NovelToon NovelToon
Pengejar Lelaki

Pengejar Lelaki

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:492
Nilai: 5
Nama Author: Khara-Chikara

Ima mengalami hal yang sangat luar biasa pada kehidupan nya yang beranjak dewasa. Dia baru tahu bahwa cinta harus memandang usia, uang, kualitas, fisik bahkan masih banyak lagi. Hal itu membuatnya bimbang akan pilihan kedepan nya bagaimana dia menemukan sesosok pria yang begitu baik untuk menemani kehidupan nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12

Sementara Ima benar-benar terdiam kaku mendengar itu, dia tak tahu harus membalas apa karena dia tidak mengerti situasinya sekarang. "Astaga aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan aku bingung dan tidak mengerti apa yang terjadi sekarang..." ia menjadi terdiam.

Lalu mendapatkan sebuah ide yang membuatnya menatap ke ibu Argani. "Um... Bagiku, menjadi seorang wanita yang anda katakan itu mungkin terdengar susah, jadi mungkin... Aku juga ingin pasangan yang sudah mati matian mendapatkan ku, mungkin putra anda tidak akan cocok dengan aku, aku juga tidak pantas dengan nya, jadi... Maafkan aku jika menolak permintaan anda, aku yakin di luar sana masih ada banyak wanita yang anda inginkan sebagai menantu anda, bukan alasan yang aneh jika harus menolak kalian, hanya saja ini terlalu mendadak untuk ku," kata Ima dengan senyum lembut membuat ibu Argani terdiam.

Ibu Argani lalu menghela napas panjang. "Sayang, kamu wanita yang sangat di idamkan banyak pria bertanggung jawab nantinya, mungkin pemikiran mu benar, Argani mungkin tidak akan mempedulikan mu dan dia tipe orang yang mementingkan pekerjaan nya."

Mendengar itu Argani menjadi tersinggung. "Itu memang benar, tapi… Apakah itu memang benar?"

"Tapi jika kau ingin berubah pikiran, dan ingin menyetujui hal ini, aku akan senang, tapi... itu keputusan mu, terima kasih telah menjadi pelengkap permintaan ku ini," tatap kembali ibu Argani. Lalu Ima mengangguk. "Akhirnya ini semua selesai, aku jadi tidak perlu di jodohkan tapi melihat ekspresi ibu Argani, rasanya aku seperti menyakitinya karena menolak tawaran nya untuk menjadi menantu nya."

"Kalau begitu aku pamit dulu," Ima menatap.

"Ah, biar Argani mengantarkan mu," Ibu Argani menatap dan mendorong Argani yang terkejut.

Kemudian Ima tersenyum dan berjalan duluan dan Argani mengikutinya.

Ketika mereka keluar dari dalam, Ima berhenti berjalan dan menatap ke Argani. "Terima kasih, tak perlu mengantarku, karena halte bis ada di sana,"

"Hei, aku akan mengantarmu, masuk ke dalam mobil," Argani menunjukan mobil di samping.

"Maaf, aku tak mau merepotkan, jadi, sampai jumpa," Ima langsung berjalan pergi tapi Argani memanggil.

"Hei... Ima..."

Membuat Ima berhenti berjalan dan menoleh padanya perlahan.

"Aku mohon, pikirkan dua kali… Aku akan menunggu jawaban mu," tatapnya, Ima yang terdiam hanya bisa membisu kemudian kembali berjalan pergi membuat Argani yang terdiam.

Tapi ia kemudian kembali ke dalam dan melihat ibu nya yang memasang wajah sedih. "Ibu... Jika ibu ingin dia, aku bisa meyakinkan nya."

"Terserah saja, ibu tetap suka pada gadis itu, ibu ingin dia jadi menantu ku, jika kau bisa, yakinkan saja dia," balas Ibunya membuat Argani terdiam. Sebagai seorang putra, pastinya dia menginginkan yang terbaik untuk ibu nya juga.

Sementara itu Ima berjalan buru-buru ke halte bus. Ia terengah engah dan menghela napas panjang. "Ha.... Akhirnya... Aku tidak terlambat," ia melihat bus kepulangan nya masih ada di sana.

Lalu ia segera berlari masuk dan duduk di bangku seperti biasanya menunggu bis itu berhenti di halte berikutnya untuk menaikkan Regis masuk.

