Dear My Ex Husband..
Terimakasih untuk cinta dan luka yang kau beri..
Mario menemukan sepucuk surat dari mantan istrinya sebelum pergi, dua baris kata yang entah mengapa seperti mengandung misteri untuknya..
Mereka berpisah baik- baik bahkan sampai mantan istrinya akan pergi mantan istrinya masih mengungkapkan bahwa dia mencintai Mario..
...
Kebodohan yang Namira lakukan adalah menikmati malam bersama mantan suaminya, hingga Namira menyadari apa yang dia lakukan menyakiti dirinya sendiri.
Apalagi saat mendengar kata- kata dari mantan suaminya..
"Aku harap dia tumbuh, untuk menjadi bukti cinta.." katanya sambil mengelus perut Namira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelemahan..?
Namira memijat keningnya saat memasuki ruangan Mario, berkas di mana- mana dan berserakan memenuhi meja kerja pria itu, apa yang sedang di lakukan Mario..
"Bantu aku merapikan ini." Mario terlihat sibuk dan entah mencari apa di lemari berisi berkas dan membuat semua file berantakan.
"Anda sedang mencari apa Pak?"
"Aku sedang mencari berkas keuangan perusahaan bulan ini.." menurut Mario membangun perusahaan sejak awal lebih mudah dari pada meneruskan perusahaan milik orang lain, yang terancam bangkrut, karena dia harus memutar kembali dan meneliti apa penyebab perusahaan hampir bangkrut.
"Turun dari sana, anda tidak akan menemukannya disana..!" Mario menunduk melihat Namira berkacak pinggang, terlihat cantik dan imut, raut yang selalu di rindukan dari mantan istrinya, wajah penuh perintah terhadap Mario, dulu Namira juga sering bertingkah seperti sekarang dan Mario menyukainya, menyukai saat Namira berteriak kala Mario melakukan kesalahan, dengan segera Mario turun dari kursi kecil yang dia naiki hanya kursi kecil, tubuh Mario cukup tinggi dan hanya butuh kursi kecil untuk menjangkau rak atas.
Namira berjalan ke rak buku dan mencari di bagian bawah dan terlihat jelas dan rapi dimana laporan keuangan di simpan.
Mario menggaruk tengkuknya dia belum tahu dimana letak- letaknya jadi itulah gunanya dia memanggil Namira.
Namira menggerakan tangannya merapikan berkas yang sudah di buat berantakan oleh Mario dan meletakkannya di tempat semula, butuh waktu hingga tiga puluh menit Namira melakukannya, Mantan suaminya itu seolah sengaja menahan Namira dan mengerjakan pekerjaan lebih lama, padahal Namira sudah rindu ingin bertemu Juni, pangeran tampannya.
Namira mendesah kesal kini tersisa berkas yang harus dia letakkan di rak paling atas, dengan melepas sepatu hak tingginya Namira naik ke atas kursi yang tadi di gunakan Mario, sialnya tinggi badan Namira tak setinggi Mario hingga dia harus berjinjit agar bisa mencapainya.
Mario memperhatikan Namira yang sudah berkeringat karena ulahnya, tapi Namira tak berani menyuarakan kekesalannya hingga Namira harus berjinjit di kursi untuk meletakkan kembali berkas yang harus dia letakkan di rak paling atas.
Mario menelan ludahnya, melihat kemeja Namira sedikit tersingkap dan menunjukan kulit perut putih milik Namira, lalu tatapan Mario jatuh pada kaki telan jang Namira yang bahkan sudah melepas stoking nya, mungkin karena dia berniat pulang maka Namira sengaja melepaskannya.
Jangan lupakan rok Namira yang berada di atas lutut harus sedikit tertarik karena Namira yang berjinjit untuk menyimpan file yang sudah dia buat berantakan.
Namira masih terlihat kesusahan hingga Mario mengangkat tubuh Namira lebih tinggi dengan mengangkat bokoongnya..
Namira tersentak saat merasakan tubuhnya terangkat "Apa yang anda lakukan..?" Namira mencoba meronta namun Mario memegangnya erat.
