Aruna Azkiana Amabell perempuan berusia dua puluh lima tahun mengungkapkan perasaannya pada rekan kerjanya dan berakhir penolakan.
Arshaka Zaidan Pradipta berusian dua puluh enam tahun adalah rekan kerja yang menolak pernyataan cinta Aruna, tanpa di sangka Arshaka adalah calon penerus perusahaan yang menyamar menjadi karyawan divisi keuangan.
Naura Hanafi yang tak lain mama Arshaka jengah dengan putranya yang selalu membatalkan pertunangan. Naura melancarkan aksinya begitu tahu ada seorang perempuan bernama Aruna menyatakan cinta pada putra sulungnya. Tanpa Naura sangka Aruna adalah putri dari sahabat dekatnya yang sudah meninggal.
Bagaimana cara Naura membuat Arshaka bersedia menikah dengan Aruna?
Bagaimana pula Arshaka akan meredam amarah mamanya, saat tahu dia menurunkan menantu kesayangannya di jalan beberapa jam setelah akad & berakhir menghilang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5. Aku minta maaf
Jika Arshaka sedang frustasi dengan keinginan mamanya, lain halnya dengan Aruna yang mulai membereskan beberapa barang-barangnya.
Aruna mulai memasukkan barang-barangnya ke dalam kardus, dia hanya akan membawa hal-hal penting saja. Selebihnya akan di sumbangkan ke panti, lagi pula dia tidak mungkin membawa banyak barang.
Untuk sementara dia akan menginap di apartemen sahabatnya, karena Aruna belum mendapatkan tempat yang cocok untuk tempatnya tinggal nanti.
Aruna tersenyum getir saat memandangi punggung tangannya yang terlihat melepuh, rasa sakitnya tidak ada apa-apanya di banding luka yang dia rasakan saat vidio pernyataan cintanya diputar dan di saksikan banyak orang.
Mending kalau di terima, ini di tolak dan itu yang menjadi salah satu penyebab luka melepuh yang ada di tangannya saat ini.
Dia mengoleskan cream untuk meredakan nyeri dan juga mengobati melepuhnya, entah kenapa dia langsung memotret tangannya yang melepuh.
Aruna menggunakannya sebagai story dengan menambahkan caption. “Luka yang tidak seberapa dibandingkan luka yang menggores hati 💔❤️🩹, hapus dan lupakan semua yang sudah terjadi. Mari pergi untuk membebaskan diri,” tak lupa Aruna membubuhkan emot hati yang retak dan dengan perban.
Sepertinya Aruna lupa jika Arshaka menyimpan nomor teleponnya, karena mereka dulu pernah satu tim di divisi keuangan.
Arshaka membaca caption story Aruna. “Apa dia sengaja melakukannya? Apa dia ingin membuatku jadi merasa bersalah, dasar drama” umpatnya dalam hati.
“Aku pergi dulu,”
“Arka, lu mau kemana?” ucap Rega yang melihat sahabatnya pergi.
“Ada urusan penting, kalian lanjutkan saja” ucapnya tanpa melihat kebelakang.
Leo dan Dion hanya saling lirik, melihat sikap Arshaka yang tiba-tiba suasana hatinya berubah buruk. Mereka berpikir karena Davina dan Angga, padahal karena story yang di buat Aruna.
Arshaka melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia marah. Tapi dia sendiri bingung marah dengan siapa dan karena apa, suana hatinya sedang buruk saat mendengar Angga juga melamar Davina. Bertambah buruk lagi saat membaca story Aruna.
“Apa kamu sedang menyindirku? Nona Aruna,” Arshaka memberikan komentar pada story Aruna.
Aruna terkejut saat mendapati Arshaka mengiriminya pesan, baru pertama kali dia mendapatkan pesan secara pribadi dari Arshaka. Karena sebelumnya mereka hanya berkomunikasi lewat grup divisi keuangan.
“Sial. Ternyata dia menyimpan kontakku,” umpat Aruna.
“Apa ada kata saya menyebut nama tuan di sana? Mungkin perlu tuan cermati lagi,”
Aruna sangat kesal dan dia langsung memblokir kontak Arshaka, lagi pula dia juga tidak akan berhubungan ataupun bertemu dengan Arshaka lagi setelah dia keluar dari Pradipta Company.
“Anda memang tidak menyebut nama. Tapi captionmu tertera jelas untuk saya, nona”
Arshaka semakin murka saat pesannya hanya cek list satu yang ternyata nomor teleponnya di blokir Aruna.
“Sial. Gadis itu berani memblokir nomor atasannya? Lihat saja nanti, aku beri surat peringatan” geturu Arshaka.
*
*
*
Keesokan harinya sungguh sial pagi hari Aruna, dia harus kembali satu lift dengan Arshaka. Untungnya di sana tidak hanya mereka berdua, tapi ada karyawan lain, jadi tidak akan mungkin Arshaka melakukan sesuatu padanya.
Aruna merasakan tatapan dingin mengintimidasi dari sorot mata pria yang pernah atau mungkin masih dia kagumi itu.
Namun sesaat kemudian Aruna tidak perduli, dia memejamkan matanya sambil mendengarkan musik dengan earphone yang menempel di telinga yang tertutup hijab.
