Dia meninggal tapi menghantui istri ku.
Ku genggam tangan Dias yang terasa dingin dan Bergetar. Wajahnya pucat pasi dengan keringat membasahi anak rambut di wajahnya. Mulutnya terbuka menahan sakit yang luar biasa, sekalinya menarik nafas darah mengucur dari luka mengangga di bagian ulu hati.
"Bertahanlah Dias." ucapku.
Dia menggeleng, menarik nafas yang tersengal-sengal, lalu berkata dengan susah payah. "Eva."
Tubuhnya yang menegang kini melemas seiring dengan hembusan nafas terakhir.
Aku tercekat memandangi wajah sahabat ku dengan rasa yang berkecamuk hebat.
Mengapa Dias menyebut nama istriku diakhir nafasnya?
Apa hubungannya kematian Dias dengan istriku, Eva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemukan istriku
Malam bulan purnama telah tiba, menjelang ashar ketiga pria itu mulai turun ke hutan lebat yang di belah sungai. Mereka membawa bekal seadanya karena memang perjalanan mereka menuju alam ghaib, bukan alam manusia.
"Kau berjaga saja saudara ku." pinta Kiyai Rasyid.
Pria berpakaian hitam itu melengos, sejak awal dia benar-benar ingin ikut masuk. Namun kali ini dia tak di izinkan membantah. Kata 'teman' diantara mereka menjadikan dukun hitam itu lebih mengalah.
"Benarkah ini jalannya?" tanya Seno, bergidik ngeri melihat arus air berputar di bawah pohon besar, bebatuan yang membentuk seperti di dinding itu pun terlihat tajam dan licin, memagar buih yang tercipta.
"Sebaiknya kita sholat dulu." kata Kiyai mengajak seno, tak lupa dukun tua itu berpura-pura tak mendengar.
"Sholat lah saudaraku, letakkan mereka sejenak saja. Bebanmu terlalu banyak." kata Kiyai, menunjuk dua belas jin bertengger di pundak pria berpakaian hitam itu.
"Nanti." jawabnya lirih.
Demikian sang Kiyai tidak memaksa. Kemudian melaksanakan sholat tiga rakaat karena hari sudah mulai gelap.
Plung!
Suara batu terlontar ke dalam air, tepat ketika salam terakhir keduanya. Dukun hitam itu langsung berteriak.
"Sekarang!"
Seno dan Kiyai langsung bergegas bangkit, meninggalkan daun yang menjadikan alas sholat mereka.
"Kau duluan anak muda!" titahnya kepada Seno.
Seno menoleh kiyai Rasyid, ragu dan takut pastilah ada. Namun Kiyai mengangguk setuju, meyakinkan Seno. "Ini gerbangnya." kata Kiyai.
Sementara itu, di dalam hutan berkabut, Eva sedang berjalan menuju hutan di seberang gubuk yang tampak semakin indah ketika sudah lebih dekat.
Dia berjalan bergandengan dengan Arya, setelah tadi seseorang mengantarkan pakaian berwarna perak yang bagus, panjang nan berat, berkilau di bawah cahaya bulan.
"Ar, rumah mu seperti istana." kata Eva, terlihat senang karena di dalam hutan tidak se-seram yang terlihat selama ini.
"Ya, itu akan menjadi milikmu juga, Milik kita." kata Arya. Senyumnya tak henti mengembang berjalan melewati jalan setapak yang becek kini berubah menjadi jalannya berlantai granit tak beraturan menghampar indah sekali.
"Siapa mereka?" tunjuk Eva, melihat di seberang mereka banyak sekali manusia kaku berjejer di depan rumah seperti istana.
"Mereka adalah pelayan ku, pelayanmu juga." kata Arya lagi.
Eva nampak berpikir, selama ini dia hanya tinggal di gubuk bambu.
Arya hanya tersenyum mengetahui isi pikirannya, dia rela tinggal di sana karena Eva masih memikirkan keluarganya, tepi sungai itu adalah ambang batas alam mereka, ibarat jalan pulang masih dekat, berbeda jika sudah tinggal di rumah Arya yang sebenarnya. Kemungkinan Eva tak akan bisa pulang selamanya.
