Sherin mempunyai perasaan lebih pada Abimanyu, pria yang di kenalnya sejak masuk kuliah.
Sherin tak pantang menyerah meski Abi sama sekali tidak pernah menganggap Sherin sebagai wanita yang spesial di dalam hidupnya.
Hingga suatu ketika, perjuangan Sherin itu harus terhenti ketika Abi ternyata mencintai sahabat Sherin sendiri, yaitu Ana.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah beberapa tahun berlalu, Abi datang lagi dalam kehidupannya sebagai salah satu kreditor di perusahaan Sherin sedangkan Sherin sendiri sudah mempunyai pria lain di hatinya??
Apa masih ada rasa yang tertinggal di hati Sherin untuk Abi??
"Apa sudah tidak ada lagi rasa cinta yang tertinggal di hati mu untuk ku??" Abimanyu...
"Tidak!! Yang ada hanya rasa penyesalan karena pernah mencintaimu" Sherina Mahesa....
Lalu, bagaimana jika Abi baru menyadari perasaanya pada Sherin ketika Sherin bukan lagi wanita yang selalu menatapnya dengan penuh cinta??
Apa Abi akan mendapatkan cinta Sherin lagi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak pantas di sebut pasangan
Malam ini keluarga besar Anggara Mahesa dan Omar Caroll akhirnya bertemu untuk membahas acara pertunangan anak-anak mereka.
Bersatunya dua kerajaan bisnis itu tentunya membuat kedua keluarga tampak sangat bahagia. Bukan hanya hubungan kekeluargaan mereka saja yang akan semakin dekat. Tetapi juga bergabungnya dua perusahaan tentunya akan membuat bisnis mereka semakin berkembang luas.
Bagi pengusaha seperti mereka, pernikahan atas dasar bisnis tentunya sudah sangat biasa. Mereka juga sering kali memilihkan jodoh yang terbaik untuk anak-anak mereka.
Beruntung Sherin dan juga Zain sama-sama menerima satu sama lain. Bisa saling mencintai walau awalnya mereka di jodohkan. Jika tidak, maka hidup Sherin akan berakhir seperti Kakaknya yang sampai saat ini belum bisa menerima kehadiran istrinya.
Kakaknya masih bertahan dalam pernikahan itu karena mempertahankan perusahaannya yang bisa saja hancur jika pernikahan mereka berakhir.
Itulah salah satu sebab kenapa Sherin memilih mendirikan perusahaannya secara mandiri, karena dia tidak mau jika suatu hari ada masalah, tidak akan ada yang akan mengusik usahanya itu. Tapi dia selalu berdoa agar hal-hal buruk tidak terjadi kepadanya.
"Jadi kita sepakat kalau pertunangan mereka kita adakan dua minggu lagi Pak Omar??" Anggara memperlihatkan wajahnya yang secerah masa depan itu di depan calon besannya.
"Lebih cepat memang lebih baik Pak Anggara. Saya sebenarnya malah ingin mereka cepat menikah saja. Tapi, kalau mereka ingin tunangan dulu juga tidak papa. Kita beri waktu mereka untuk pacaran dulu. Karena mereka pasti tau kalau mereka sudah menikah, kita akan mendesaknya untuk cepat memiliki anak"
"Hahaha.. Benar sekali Pak Omar. Saya juga sudah ingin rindu untuk memiliki cucu. Padahal Ramon sudah tiga tahun menikah tapi dia tidak kunjung punya anak. Dia seharusnya menjadi harapan satu-satunya saya untuk meneruskan keturunan keluarga Anggara. Tapi entah apa saja yang mereka lakukan sampai tidak kunjung punya anak" Anggara melirik Ramon dan juga Sena yang tampak terdiam karena sindirannya itu.
Sepasang suami istri yang masih terlihat canggung walau sudah tiga tahun menikah itu terlihat tidak peduli sama sekali dengan ucapan Anggara. Bagi mereka, sindiran seperti itu sudah seperti makanan sehari-hari.