"Aku tidak sabar bertemu Mas Regis, aku ingin belajar bahasa isyarat lagi hehe," Ima senang, tapi saat itu juga ia menguap dan mulai lelah.

"Hoam.... Aku benar-benar lelah, tentunya membersihkan tempat sebesar itu sangat melelahkan," gumam nya. Ia bahkan sampai hampir tidur.

Di bus kepulangan itu, Ima ter angguk angguk kelelahan di kursi seperti biasanya. Lalu bis berhenti dan menaikan Regis. Regis terdiam melihat Ima sebelum dia sendiri duduk. Lalu dia duduk di samping Ima dan saat itulah juga kepala Ima jatuh di pundak Regis.

Regis terdiam, ia menoleh ke Ima, lalu mengeluarkan sesuatu dari sakunya secara perlahan.

Rupanya kaca kecil, ia mengarahkan nya ke wajah Ima dan melihat Ima tidur melalui kaca itu. Benar-benar imut ketika dia benar benar-terlelap tidur.

Regis lalu menyimpan kaca nya kembali dan membiarkan Ima tidur di pundak nya. Tapi ia menoleh ke jendela dan melihat halte bis nya yang biasanya ia turun telah lewat, ia juga tidak bisa turun karena tak mau membangunkan Ima. Hingga akhirnya dia benar-benar tidak turun di halte bis nya.

Saat di halte berikutnya, Regis menjadi bingung karena dia tak tahu pemberhentian Ima. Jadi ia turun saja dengan menggendong Ima di dada turun dari bis. Semua orang di bus bahkan melihat nya bahkan ada yang berpikir sesuatu.

"Wah, so sweet banget, menggendong nya dengan lembut..." begitulah sekiranya pikiran mereka. Semua orang di bus melihatnya termasuk si supir.

"Hei kawan," dia memanggil membuat Regis menoleh ke dalam setelah turun.

"Kau mau menghantar gadis itu kah?" tanya si supir lalu Regis sedikit mengangguk.

"Oh baguslah... Karena dia sering turun di sini, semoga berhasil," kata si supir lalu pergi meninggalkan mereka.

Regis menatap ke Ima yang tidur terlelap, ia menggendong Ima di dada sehingga ia juga bisa melihat wajah Ima juga. Ia terdiam sebentar melihat wajah Ima.

Dia benar-benar tidak memiliki suara dan hanya sebatas masker menutupi sebagian wajah nya. Lalu berjalan meneruskan mencari rumah Ima.

Sekarang Regis melihat rumah sederhana di depannya. Ia sudah bisa menebak itu rumah Ima lalu mendekat.

Di dalam, ibu sudah menyiapkan makanan lalu ia mendengar pintu terketuk seseorang.

"Apa itu Ima... Baiklah sebentar," dia membuka pintu lalu terkejut melihat Regis yang menggendong Ima di dada.

"Apa yang terjadi?!" dia terlihat panik.

Regis bingung harus apa, ia menunjuk Ima dengan matanya lalu ibu Ima melihat putrinya yang tertidur pulas di dada Regis.

"Oh... Lewat sini," Ibu Ima menunjukan kamar Ima lalu Regis masuk dan meletakkan Ima di ranjang dengan hati-hati, ia terdiam ketika melihat kamar Ima yang manis dan rapi.

Kebetulan ibu Ima tidak masuk ke kamar, Regis bisa sedikit melihat lihat di sana dan matanya terbuka lebar karena melihat kaca mata hitam di meja belajar Ima. Kaca mata itu punya siapa lagi jika bukan punya Regis sendiri.

Ia menatap kembali Ima yang tertidur pulas, matanya juga membuka lebar melihat Ima benar-benar manis ketika tidur sangat lelap di ranjang begitu.

Lalu kembali menoleh ke kacamata itu, ia akan mengambilnya tapi entah mengapa tangan nya berhenti dan tak jadi mengambil kaca mata itu lalu memilih berjalan keluar dan ibu Ima sudah ada di dapur.

Ia melewati ibu Ima, tapi ibu Ima menoleh dan terkejut Regis sudah keluar dari kamar Ima.

"Tunggu, kau mau pergi?" dia menahan tangannya lalu Regis mengangguk sedikit.

"Bisakah aku mengobrol padamu?"

