirinya sendiri.

"Iya! Mama pasti menanyakan mu jika tak hadir."

Nanda mendesah pelan, dalam hal ini memang seharusnya ia berdiskusi dengan suaminya. Walau bagaimanapun, lelaki itulah yang membuatnya berada dalam situasi seperti ini.

"Aku belum ada setahun bekerja di sana. Tidak bisa ambil cuti, begitu kan rule nya?"

Sean mengangguk meletakkan tisu bekasnya di samping piring yang telah kosong. "Jadi kamu putuskan tidak hadir?"

Mata Sean dan Nanda beradu. Ada gundah tang masih menyelimuti mata indah gadis berkulit sawo matang itu. Sementara Sean masih menyimpan sesuatu yang membara di dada, yang ia sendiri tak tau karena apa.

"Aku harus bagaimana? Tidak ada pilihan selain itu," ucap Nanda menarik jilbab bergonya yang sedikit melorot ke depan."Tapi, aku juga merasa tak enak pada keluarga jika tetap di sini."

"Aku tak bisa membantumu, itu akan menimbulkan tanya bagi orang-orang."

"Aku tau," sambar Nanda. "Lelaki egois ini memang tak bisa diharapkan. Dia hanya memikirkan kepentingannya sendiri," gumam Nanda dalam hati. Padahal, ia sangat berharap Sean akan memberi jalan keluar bersama.

"Ya sudah, aku berangkat sendiri malam ini. Nanti biar kupikirkan alasannya di jalan. Kita hanya perlu menyesuaikannya agar mereka tak curiga." Sean berdiri, melangkah meninggalkan Nanda sendiri bercokol dengan pikirannya.

.

.

"Kok sendiri? Mana Nanda?"

Mama Gea yang menyambut kedatangan Sean di rumah melongok kebelakang, mencari menantunya.

"Dia nggak ikut," tukas Sean nyelonong masuk.

"Loh, kok nggak ikut?" Mama Gea terheran mengikuti langkah Sean masuk ke dalam.

April memang sudah kembali ke kediaman Rahardian. Di ruang utama, sudah sangat ramai oleh keluarga besar. Daddy Resda dan papa Bayu seperti berebut ingin menggendong baby boy April.

"Giliranku lah, dari tadi kamu terus loh yang gendong!" Protes papa Bayu.

"Tidak bisa, ini baru sebentar. Buatlah sendiri sana!"

"Astaga!" Papa Bayu seperti kehilangan kesabaran menunggu giliran menggendong, mengusap rambut ke belakang kepala.

April sendiri masih malas dan lemas bersandar di dada Gavin sampai lelaki itu tak bisa kemana-mana. Pasangan itu memang masih dalam mode bahagia.

Noah tengah menemani Sofia bermain puzzle, duduk lesehan di karpet ruang utama, tak jauh dari April dan Gavin duduk di atas sofa. Sementara Maya baru saja muncul dari arah dapur dengan senampan minuman, dibelakangnya seorang asisten rumah tangga mengikuti, membawa kue-kuean.

"Kak Sean!" April berseru dan menegakkan kepalanya dari dada sang suami. Membuat Gavin bernafas lega, "akhirnya, bisa berganti posisi juga," gumamnya

April melirik tak suka pada Gavin, pria itu nyengir. Merasa nanti malam mungkin ia harus tidur di luar.

"Loh, kok sendiri? Nanda mana?" April memprotes melihat di belakang tak muncul juga sahabatnya. Meski mama Gea yang beberapa langkah dibelakang Sean tadi, kini sudah ikut duduk.

"Nanda sakit," ujar Sean berdusta. Tangan lelaki bertubuh kekar itu mencubit pipi gembul babyboy yang kini sudah berpindah dalam pelukan papa Bayu. Entah bagaimana bisa merebut bocah gembul itu dari pangkuan Daddy Resda.

"Sakit?" Semua terperangah.

"Sakit apa, Sean? Kok nggak bilang mama sih?" Protes mama Gea.

"Biasalah, masuk angin."

"Jangan-jangan hamil," cetus Maya yang membuatnya seketika jadi perhatian. Namun, justru membuat mata Sean mendelik.

"Benar begitu?" Mama berganti melihat Sean.

"E-enggak. Orang cuma masuk angin, kok."

