Dua pasangan sedang duduk di ruang tamu, dihadapan mereka terdapat handphone dan foto yang menjadi saksi dari linunya hati seorang istri.
"Kamu tega mas, kita udah hampir 15 tahun bersama dari sekolah sampai sekarang, apa aku sama sekali tidak ada artinya untuk kamu mas?." Kata Rani sambil terus menangis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siwriterrajin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
"Ya Tuhan Rani." Teriak Kasih kemudian segera memeluk tubuh putrinya.
"Sayang." Teriak Aditya melihat Rani terkapar lemas di lanta. Aditya bergegas bergegas mendekat ke arah Rani.
"Ran." Kata Daniel mencoba membangunkan Rani.
"Dit, Bu. Kalian urus pemakaman Vania, biar aku bawa Rani ke ruang rawat." Kata Daniel memberi saran.
"Enggak gue mau urus Rani dulu." Kata Aditya berfikir buruk kepada Daniel.
"Dit, tolong dengerin gue kali ini aja. Kasihan Vania dit." Kata Daniel.
"Iya bener kata Daniel nak Ditya." Kata kasih sambil menyeka air matanya.
Aditya kemudian melihat ke arah jasad putrinya, dirinya menyadari bahwa jasad putrinya hari segera dimakamkan. Aditya kemudian segera bangkit dari duduknya.
"Aku percayakan Rani ke kamu El, tolong jaga Rani selama aku nggak ada." Kata Aditya dan dibalas anggukan oleh Daniel.
"Ayo Bu kita urus pemakaman Vania." Kata Aditya membantu kasih untuk bangun dari duduknya.
Sementara Aditya dan Kasih bergegas menyiapkan pemakaman Vania. Daniel mulai menggendong tubuh Rani yang terkulai lemas ke ruang perawatan.
Daniel berlari menyusuri lorong sambil menggendong tuh kecil Rani.
"Suster tolong, dia pingsan." Kata Aditya ketika berpapasan dengan suster.
"Baik pak, silahkan masuk ke ruangan itu." Kata Suster menunjuk ke salah satu ruang perawatan.
Daniel bergegas memasuki ruangan tersebut, tampak dokter sedang sibuk berlalu lalang menangani pasien. Daniel kemudian membaringkan tubuh Rani di salah satu ranjang kosong.
Salah satu dokter yang menyadari keberadaan Rani segera mendekat.
"Istrinya kenapa pak?." Kata dokter sambil mencoba memeriksa keadaan Rani.
"Dok tolong priksa teman saya, dia pingsan." Kata Daniel dengan suara yang bergetar akibat pikirannya yang sangat kalut.
Setelah beberapa menit memeriksa keadaan Rani dokter akhirnya angkat bicara.
"Istirahat bapak ini syok pak."
"Saya akan berikan infus, biarkan istri bapak istirahat terlebih dahulu." Kata dokter lalu dibalas anggukan oleh Daniel.
Dokter sedang sibuk memasangkan infus untuk Rani sedangkan Daniel berada di samping Rani yang masih belum sadarkan diri.
"Ran kamu harus kuat, aku tahu kamu bisa." Kata Daniel sambil menggenggam tangan Rani.
...----------------...
Rani terbangun di ruangan kosong serba putih, Rani melihat ke kanan dan ke kiri hanya ada ruang hampa tanpa ada siapapun selain dia.
"Halo, apa ada orang?." Kata Rani agak berteriak.
Rani tak mendapat jawaban, lalu Rani mulai berjalan menyusuri ruangan putih tersebut. Semakin berjalan lurus Rani mulai melihat cahaya yang sangat terang di ujung ruangan sana.
Keluar seorang anak kecil dari cahaya tersebut.
"Bunda, ini Vania." Kata anak kecil tersebut.
"Vania putri ibu." Kata Rani lalu berlari memeluk tubuh Vania.
"Sayang, Vania kemana aja bunda sama ayah nyariin Vania dari kemarin." Kata Rani sambil memegang kedua bahu kecil putrinya.
"Bunda, Minggu doen kan ulang tahun Vania, Vania boleh minta sesuatu?." Kata Vania.
"Boleh, Vania mau apa nak?." Kata Rani sambil terduduk dengan dua lutut menjadi tumpuan.
"Vania minta bunda jangan sedih." Kata Vania dengan mulut kecilnya.