"Kita berdua memang ingin secepatnya menikah Om, tapi kita juga tidak ingin buru-buru karena kita ingin mempersiapkan pernikahan kita dengan detail sesuai dengan impian Sherin" Zain turut berbicara.
"Kami ikut baiknya kalian bagaimana. Yang penting nantinya kalian bisa bahagia menjalani pernikahan kalian" Pamela yang duduk di samping Sherin ikut menimpali. Dia sebenarnya yang paling antusias dalam perjodohan keduanya itu.
"Benar Jeng, saya juga mendukung Zain untuk mempersiapkan pernikahannya sesempurna mungkin. Karena Jeng tau sendiri kalau kolega kita banyak sekali, jadi kita harus siapkan yang terbaik untuk menjamu mereka" Rose juga ikut menyetujui rencana mereka.
Nyonya-nyonya sosialita seperti Pamela dan Rose tentu saja tidak ingin acara sebesar itu di adakan biasa-biasa saja. Mau di taruh mana muka mereka yang selalu menjunjung tinggi harta dan kekuasaan mereka.
"Kalau kamu gimana Sherin??" Pamela ingin mendengar jawaban dari putri bungsunya.
"Sherin setuju apa kata Zain Ma. Kita nggak mau buru-buru. Semuanya bisa di rencanakan dengan matang dulu"
Pertemuan kedua keluarga itu pun telah usai. Keluarga Caroll juga telah kembali dari kediaman Mahesa. Begitupun dengan sepasang suami istri yang tak cocok di sebut pasangan itu.
Mereka telah kembali ke rumah besar yang hanya di huni oleh kedua orang itu. Namun suasana mencekam terasa di antara mereka sejak pertemuan keluarga tadi. Lebih tepatnya aura yang di pancarkan dari si pria yang terus diam dengan sikap dinginnya yang menakutkan.
Brak...
Sena sampai memejamkan matanya karena suaminya menutup pintu rumahnya dengan begitu keras.
Sena tau jelas apa yang menyebabkan suaminya seperti itu. Tidak lain tidak bukan karena pembahasan soal anak oleh Papa mertuanya tadi.
"Mas, mau aku buatkan teh??" Sena pikir, mencemari teh hangat bisa meredakan amarah suaminya itu.
"Tidak perlu" Jawab Ramon ketus.
Sena menghampiri suaminya, membantu pria itu untuk melepaskan jasnya. Pakaian yang menurut Sena membuat suaminya itu berkali-kali lipat lebih tampan jika memakainya.
"Aku tau kalau kamu marah karena ucapan Papa tadi. Tidak usah di pikirkan, bukannya kita sudah sering mendengarnya??" Sena berusaha selembut mungkin agar tidak semakin menyulut kemarahan Ramon.
"Akkhhhh...." Sena memekik karena tiba-tiba Ramon mencengkeram dagu Sena dengan kuat.
"Apa kau bilang tadi?? Jangan pikirkan?? Kau tau, kau adalah sebab dimana Papa terus mengungkit soal cucu!! Kau penyebab dimana aku tidak bisa menikahi Naima sampai aku tidak bisa mewujudkan impianku untuk mempunyai anak dengannya!! Kau penyebab semua ini terjadi!! Kau yang menghancurkan hidupku!!"
Brukk...
Ramon mendorong Sena dengan kuat hingga wanita itu terjatuh ke lantai. Air mata yang sudah membasahi pipi Sena adalah hal yang sudah biasa selama tiga tahun pernikahan mereka. Ketulusan Sena selama ini ternyata belum juga menyentuh hati Ramon.
"Kalau begitu, kenapa tidak kamu ceraikan aku saja Mas?? Kamu tau sendiri kalau kita menikah karena di dijodohkan dimana situasi tidak mengijinkan kita untuk menolak. Tapi kenapa aku yang selalu kamu salahkan??"
Ramon membuang wajahnya, tak mau melihat mata Sena yang penuh air mata itu.