"Iya, bisa saja itu hamil, Sean. Dulu Maya juga begitu." Noah menyela.

"April juga," timpal April mengangguk.

"Waahh, cepat sekali kita akan tambah anggota baru," ucap mama Gea berbinar.

Sean tersenyum canggung karena malah berkembang seperti ini.

"Kalau memang dia sakit, kenapa kamu malah kemari?" Daddy Resda ikut bicara.

"Aku..."

"Coba habis dari sini nanti kamu ajak Nanda ke dokter obgyn," saran papa Bayu.

"Bu-" Sean hendak menyangkal namun sudah dipotong oleh April.

"Sudah sana pulang, kasian Nanda masih hamil muda malah ditinggal. Dia pasti sangt menderita sekarang."

Sean menggaruk belakang kepalanya. "Kok jadi gini sih?"

"Biar saja Sean di sini sebentar istirahat. Kasihan loh, baru datang sudah di suruh pulang," saran Gavin yang melihat Sean canggung.

"Kalau gitu, biar mama telpon Nanda." Mama Gea mengambil gawainya, langsung melakukan sambungan video.

"Nanda!"

Gadis berjilbab di ujung sana terlihat sedang berbaring di atas tempat tidur. Berhubung sudah sepakat alasan Nanda tak datang karena sakit, Nanda pun berakting dengan sangat meyakinkan.

"Maaf ya, Nanda nggak bisa ikut," suara Nanda sedikit serak dan mata sayu.

"Nggak papa, sayang. Kamu udah perikasa ke dokter?"

"Belum, cuma minum obat warung aja kok."

"Loh, kok malah minum obat warung?" Mama kaget, pun dengan yang lain.

"Harusnya kamu ke apotek sayang. Jangan konsumsi obat warung."

Wajah Nanda sampai berubah tak enak karena salah bicara. "Iya, itu maksud Nanda "

"Sekalian beli testpack nggak?"

"Eehh, kenapa?"

"Kok kenapa? Siapa tau kamu hamil, Nanda!?"

Uhuk, Nanda tersedak ludahnya sendiri.

1
Nur Adam
lnjut
azalea_lea
hahaaa malu yaa kamu maura
dah tau sean udah muak sama kamu udah dblokir pula ehhh PD bgt sok nlpon2
🤭👍🌹❤🙏
Uthie
Wahhh.. makin seruuuu niii 👍😜😆😆
Uthie
emang Nanda separah itu apa yaaa 😂😂😂
Uthie
selalu ikut baper dehhh baca soal mereka 😍😍😍😍😍
Uthie: yupppi 👍😘🤩
Cinta_manis: ouuuccchhh, makasih, ikut baper kaaannnn
total 2 replies
Asyatun 1
lanjut
Cinta_manis: oke ka. makasih udah komen 😊
total 1 replies
azalea_lea
hahaa ada yang panas tapi bukan api
sean siap siap otakmu dipenuhi nanda nanda dan nanda 🤣🤣
Cinta_manis: makasih, moga suka ya 😊🥰 seneng dapat penyemangat gini 😊
azalea_lea: lanjut makin seru tho... 👍👍🌹❤🙏😍r
total 3 replies
Asyatun 1
lanjut
Cinta_manis: okey ka. makasih 😊
total 1 replies
Desmeri epy Epy
lanjut thor
Cinta_manis: okey ka
total 1 replies
Uthie
Hahahaa.....bikin panas terus si Sean thorr 💪😆😆😆
Cinta_manis: iya ka 😅
total 1 replies
Uthie
Cieeee.... 😁😁😁
Asyatun 1
lanjut
Uthie
Casanova lagi ketulah omongan nya sendiri... yg gak bakal tertarik sama Nanda 😜😆😆
Nur Nuy
lanjut seruuu
Uthie
hahahaa... terkena sihir kan. kamu Sean 😜😆😆
Cinta_manis: 😅😅😅😅😅😅
total 1 replies
Desmeri epy Epy
lanjut
Cinta_manis: siap dilanjutkan kaka
total 1 replies
Desmeri epy Epy
lanjut thor
Cinta_manis: sudah dilanjut Kaka 🥰
total 1 replies
Asyatun 1
lanjut
Uthie
makin panas.. makin seruuuu 👍
Uthie
Nahhh... gitu donggg 😀👍👍

biar tau rasa tuhhh si Seannn 😝😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!