"Engga, kenapa bunda sedih, kalau ada Vania, Ayah sama Nenek Kasih, Bunda pasti bahagia nggak akan sedih-sedih." Kata Rani mengusap buliran hangat yang menetes dari matanya.
"Bunda ingat ya permintaan Vania, bunda jangan sedih, yang hidup harus terus melanjutkan hidup." Kata Vania.
"Kalau nanti suatu saat, ada yang jahat sama bunda, bilang ke Vania ya jangan diam aja bunda."
"Kalau gitu, Vania duluan bunda. Dadah." Kata Vania melambaikan tangan pada Rani seolah adalah tanda perpisahan.
Entah ada apa dengan Rani pada saat itu, Rani membalas lambaian tangan Vania, dan tidak mencegah Vania untuk pergi menjauh darinya.
Rani dengan nafas naik turun terbangun dari mimpinya.
"Ran kamu sudah bangun, kamu kenapa?." Kata Daniel khawatir dengan kondisi Rani, tubuhnya tampak sangat berkeringat.
Rani tidak menjawab pertanyaan Daniel, ia menangis sambil memukul dadanya yang terasa sesak.
"Ran jangan gini." Kata Daniel menghentikan Rani memukul dadanya.
"El, Vania El. Vania pergi ninggalin aku." Kata Rani sambil terus menangis. Daniel hanya dapat menenangkan Rani dengan mengelus tangannya yang sangat dingin.
"Ran kamu nggak bisa gini, aku tahu ini terlalu berat untuk kamu lewatin, aku tahu nggak segampang itu melepaskan orang yang kamu sayang apalagi ini anak kamu. Tapi Ran, yang hidup harus terus melanjutkan hidup." Kata Daniel.
Perkataan Daniel mengingatkannya pada perkataan Vania di mimpinya.
Rani kembali menangis, Daniel tidak mencoba untuk menyuruh Rani untuk menghentikan tangisannya ,Biarkan Rani menangis dan meluapkan emosinya.
...----------------...
Sementara itu Kasih dan Aditya tampak sedang mengurus pemakaman Vania.
Mereka sedang menemui petugas rumah sakit yang sekaligus bersama petugas rumah duka. Aditya dan kasih di ajak ke sebuah ruangan.
"Silahkan duduk bapak ibumu" Kata petugas tersebut dan dibalas anggukan oleh Kasih dan Aditya.
Aditya yang sedari tadi menatap kosong tembok di depannya tak menyadari perkataan petugas.
"Dit duduk dulu." Kata Kasih pada menantunya.
Aditya sedari tadi hanya menatap kosong ke segala arah.
"Baik bapak, ibu. Silahkan memilih paket yang akan digunakan di rumah duka."
"Tergolong di dalam beberapa harga yang bisa bapak dan ibu lihat." Kata petugas rumah duka sambil menyerahkan sebuah buku bertuliskan harga tiap paket.
Kasih kemudian mengambil buku tersebut, mendekatkan buku tersebut pada dirinya dan Aditya.
"Nak Aditya, yang mana?." Kata Kasih pada Aditya yang duduk disampingnya.
Aditya yang merasa namanya di panggil, segera menghadapkan tubuhnya ke arah Kasih.
"Yang mana nak?." Kata Kasih sambil menyodorkan buku.
Aditya yang melihat buku di depannya memandang kosong buku tersebut sedetik kemudian Aditya tampak kembali menangis.
Kasih hanya dapat menepuk punggung Aditya menangkan menantunya itu.
...----------------...
Setelah sekitar 3 jam, aula duka tampak sudah siap.
Rani datang ke aula duka didampingi oleh Daniel.
Rani menyusuri koridor ruang duka, di tiap ruangannya terdengar tangisan seorang yang menyayangkan kepergian orang tersayang mereka.
Daniel tampak membiarkan Rani berjalan sendiri dia hanya mengawasi dibelakang tubuh Rani.
Setelah berjalan beberapa menit, Rani akhirnya sampai di salah satu ruangan yang berada di ujung.
Siapa yang menyangka setelah mengurus pemakaman ayahnya selanjutnya dia akan mengurus pemakaman putrinya.
Didepan pintu sebul masuk ke ruang duka terdapat layar yang menuliskan nama almarhum.