"Sudah berkali-kali aku katakan, kalau kamu takut perusahaan kamu hancur. Aku yang akan bilang ke orang tau kita. Aku juga akan menyerahkan semua saham yang aku punya untuk kamu, asal lepaskan aku. Untuk apa kamu mempertahankan pernikahan kita kalau hanya untuk menyakitiku??"
"Seharusnya kamu senang karena setelah kita bercerai, kamu bisa menikahi kekasih kamu itu. Tapi kenapa kamu membuat semuanya jadi rumit Mas??" Sena mencengkeram baju di bagian dadanya. Tak kuat menahan sesak di dalam sana. Waktu tiga tahun bersama Ramon tentu saja membuat Sena jatuh hati pada suaminya sendiri. Tapi pria itu terus saja membencinya karena dia menganggap Sena adalah penyebab impiannya bersama Naima hancur.
"Tidak semudah itu aku menceraikan penipu sepertimu!! Dasar j*lang tak tau diri!!"
Sena seakan ingin telinganya tuli saat ini juga. Dia tidak ingin mendengar Ramon ketika menghinanya seperti itu.
Semua sudah Sena lakukan untuk menjadi istri yang baik untuk Ramon. Melayaninya dengan baik dan penuh kasih sayang, namun ternyata satu kekurangannya membuat pria itu semakin membenci dirinya.
"Kalau aku memang j*lang, lalu apa bendanya aku sama kamu Mas. Hanya karena aku sudah tidak suci lagi, kamu selalu menuduhku seperti j*lang. Kamu tidak sudi menyentuhku karena kamu bukan yang pertama untukku. Lalu kamu apa?? Kamu bahkan sampai sekarang masih sering bercumbu dengan kekasihmu itu kan??"
Deg...
Ramon menatap tajam pada Sena. Dia tidak tau jika selama ini Sena tau apa yang dia lakukan di belakangnya.
Sebenarnya siapa yang tahan untuk tidak menyentuh istri seperti Sena. Cantik, tubuhnya yang mulus dan juga seksi, tentu saja membuat Ramon tergoda walau tidak mencintai Sena sama sekali.
Tapi saat pertama kali Ramon menyentuh Sena, di sanalah kebencian Ramon semakin bertambah. Malam di mana penyatuan mereka untuk yang pertama kalinya, Ramon mendapati Sena yang sudah tidak suci lagi.
Ramon yang sudah di puncak hasratnya langsung turun dari ranjang dan mengumpat Sena dengan berbagai kata menyakitkan. Saat itu menjadi pertama dan terakhir kalinya Ramon menyentuh Sena.
"Aku selalu menerima kamu Mas. Katakanlah aku wanita bodoh yang terus menanti kepulangan mu setelah kamu selesai bercinta dengan wanita lain. Kesalahan ku memang fatal karena tidak memberikan kesucian ku kepada suamiku, tapi tidakkah kamu merasakan ketulusan ku Mas?? Aku bahkan tidak peduli saat mencuci bajumu yang penuh noda lipstik. Aku tidak peduli kalau kamu pulang dengan wangi parfum wanita lain di tubuhmu. Asalkan kamu pulang, itu sudah membuatku senang. Tapi, pernahkah kamu melihat ku Mas??"
Ramon merasakan nyeri di ulu hatinya saat melihat tatapan nanar dari Sena yang masih bersimpuh di lantai.
"Akkhh....!! Ampun Mas" Sena meringis ketika Ramon tiba-tiba menariknya untuk berdiri kemudian menyeretnya masuk ke dalam kamar Ramon. Benar, selama ini mereka tidak pernah tidur satu kamar.
Brukkk..
Lagi-lagi Ramon mendorong Sena namun kali ini dia lebih beruntung karena mendarat di ranjang.
"Baiklah kalau begitu, ini kan yang kau mau?? Aku menyentuhmu?? Kalau begitu ayo berikan cucu untuk orang tua kita"
Memang ini yang Sena inginkan. Melayani Ramon selayaknya seorang istri, tapi bukan dengan kasar seperti itu. Apalagi Sena melihat senyuman mengerikan di wajah Ramon.
bukan mcm kmu bermuka dua🤭🤭