Walaupun identitasnya adalah seorang Tuan Muda dari keluarga Dong yang terkenal di dunia kultivator, tapi Fangxuan menjalani kehidupan yang begitu sulit karena tidak memiliki jiwa martial seperti murid sekte yang lainnya.
Hidupnya terlunta-lunta seperti pengemis jalanan. Fangxuan juga sering dihina, diremehkan, bahkan dianggap sampah oleh keluarganya sendiri.
Mereka malu memiliki penerus yang tidak mempunyai bakat apapun. Padahal, keluarganya adalah keluarga terhebat nomor satu di kota Donghae.
Karena malu terhadap gunjingan orang, tetua sekte Tombak Api mengutus seorang guru untuk melenyapkan nyawa Fangxuan dengan cara membuangnya ke lembah Kematian Jianmeng.
Namun, nasib baik masih berpihak padanya. Fangxuan diselamatkan oleh seorang Petapa tua. Bukan hanya itu, Petapa tua tersebut juga mengangkatnya sebagai murid satu-satunya dan mewariskan seluruh ilmu kanuragan yang dimilikinya.
"Aku akan membalas mereka semua yang selama ini menindas ku. Tunggulah ajal kalian!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lienmachan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6
Bab 6~Berlatih
Di dalam goa, Fangxuan terus melatih kekuatan tubuhnya. Ia ingin membangkitkan jiwa martial yang katanya tersegel dalam tubuh.
Garis Meridian yang terputus ketika mendapat serangan dari guru Jin, kini telah disambung kembali oleh kakek Yaoshan, guru Fangxuan saat ini.
Dengan berbekal rasa sakit hati, Fangxuan harus bisa membangkitkan jiwa martial dan meningkatkan kultivasinya ke level lebih tinggi. Bahkan jika bisa ia ingin melebihi para senior di sekte Tombak Api, tempatnya dulu menimba ilmu.
Fangxuan sadar kini, kenapa dulu para tetua tak memberinya pelajaran atau pelatihan, sebab mereka memang benar-benar tak menginginkannya.
Ia harus balas dendam atas semua yang dilakukan para tetua juga murid-murid satu perguruan dengannya dulu. Terutama kepada orang yang telah menyuruh guru Jin untuk menyingkirkan dan melenyapkannya.
Namun, bayangan kenangan indah bersama Liu Xiyue membuatnya tidak berdaya. Ibunya itu selalu memanjakan Fangxuan walaupun sang ayah, Dong Fanglei selalu bersikap kasar padanya.
Entah mengapa sedari dulu sikap ayahnya selalu begitu padanya, sering membeda-bedakan Fangxuan dengan kedua kakaknya, Dong Fangcai dan Dong Fanghui.
Fangcai adalah salah satu gadis berbakat di kota Donghae. Dia menjadi pendekar wanita hebat di usianya yang masih terbilang muda, memiliki kekuatan tubuh tingkat bumi dengan jiwa martial level lima. Sekarang kekuatan Fangcai sudah naik menjadi level spirit bumi dengan monster spirit ular piton.
Fanghui juga tak jauh berbeda dengan kakaknya, Fangcai. Jiwa martial pemuda tersebut sudah naik ke level empat di usia ke enam belas ini.
Sedangkan Fangxuan, apa yang bisa dibanggakan darinya? Pemuda yang tidak memiliki kekuatan tubuh juga jiwa martial, bisa disebut sebagai pecundang payah.
Tentunya hal itu membuat seluruh tetua keluarga Dong sangat malu. Mereka membanggakan putra-putrinya yang memiliki kekuatan hebat, dan menghina Fangxuan secara terang-terangan.
Bahkan, para tetua itu juga diyakini Fangxuan sebagai dalang di balik pengusirannya dari sekte.
Tapi, siapa tetua yang tega melakukan hal keji itu padanya? Itulah yang harus Fangxuan selidiki mulai sekarang.
Bagaimana kalau tetua pertama?
"Ah, tidak ... tidak! Tetua pertama sangat baik padaku." tampik Fangxuan.
Jika itu perbuatan tetua ke dua?
"Tidak mungkin! Tetua ke dua selalu bepergian, tidak berada di perguruan setiap hari bahkan setiap bulan." Fangxuan menampik lagi.
Lalu, bagaimana jika ayahnya yang menyuruh guru Jin?
Dong Fangxuan terdiam sehingga pusaran angin yang berhembus karena tenaga dalamnya kini melambat. Bahkan, pusaran angin tersebut perlahan hilang dari pandangannya.
Ayahnya memang sangat membenci Fangxuan, tapi pria itu tidak mungkin melakukannya sebab ia adalah putranya, tampik Fangxuan yakin.
•
•
Blar ... Blaaaarrr
Batu-batu besar itu pecah menjadi beberapa bagian akibat ulah Fangxuan. walaupun tidak menjadi serpihan kecil, tapi itu cukup membuatnya senang. Pemuda itu kembali mengayun tangannya ke udara sehingga menimbulkan kilatan berwarna biru muda.
Tangan yang diselimuti cahaya biru muda itu diayun seiring tubuh melayang di udara lalu dihempaskan kuat ke arah batu besar lain yang teronggok tak jauh dari posisinya saat ini.