'Calista Vania Pangestu'
Sesaat setelah membaca nama tersebut Rani kembali terduduk di lantai dan Daniel segera mendekat, tapi kali ini Rani sudah tak menangis, air matanya tampak sudah terkuras habis.
"Ran, ayo, kamu nggak boleh gini. Kasihan Vania Ran." Kata Daniel sambil mencoba memapah tubuh Rani.
Keduanya masuk ke ruang duka, lalu Daniel mendudukkan Rani di salah satu ruang tunggu keluarga.
"Ran kamu tunggu sebentar di sini, biar aku minta baju buat kamu." Kata Daniel tetapi tak dijawab oleh Rani. Rani hanya menatap kosong ke arah tembok di depannya.
Daniel kemudian bangun dari duduknya dan segera keluar dari ruangan, sedetik sebelumnya Daniel tampak kembali melihat ke arah Rani sebelum keluar.
"Ran banyak yang dukung kamu, termasuk aku!." Batin Daniel.
Daniel mendatangi petugas yang mempersiapkan pemakaman Vania.
"Permisi mba, mau minta pakaian keluarga yang berduka." Kata Daniel.
"Baik pak, untuk atas nama almarhum Calista Vania Pangestu di daftarkan dua orang keluarga ya pak, ini pakaiannya." Kata petugas tersebut menyerahkan dua pasang pakaian duka.
Daniel lalu bergegas kembali ke ruang tunggu.
"Ran." Kata Daniel terduduk di depan Rani.
"Pakai ini dulu ya, kamu harus menyapa tamu yang datang. Aku tunggu di luar." Kata Daniel menyerahkan pakaian Rani.
"El." Panggil Rani.
"Iya, Kamu butuh sesuatu?." Kata Daniel.
"Mas Aditya." Kata Rani.
"Iya aku panggilkan Aditya." Kata Daniel setelah itu keluar dari ruangan.
Terkadang dalam diri Daniel timbul kecemburuan, kenapa Rani hanya memandang ke arah Aditya, tapi Daniel juga merasa dirinya salah. Kenapa ia mengharapkan perhatian dari istri orang lain?
Rani yang merasa Daniel sudah keluar kemudian mencoba bangun dari duduknya dan mengunci pintu dari dalam
Rani mulai membuka bajunya dan menggantinya dengan pakaian duka. Sesaat setelah Rani berganti pakaian Rani kembali menangis mengingat Vania yang sudah tak hidup lagi.
"Ayah Rani harus gimana?."
"Apa Vania sudah sama ayah disana?." Kata Rani.
Ketika Rani sedang menangis sendiri di alam ruangan terdengar ketukan pintu dari luar.
"Siapa?." Kata Rani.
"Ini El Ran." Kata Daniel dari luar.
Rani bergegas membuka pintu sambil mengusap air matanya.
"Ran ada paket buat kamu." Kata Daniel tampak ragu.
"Hah paket diakal begini?." Kata Rani.
"Maaf Ran, kurirnya maksa harus kamu yang terima." Kata Daniel.
Rani bergegas menerima paket tersebut dan membawa masuk.
"El ini kok nggak ada nama pengirimnya?." Kata Rani.
"Buka aja dulu Ran." kata Daniel memberikan sebuah gunting pada Rani.
Rani yang merasa aneh dengan paket tersebut segera membuka paket tersebut.
Sedetik setelah membuka paket tersebut Rani berteriak sekencang-kencangnya, betapa terkejutnya Rani di dalam paket tersebut terdapat foto Vania yang menangis dengan kondisi tubuh sudah lebam.
Daniel yang melihat foto tersebut langsung berfikir bahwa ini adalah pesan ancaman dan bergegas hendak mengangkat pelakunya.
"Sony, kejar kurirnya!." Kata Daniel sambil berlari keluar dari aula pemakaman.
Rani masih berusaha menguatkan diri menatap foto putrinya yang tampak kesakitan dan Rani menemukan sebuah note.
'Rani kamu penyebabnya, Vania mati karena kamu. Aku sudah peringatkan kamu kan untuk menyerah dengan Aditya?' Kata pesan tersebut.
Bersambung,,,
jangan lama-lama Up nya...biar gak lupa jalan ceritanya 😁🙏🙏🙏
jangan lama-lama Up nya... nanti lupa jalan ceritanya 😁🙏🙏🙏🙏
lanjjjjuuuuttttttt lagiiii donggg 💪💪🙏🙏