Kalian Bisa Dukung aku di link ini :
https://saweria.co/KatsumiFerisu
Seorang pengguna roh legendaris, yang sepanjang hidupnya hanya mengenal darah dan pertempuran, akhirnya merasa jenuh dengan peperangan tanpa akhir. Dengan hati yang hancur dan jiwa yang letih, ia memutuskan mengakhiri hidupnya, berharap menemukan kedamaian abadi. Namun, takdir justru mempermainkannya—ia terlahir kembali sebagai Ferisu Von Velmoria, pangeran ketiga Kerajaan Velmoria.
Di dunia di mana setiap orang memiliki kesempatan untuk menjalin kontrak dengan roh, Ferisu justru dikenal sebagai "Pangeran Sampah." Tidak ada roh yang mau menjawab panggilannya. Dipandang sebagai aib keluarga kerajaan, ia menjalani hidup dalam kemalasan dan menerima ejekan tanpa perlawanan.
Tetapi saat ia masuk ke Akademi Astralis, tempat di mana para ahli roh belajar tentang sihir, teknik, dan cara bertarung dengan roh, sebuah tempat terbaik untuk menciptakan para ahli. Di sana Ferisu mengalami serangkaian peristiwa hingga akhirnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21 : Pertandingan Yang Berat
Pagi itu cerah, dengan suara gemuruh dari penonton yang memenuhi arena. Mereka sangat antusias menantikan pertandingan final yang akan segera dimulai. Meskipun Ferisu biasanya acuh tak acuh terhadap hal seperti ini, hari itu ia datang untuk menonton.
Saat berjalan menuju stadion, Ferisu berpapasan dengan Sirius.
"Pagi, Pangeran," sapa Sirius dengan senyum lebar.
"Pagi..." jawab Ferisu sambil menguap, tampak sedikit malas.
Erica yang berjalan di samping Ferisu terkejut mendengar sapaan itu.
"Selamat pagi juga, Erica-sama, Licia-sama," tambah Sirius, melemparkan senyum ramah kepada keduanya.
Erica melirik Ferisu dengan tatapan penuh pertanyaan. Ia merasa heran karena Ferisu yang jarang berinteraksi dengan orang lain bisa mengenal Sirius. Sirius sendiri dikenal sebagai kartu as dari kelas 1-A. Dengan kemampuannya yang luar biasa dalam sihir, teknik pedang, dan penguasaan roh, tak heran dia menjadi idola di kelasnya. Selain itu, Sirius adalah anak dari Marquess Jill Astros, yang juga cukup terkenal.
Namun, yang paling membuat Erica penasaran adalah sikap Sirius terhadap Ferisu. Meskipun banyak siswa yang merendahkan Ferisu, Sirius justru tampak begitu menghormatinya. Ada sesuatu yang terasa berbeda, dan itu membuat Erica semakin curiga.
"Kenapa dia begitu menghormati Ferisu? Apa dia tahu sesuatu yang kita tidak tahu?" gumam Erica dengan hati-hati, tanpa mengalihkan pandangannya dari Sirius.
Sirius, yang merasakan tatapan tajam dari Erica, merasa sedikit canggung. "A-Apa saya mengatakan hal yang salah?" tanya Sirius dengan nada ragu.
"Ah, tidak. Saya hanya penasaran kenapa Ferisu bisa kenal denganmu, Sirius Astros," jawab Erica, mencoba terdengar biasa saja meskipun hatinya penuh tanda tanya.
Sirius tersenyum dengan tenang, namun tak memberikan jawaban lebih lanjut. "Aku menantikan pertandingan kita. Tentunya kami tak akan mengalah," ujarnya dengan percaya diri sebelum melangkah pergi.
Licia yang sejak tadi diam hanya tersenyum ramah. Meski terkesan tenang, ia juga memerhatikan dengan seksama percakapan itu. Ia tetap berada di sisi Ferisu, menyadari ada sesuatu yang belum terungkap.
Dengan langkah ringan, mereka bertiga melanjutkan perjalanan menuju arena. Meskipun suasana hari itu terasa penuh kegembiraan, perasaan tidak terungkap yang menggelayuti Erica dan Licia seolah menambah ketegangan di udara.
...----------------...
Pertandingan dimulai dengan ketegangan yang terasa di udara. Arena berubah menjadi padang rumput luas setelah lingkaran sihir menyala dan membentuk medan tempur yang sempurna. Penonton dari kedua kelas menyaksikan dengan penuh antusias, tidak sabar melihat bagaimana kelima perwakilan dari kelas 1-D akan menghadapi kekuatan luar biasa dari kelas 1-A.
Sirius, dengan sikap percaya diri, melangkah maju sebagai pemimpin kelompok kelas 1-A. "Kalian tetap di belakang, aku akan maju sendiri," ujarnya dengan senyum lebar, memancarkan aura percaya diri yang hampir tak terbendung.
Ketika aba-aba dimulai, seketika Sirius melesat ke depan dengan kecepatan yang luar biasa. Sebelum anggota kelas 1-D bisa bereaksi, ia sudah berada tepat di hadapan mereka.