"Hiyaaattt!"
Duaaaarrrr
Kembali batu besar itu terbagi menjadi beberapa bagian dan berserakan di tanah karena terkena kibasan tangan Fangxuan.
Kakinya mendarat di tanah seiring napas yang memburu. "Hah ... hah, kekuatanku baru meningkat satu tahap. Ini belum cukup untuk mengalahkan mereka." desisnya kemudian.
Kakek Yaoshan muncul sambil bertepuk tangan. "Hebat, Nak. Kau sudah naik menjadi level empat. Haish, aku tidak menyangka jika kekuatanmu akan meningkat pesat bahkan sangat cepat dari dugaan." puji kakek kemudian.
Fangxuan menunduk sambil mengepalkan kedua tangan di depan dada. "Guru. Kapan Anda datang? Aku bahkan tidak mendengar langkah kakimu," ujarnya.
"Sejak pertama kali kau mencoba jurus tapak bayang, aku sudah berada di sini."
"Haish, Guru curang. Kenapa Anda tidak bilang-bilang?!" keluh Fangxuan.
Kakek Yaoshan memukul kepala Fangxuan sebelum berkata. "Aku sengaja melakukannya karena ingin melihat kesungguhan dirimu, bodoh. Jika aku datang secara terang-terangan, kau pasti tak kan bersungguh-sungguh melakukannya!" tudingnya sengaja.
"Aduh ... aduh, Guru. Mana mungkin aku melakukan itu. Aku benar-benar berlatih dengan sungguh-sungguh, kok. Buktinya kekuatanku sudah naik," elaknya sembari nyengir.
"Huh, dasar sombong." cibir kakek tapi tertawa. "Baiklah, karena kekuatanmu sudah naik, aku akan memberimu sesuatu."
Sebuah botol berisi lima butir pil khusus penerobos level pengumpulan jiwa martial diserahkan ke tangan Fangxuan.
Kening pemuda itu mengkerut menatap botol kecil di tangannya. "Apa ini, Guru?"
"Itu adalah pil khusus yang aku buat untukmu. Di dalamnya ada lima butir pil dan masing-masing bisa digunakan untuk menerobos tingkat kesulitan. Bukalah!"
Ketika dibuka, aroma khas obat herbal tercium menyeruak. Fangxuan bisa mencium bahan langka di dalam kandungan pil tersebut.
"Bukankah ini aroma bunga mawar es? Apa Guru menambahkan herbal tersebut ke dalamnya?!"
Kakek Yaoshan terkejut karena Fangxuan bisa menebak herbal langka yang terkandung di dalam pil buatannya. "Bagaimana kau tahu itu adalah bunga mawar es?!"
Dulu ketika di kediamannya, Fangxuan sering membantu Liu Xiyue untuk membuat obat-obatan dari bahan langka dan salah satunya adalah bunga mawar es yang tumbuh di pegunungan salju.
Bunga mawar es tumbuh sepuluh tahun sekali dan barang tersebut menjadi incaran seluruh kultivator hebat untuk dijadikan bahan utama pembuatan pil khusus. Maka dari itu, banyak orang berbondong-bondong mencari bahkan membunuh siapapun yang memiliki barang langka tersebut.
Selain khasiatnya, tangkai bunga mawar es juga bisa dibuat sebagai senjata mematikan.
"Apa ibumu seorang Alkemis?!"
"Ya, Beliau seorang Alkemis. Tapi, aku tidak tahu kampung halamannya sebab Ayah selalu marah jika ada yang menyinggung tempat kelahiran Ibu."
Kini dahi kakek Yaoshan mengkerut mendengar cerita Fangxuan tentang ibunya. Setahunya, orang yang bisa mengolah herbal langka seperti bunga mawar es adalah keturunan dari wilayah selatan.
Dan juga, tidak sembarang Alkemis yang bisa meracik bahan-bahan langka yang beracun menjadi obat-obatan bermanfaat.
"Apakah ibunya Fangxuan adalah dia?!" gumam kakek Yaoshan dalam hati.
"Oh iya Guru, apa aku boleh ke luar goa? Sepertinya aku sudah terlalu lama tinggal di sini. Aku ingin berjalan-jalan untuk menghirup udara segar di sekitaran," Suara Fangxuan membuyarkan lamunan kakek Yaoshan.
Kakek tua itu menoleh sinis. "Heh, bilang saja kau ingin kabur dariku!" tudingnya.
"Tidak. Siapa bilang aku ingin kabur? Aku sungguh ingin menghirup udara segar sebentar saja. Boleh 'kan, Guru!" bujuknya sembari menggoyangkan lengan kakek.
Mau tak mau kakek pun mengalah. Memang sudah seharusnya Fangxuan ke luar dari goa dan menghirup udara segar agar pikirannya kembali normal.
Dengan begitu, ia pun bisa fokus kembali untuk berlatih dan menerobos tingkat selanjutnya.
"Baiklah, tapi kau jangan pergi terlalu lama. Ingat untuk kembali sebelum senja!" peringat kakek Yaoshan.
Mata Fangxuan berbinar. "Baik, Guru!"
...Bersambung .......
Lanjutkan 👍👍👍