Menikah adalah hal sakral yang tidak boleh di permainkan. Namun, pernikahan Elena terjadi karena semata-mata ingin menyelamatkan nyawa papanya yang sedang terancam. Dan tanpa diketahui, ternyata dirinya menjadi istri kedua dan bukanlah istri satu-satunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anasta_syia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Waw ini indah banget" Elena meloncat kegirangan saat melihat pemandangan pantai yang sangat memukau di hadapannya. Pemandangan laut dengan gelombang ombaknya yang tak begitu kencang membuat darahnya berdesir merasakan ketenangan. Angin yang menyapu wajahnya membuat rambutnya sedikit berantakan namun Elena begitu menikmati sapuan angin yang berhembus menerpa tubuhnya.
"Mau renang?" tanya Aaron namun mendapatkan gelengan kepala dari Elena. "Aku cuma mau main air aja. Kan aku gak bawa baju ganti" ucap Elena
Elena menggandeng tangan Aaron dan menarik pria itu untuk lebih mendekat ke area laut. Dua manusia itu mencelupkan kakinya ke dalam laut dan bermain-main dengan air selama beberapa saat.
"Layangan" Mata Elena berbinar saat melihat layang-layang yang dibawa oleh anak kecil dengan berlarian di depannya. Aaron menggelengkan kepala melihat tingkah Elena yang kekanak-kanakan. Tubuhnya mungkin sudah besar tapi kelakuannya sama seperti bocah baru masuk TK. Pria itu berjalan santai meninggalkan Elena dan membeli layang-layang untuk kekasihnya itu.
"Kok warna hitam" Elena menatap layang-layang yang dibawa Aaron dengan tatapan sedih namun sedetik kemudian ia mengambil layangan itu dengan semangat.
"Katanya gak suka. Biar aku beli lagi aja" ucap Aaron
"Aku suka kok. Gapapa hitam biar kaya setan" Elena tertawa sembari berlari menerbangkan layang-layang hitamnya yang dibelikan oleh Aaron dengan riang. Walaupun terik matahari yang begitu menyengat di kulit, namun Elena tetap menikmati momennya dengan Aaron.
Aaron ikut berlari mengikuti Elena mengejar wanita itu hingga sampai ujung. Nafas gadis itu yang putus-putus menjelaskan betapa lelahnya Elena berlari untuk menerbangkan layangan miliknya namun tak ada hasil apapun yang ia dapat.
"Kok gak terbang sih layangannya" Aaron tertawa melihat Elena yang duduk di atas batu dengan nafas memburu. Layangan yang ada di tangannya itu terjatuh di atas pasir pantai yang berwarna putih itu. Aaron mengambil alih layang-layang di tangan Elena dan hanya butuh waktu beberapa menit layang-layang itu sudah terbang ke atas bersama awan-awan putih.
"Kok secepet itu sih" protes Elena dan berdiri di samping Aaron yang sedang asyik bermain dengan layangan di tangannya.
"Nih pegang" Pria itu memberikan benang layangan pada Elena dan membiarkan wanita itu bermain dengan layangan miliknya. Gadis itu tampak senang dan kegirangan tampak dari senyuman dan tawanya yang tak pernah luntur dari bibirnya.
Aaron menoleh kesana kemari seolah mencari sesuatu hingga matanya terhenti pada satu titik yang membuat dirinya melangkah dengan cepat mendekati area yang ia tuju.
"Dua ya pak" Aaron membeli dua kelapa dan memberikan selembar uang pada penjual kelapa tersebut. "Ambil aja kembaliannya" Pria itu menenteng dua kelapa di kedua tangannya sembari berjalan mendekati Elena.
Baru beberapa menit ia tinggalkan namun gadis itu saat ini tengah duduk di atas pasir dengan wajah murung. "Hey kenapa sayang" tanya Aaron khawatir.
"Layangannya ditabrak burung" Elena menatap layang-layang hitamnya itu yang tergeletak di atas pasir dengan lubang besar di tengah-tengah. Aaron menutup mulutnya menahan tawa. Jika sampai gadis itu tau dirinya menertawakan Elena bisa habis dibuatnya.
"Mau aku beliin lagi?" tanya Aaron menawari. Elena menoleh pada Aaron dan matanya seketika berbinar saat melihat kelapa di tangan kekasihnya itu. "Gausah, aku mau minum ini aja" Dengan cepat Elena menyambar kelapa di tangan kiri Aaron dan meneguknya dengan cepat hingga habis tak tersisa.
"Burungnya tadi gak kenapa-napa?" tanya Aaron.
"Kok yang di tanyain burungnya sih. Layangan aku tuh yang robek semua gara-gara dia" oceh Elena kesal.
"Ya kan tadi burungnya nabrak layangan kamu"
"Jadi aku yang salah gitu? Salah sendiri tu burung punya mata kenapa gak menghindar"
"Gak salah sayang. Tapi kan emang habitatnya burung kan di awan" ucap Aaron dengan lembut.
"Habitatnya burung tuh di hutan" cetus Elena
"Gak juga" ucap Aaron
"Terus?"
"Ada juga yang di sangkar" jawab Aaron santai.
"Yeuuu itu mah manusianya aja yang nangkep burung terus di kurung" Elena menatap kelapanya yang sudah tak ada isinya. Gadis itu menoleh pada Aaron sedangkan yang ditatap hanya diam.
"Kenapa?" Aaron tertawa saat melihat wajah cemberut Elena kemudian memberikan kelapa miliknya pada gadis itu. Dalam sedetik senyuman hangat itu kembali terbit di bibir manis Elena.
Elena menikmati air kelapa milik Aaron sembari menikmati pemandangan pantai yang begitu indah. Namun senyumnya luntur seketika saat matanya terhenti pada satu sosok manusia yang berdiri mengawasi dirinya.
"Dia... "