"Diamlah jika tidak kita berdua akan jatuh, cepat lakukan tugasmu" Darah Namira serasa berdesir saat merasakan wajah Mario tepat di depan perutnya, tiba tiba.. suhu tubuhnya terasa panas, wajah Mario seolah menggelitik hingga kulit dalam perutnya yang berada di balik kemeja yang dia kenakan.
Tak kalah dari Namira, Mario merutuk dirinya saat gai rah serasa dengan cepat mengaliri setiap aliran darahnya dan berhenti di titik pusat miliknya yang tiba- tiba menegang, aroma Namira tidak berubah dan masih sama membangkitkan jiwa lelaki dalam dirinya, Mario merasa ingin terus menenggelamkan wajahnya di perut Namira, bahkan jika bisa dia ingin menembus kemeja sialan yang menghalanginya dan memberikan kecupan da lu matan disana.
Saat Mario memejamkan mata dan masih menikmati aroma Namira dengan tangan yang hampir meremas bookong Namira, Mario di kejutkan suara dari Namira yang juga meronta minta di lepaskan "Saya sudah selesai pak, turunkan saya..!"
Dengan pelan Mario menurunkan Namira, dan lagi- lagi jantung keduanya serasa bertalu, saat kaki Namira menapaki lantai, mata keduanya terpaku dan terkunci dengan tubuh nyaris menempel sempurna, untuk sesaat Namira terjatuh dalam tatapan lembut Mario, bahkan Namira merasakan darahnya berdesir saat merasakan tangan Mario menjalari punggungnya, hingga saat Mario mendekatkan wajahnya Namira baru tersadar bahwa tidak sepantasnya mereka ada di posisi ini, dan Namira segera mendorong Mario.
Mario yang tidak siap pun terhunyung kebelakang dan melepaskan Namira.
Namira merapikan kemejanya lalu kembali mengenakan sepatunya "Sudah selesai bukan, kalau begitu saya pamit pulang Pak.." Namira melesat dengan cepat keluar ruangan Mario, menyisakan Mario yang terkekeh melihat tingkah Namira yang terlihat datar, meski begitu Mario tahu Namira pasti malu sekarang terlihat dari pipi wanita itu yang memerah.
Entah ide dari mana Mario melakukan itu, tapi melihat hasilnya Mario harus berbangga diri jika pengaruh dirinya terhadap Namira masih sangat kuat, dan itu artinya Mario masih punya kesempatan untuk memiliki kembali wanita itu.
Benar yang di katakan Mario, pria itu masih berpengaruh besar untuk Namira, bahkan sangat besar, hingga Namira hampir tak bisa menahan dirinya.
Namira merasakan kakinya lemas seperti jeli, sudah sejak tadi Namira berusaha menahannya sejak Mario menyentuh titik sensitifnya, ya sejak dulu Namira lemah jika di sentuh di bagian perut dan Mario tahu itu, Namira ingin segera berlari namun dia tak berdaya.
Namira rasa pria itu sengaja melakukannya untuk membuatnya tak berdaya di hadapannya dan Namira sekuat tenaga menahannya meski rasanya dia hampir mendesah, saat nafas dari bibir Mario terasa menembus kain kemejanya.
Namira menjatuhkan dirinya saat pintu lift tertutup, beruntung lift yang dia naiki tidak ada orang di dalamnya, masih berusaha menormalkan jantungnya yang berpacu dengan cepat Namira tak berhenti merutuki dirinya yang hampir terbuai, inilah yang Namira takutkan, jatuh kembali dalam lubang yang sama, lubang yang tak bisa memberinya harapan, dan berujung kehancuran, meski tak bisa Namira pungkiri cintanya pada Mario masih tertanam cukup kuat, tapi Namira berusaha membentengi dirinya dan tak ingin kecewa dan tersakiti untuk kesekian kalinya oleh pria yang sama.
Namira mencintai pria itu, masih sangat mencintai Mario.. Namira sungguh lemah, pertahanan yang kau lakukan selama empat tahun ini tak berarti dan luruh hanya dengan hitungan hari saja..
Namira meremas rambutnya frustasi saat telinganya berdenging seolah seruan itu mengejeknya.
Oh, Juni.. kuatkan Mami..
...
Like..
Komen..
Vote..
sungguh km mmbagongkn...
g masuk akal bgt km mario....
bakal nyesel km mario... klo tau setelah namira km ceraikan.... trnyata dia mngandung ankmu....