"Yo!" Dengan satu gerakan cepat, pedangnya yang dilapisi sihir cahaya membelah udara, menghantam pertahanan kelas 1-D.
Dengan sigap, seluruh anggota kelas 1-D menggunakan sihir pelindung untuk menahan serangan itu. Meskipun berhasil bertahan, serangan Sirius yang begitu kuat membuat mereka terdorong mundur beberapa langkah. Suasana di arena semakin panas.
"Apa kau akan maju sendiri...?" Erica bertanya, nada suaranya tajam dan penuh tantangan.
Sirius, dengan senyum percaya diri, menjawab, "Yah... kurasa aku sendiri sudah cukup untuk melawan kalian."
Erica menatapnya dengan mata tajam, namun dia tahu ini hanya permulaan. "Hoo~ kau cukup sombong juga ya?" kali ini Viana yang angkat suara, tak bisa tinggal diam.
Dengan gerakan kilat, tubuh Viana diselimuti oleh kilatan petir kuning. Sekejap, ia melesat maju, mengayunkan pedangnya dengan tebasan diagonal yang memancarkan kekuatan listrik.
Namun, Sirius yang tanggap berhasil menahan serangan itu dengan mudah. Ketika pedang mereka bersentuhan, dentingan keras menggema di udara, dan Viana terpaksa mundur selangkah.
"Hee~ seperti yang diharapkan dari perwakilan murid terbaik saat acara pembukaan, kau cukup kuat yah?" ujar Sirius santai, seolah tak terganggu dengan serangan hebat yang baru saja ia hadapi. Senyumnya tak kunjung hilang, menunjukkan keyakinan dirinya yang kuat.
Pertandingan ini baru saja dimulai, dan kelas 1-D jelas tidak akan membiarkan Sirius menguasai arena dengan mudah. Masing-masing dari mereka bersiap, mengetahui bahwa mereka harus bekerja sama untuk menghadapi lawan yang begitu kuat.
...----------------...
Di bangku penonton, Ferisu mengamati pertandingan dengan tatapan yang tajam, menyaksikan setiap gerakan Sirius yang begitu terampil. Perlahan, ia bergumam dengan nada tidak terlalu tertarik.
"Lumayan..."
Ferisu tahu betul bahwa di zaman ini, orang yang memiliki atribut cahaya dan kegelapan sangat jarang ditemui. Terlebih lagi, seseorang yang mampu membuat kontrak dengan dua roh memiliki bakat yang sangat luar biasa. Namun, ia hanya menghela nafas pendek, merasa sedikit kecewa dengan keadaan zaman ini.
"Huft~ apa yang kupikirkan? Zaman ini sudah cukup damai, untuk apa lagi mengejar kekuatan?" batin Ferisu, merasa ada sedikit kebingungan di hatinya.
...----------------...
Kembali ke arena pertandingan, Sirius terus bergerak dengan penuh semangat, melawan lima orang dari kelas 1-D seorang diri. Meskipun kelas 1-D telah melakukan berbagai persiapan, Sirius menunjukkan kecakapan yang sangat luar biasa. Markus, yang berada di garis depan, berusaha keras menahan serangan-serangan pedang dari Sirius, namun keterampilan pedang Sirius jauh lebih hebat dan canggih.
"Ora, ora!" teriak Sirius penuh semangat, serangannya yang tak henti-hentinya begitu cepat dan presisi. Dalam sekejap, ia berhasil melumpuhkan Markus dengan mudah, membuat kelas 1-D terkejut melihatnya.
Namun, kelas 1-D tidak menyerah begitu saja. Licia dan Erica, dengan penuh koordinasi, melancarkan serangan gabungan mereka, menciptakan tornado es yang sangat dahsyat. Angin bertiup kencang, dan es yang tajam mulai menghujam ke arah Sirius.
Namun, Sirius hanya tersenyum kecil, seolah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dengan tenang, ia mulai melafalkan mantra dalam bahasa roh, memanggil kekuatan yang lebih besar. Dari lingkaran sihir yang muncul di sekitar Sirius, cahaya terang bersinar, dan sebuah sosok besar muncul dengan anggun.
Roh kontrak milik Sirius, yang berbentuk malaikat bersayap putih besar, muncul di hadapan mereka. Dengan pedang dan perisai di tangan, roh itu memancarkan aura yang luar biasa.
"Freya! Halau tornado itu!" seru Sirius, memerintahkan roh kontraknya dengan tegas.
Dengan satu tebasan kuat dari pedangnya, badai es yang tercipta lenyap dalam sekejap, seolah tak pernah ada. Kekuatan dari roh tersebut begitu besar, dan kelompok kelas 1-D terkejut melihat betapa kuatnya serangan itu. Para penonton yang menyaksikan pun terdiam, takjub dengan kekuatan yang ditunjukkan oleh Sirius dan roh kontraknya.
Sirius kembali tersenyum, tampak tidak terburu-buru dan sangat percaya diri. "Kalian harus lebih keras lagi jika ingin mengalahkan kami," ucapnya dengan suara penuh tantangan, seolah memberi peringatan kepada kelas 1-D bahwa mereka akan menghadapi lawan yang sangat berat.
raja sihir gitu lho 🤩