\=Aku tak bisa bicara\= Regis menggerakkan isyarat tangannya. Tapi ibu Ima sama sekali tidak mengerti.

"Apa mulutmu terluka atau apa?"

Hal itu membuat Regis terdiam dan menghela napas, ia menggeleng dan membungkukkan badan kemudian berjalan pergi begitu saja membuat ibu Ima bingung.

"Apa yang terjadi? Sebenarnya siapa dia, dia berani mengantar Ima pulang, dia juga tidak menyentuh lebih dari apapun, dia hanya mengantar pulang Ima... Tapi kenapa dia tidak sopan sekali tidak bicara apapun, apa tubuh besar nya itu membuat nya sombong..." Ibu Ima terdiam, ia lalu menggeleng dan kembali menutup pintu.

Ia kembali masuk ke kamar Ima, melihat tubuh Ima. "Ini harus di pastikan, apakah pria tadi menyentuh Ima," sepertinya dia khawatir Regis tadi memperlakukan Ima tidak baik. Tapi setelah di cek di bagian tertentu tubuh Ima yang masih tertidur. Ibu Ima berpikir lain. "Apa aku salah, pria itu hanya sekedar mengantar Ima?"

Hari berikutnya Ima terbangun dengan nyaman. Ia melihat sekitar dan ingat sesuatu yang membuatnya terkejut dan langsung duduk. "Kenapa aku disini.... Dimana aku terakhir kali."

Lalu pintu kamarnya terbuka dari ibunya. "Oh, kau sudah bangun, sarapan sudah siap cepat turun."

"A... Ibu... Kenapa aku bisa ada disini?"

"Oh... Seorang pria membawamu kemari dia sangat aneh, apa kenalan mu?"

"Hah?! Siapa?! Bagaimana ciri-cirinya?"

"Tubuhnya seperti pria dewasa dan dia tidak mau bicara dan menutup mulut nya itu menggunakan maskernya."

"Regis..."

"Siapa?" Ibunya menatap bingung.

"Ah, tidak... Dia hanya kenalan halte ku, aku harus berterima kasih padanya saat bertemu dengannya nanti," Ima berjalan keluar dari ranjang.

"Ngomong-ngomong dia kelihatan tampan meskipun wajahnya tertutup masker, tubuhnya juga sepertinya idaman wanita yang suka pria kekar sepertinya, kau tidak mau jadi pacarnya?" lirik ibunya seketika Ima terkejut.

"Ibu... Apa yang Ibu pikirkan?!!!"

"Tak apa sayang, dia pria yang terlihat sangat misterius dan baik. Mungkin dia bisa bersikap dewasa dan mengajar kan mu apa itu dewasa," kata ibunya tapi Ima terdiam sebentar berpikir akan sesuatu yang membuat nya teringat. Lalu kembali melihat ibunya.

"Ibu.... Engkau lah yang mengajar kan ku apa itu dewasa selama ini, kau mengajarkan ku untuk tetap menjaga harga diriku sebagai seorang wanita, kau benar. Menjadi tertutup itu adalah rahasia, dan semua orang ingin tahu rahasia, itu sebab nya mereka tertarik pada ku dengan cara yang unik. Aku tidak bisa mengakui jika ada orang yang bisa menyaingi kasih sayang ibu," kata Ima yang mendekat.

"Ima... Kau benar-benar gadis yang baik, ibu harap kau bisa dan sudah mengerti soal apa yang ibu ajarkan, tapi tak apa sayang, jika kau mencintai seorang lelaki maupun pria manapun. Pilihlah sesuka mu tapi jika kau harus di beri pilihan, pilihlah yang menurutmu paling membutuhkan mu dan paling yang di butuhkan oleh mu," tatap ibunya.

"Jadi ibu akhirnya melepaskan ku untuk mendekati seorang pria?"

"Tentu, karena kau sudah besar, sebentar lagi umurmu 20 tahun, tapi ingat. Kau boleh pacaran, saat kau bertunangan nantinya, ibu akan merestui itu. Bawa pria yang kau suka di hadapan ibu maka ibu akan menentukan segala nya yang terbaik untuk mu."

"Terima kasih ibu," Ima menjadi memeluk ibunya dengan penuh kasih sayang. Benar-benar keluarga yang sangat manis.

"Kasih sayang ibu memang tiada duanya, meskipun hanya merasakan kasih sayang dari satu orang tua saja."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!