“Ting”
Seperti biasa Aruna langsung melesat lari keluar dari lift, Arshaka benar-benar kesal melihat itu. Tadinya dia ingin mencegah gadis itu keluar, nyatanya Aruna sudah mencuri start lebih dahulu.
“Danu, tolong reservasi makan malam di hotel A untuk divisi keuangan lusa. Aku akan pamitan pada mereka sebagai staff keuangan,”
“Baik tuan,”
Biar bagaimanapun Arshaka selama enam bulan ini bekerja bersama mereka, divisi keuangan menurutnya adalah salah satu aset perusahaan yang berharga. Ditangan aunty Imel, divisi keuangan benar-benar terkendali.
Arshaka tidak langsung keruangannya, dia mengunjungi divisi keuangan lebih dulu. Mengunjungi aunty Imel lebih tepatnya.
“Ceklek”
“Bruuk”
Arshaka jatuh menimpa Aruna, Aruna yang menarik pintu dari dalam karena dia hendak keluar dari ruang Imel. Dia tidak tahu kalau Arshaka hendak mendorong pintu dari luar karena dia akan masuk.
Cup
Bibir Arshaka menempel pada bibir Aruna, Imel yang ikut terkejut lantas mengabadikan moment tersebut.
Aruna mendorong tubuh Arshaka sambil terguling ke samping.
“Plak,” Aruna menampar Arshaka, meskipun tamparannya pelan tapi cukup membuat Arshaka mengaduh
“Dasar otak mesum. Bisa-bisanya mencuri kesempatan, mana ciuman pertamaku” gerutu Aruna dengan penuh marah.
Sementara itu Arshaka tersenyum smirk sambil memegangi pipinya, dia masih bisa mendengar dengan jelas perkataan Aruna. “Jadi ini ciuman pertamanya. Manis juga bibirnya,” batin Arshaka.
“Dasar gadis gesrek. Oh ya, anggap saja itu hukuman karena menyindirku. Kamu lupa aku ini atasanmu,” ucap Arshaka datar dengan penuh hawa dingin.
Sementara itu Aruna tak bisa menahan kesalnya, bisa-bisanya dia menyukai pria yang sedang adu debat dengannya saat ini. Itulah yang ada dalam pikiran Aruna sekarang.
“Plak” Aruna tanpa takut memukul kepala Arshaka, dia marah dan kesal. Lagi pula tidak lama lagi mereka sudah bukan atasan dan karyawan, jadi Aruna tidak takut kalaupun mendapat SP tidak akan berpengaruh.
“Berani sekali kamu memukul tuan Arshaka, nona?” Danu langsung sigap maju menegur Aruna, sebenarnya tujuannya menegur lebih dulu agar Aruna tidak mendapat amukan dari bosnya tersebut.
Imel hanya setia menjadi penonton, tak lupa dia merekam pertengkaran keponakan dengan karyawan kesayangannya itu.
“Apa yang harus ditakutkan? Kita sama-sama makan nasi Danu, kecuali tuanmu itu kanibal. Baru aku takut,”
Danu tak dapat berkata-kata. “Berani sekali anda nona,” batinnya.
“Apa kamu bilang? Aku apa tadi?” wajah Arshaka sudah sangat merah menahan amarah.
Aruna menghembuskan napasnya kasar. “Sudahlah tuan. Aku minta maaf, permisi” Aruna membungkukkan badannya pada Arshaka, setelah itu dia berlalu pergi.
Aruna tidak ingin menambah masalah dengan orang yang masih dia kagumi tersebut, dia ingin keluar dri perusahaan dengan meninggalkan kesan baik.
Sementara Arshaka dan Danu membatu mendengar ucapan Aruna barusan. “Dasar gadis aneh,” batinnya.
Dia kemudian masuk ke ruangan Imel. “Aunty kenapa senyum-senyum sendiri?”
“Hati-hati nanti bisa tergila-gila dengan Kia kamu, Ar”
“Aunty yang benar saja. Dengan dia? Jangan sampai deh,”
Imel tertawa mendengar ucapan keponakannya tersebut, dia belum tahu saja kalau mamanya sangat menyukai Aruna.
“Ada perlu apa kamu ke sini?”
“Aku ingin mengundang divisi keuangan untuk makan malam, aunty. Anggap saja sebagai salam perpisahan dan perkenalan dariku,”
“Berikan saja waktu dan lokasinya. Aku beritahu anak-anak nanti,”
“Besok jam tujuh malam di hotel X,”
Setelah selesai urusan dengan auntynya, Arshaka kembali ke ruangannya. Dia melewati meja yang pernah menjadi tempatnya selama enam bulan di sana, lebih tepatnya tempat duduk yang berada tepat di sebelah meja Aruna.
Dia mengerutkan dahinya, karena melihat meja Aruna terlihat bersih. Tidak seperti biasanya penuh dengan tumukan pekerjaan, leptopnya juga tidak ada di meja. Namun Arshaka tidak perduli ada apa dengan meja kerja Aruna, dia memilih segera keluar dari ruangan divisi keuangan.
📩 "Aku beri hadian, lihat kelakuan anak sulungmu ini Naura. Selamat berjuang,"
Kira-kira begitulah Imel mengirimkan foto dan Vidio Arshaka dan Aruna pada Naura.
sia nnti aku mmpir
terima ksh sll mendukung