Makhluk sejenis jin akan menculik manusia dengan syarat dan hitungan waktu, jika pun sudah di bawa jauh ke dunia mereka, maka nego yang di tawarkan Manusia pun akan percuma. Bisa pulang tanpa kewarasan, bisa juga pulang tanpa nyawa.
"Ar!" eva menghentikan langkahnya di tengah-tengah jalan. Setengah jalan sudah mereka lewati, dan sebagian jalan perlu menanjak untuk sampai ke tempat tujuan.
"Ada apa?" tanya Arya.
"Aku...." Eva memegangi dadanya. "Sakit." lirihnya.
Arya menatap wajah Eva yang meringis nyeri, tahu konsekuensinya karena sudah terlalu buru-buru. Harusnya ia menunggu empat puluh hari untuk menikahinya.
"Sebaiknya kau tunda Arya! jiwanya belum siap. Salah sedikit dia bisa mati." kata Nini tua, anggota keluarga, penasehat Arya.
Eva hanya mendengarkan dengan bingung, terus memegangi dadanya yang terasa sesak. Sama sekali tidak mengerti dengan ucapan Arya, namum melihat nenek tua itu, dia teringat kemarin pernah bertemu pula dengan nenek-nenek yang sama, tapi wajahnya sudah lebih tua dan lusuh. Menimbulkan pertanyaan di benaknya, siapakah Arya sebenarnya.
"Aku akan menghidupkan lagi raganya." kata Arya, menggenggam tangan Eva, satu tangan lainya memeluk erat.
"Kalau dia mati, kau bukan menikah manusia, tapi..."
"Tidak Ni!" sanggah Arya.
"Sebaiknya kau bawa lagi dia ke hutan. Bersabarlah sampai waktunya Arya." kata Nini, menatap Eva yang semakin pucat.
Arya menghembus nafas kesal, dia sudah tak sabar memiliki seorang anak dari manusia. Bahkan sempat terpikir untuk segera melakukannya tanpa menikah. Tapi berpikir lagi, dia ingin memiliki keturunan yang sah, anak yang akan menguasai istana jin, bukan anak haram seperti kebanyakan yang dimiliki jin berbulu lebat penunggu pohon bambu.
Arya mengangkat tubuh Eva yang terasa ringkih, jika sebelumnya tampak berisi, putih, bersih dan seksi, kini lebih kurus, tak terawat dan pucat.
Jin berbulu itu dengan sabar membopong tubuh eva selayaknya manusia, padahal bisa menghilang dalam sekejap mata.
"Ar." panggil Eva.
Arya tersenyum manis, berjalan menuju pondok sambil menatap wajah Eva yang sangat cantik dimatanya, terlebih lagi memakai gaun perak yang berkilau, membuatnya semakin cantik.
Di letakkan perlahan tubuh lemas Eva diatas ranjang kayu, pikiran tak warasnya mulai menguasai hingga ingin melaksanakan niatnya untuk memiliki anak dengan segera.
Brett! Gaun indah itu kini koyak di bagian dada, tenaga manusia tak akan mampu melakukan hal itu, seutas perak saja tak bisa di putus dengan mudah.
"Persetan dengan tahta! Kita bisa membuatnya lagi." kata Arya, menyeringai buas dengan mata berkilat seperti seekor harimau. Dia sudah siap menerkam mangsanya.
Hidungnya yang tadi mancung dan bersih kini tampak bergaris seperti hidung binatang pada umumnya, namun tubuhnya masih sama, hanya sekarang sudah di tumbuhi bulu di sekujur tubuh. Meskipun wajahnya tetap tampan, namun kedua taringnya terlihat runcing mengerikan.
"Ar, kau?" eva merasa pusing, namun masih jelas wajah Arya.
Di luar sana, sosok gadis hutan sedang mengintip sambil mengepalkan tangannya. Dia begitu ingin di posisi Eva, melihat betapa seksinya jin Arya mengeluarkan taring ketika ingin bercinta.
"Sialan!" teriaknya, meraih sebatang pohon seukuran betis manusia dengan satu tangan. Kemudian mencabut dan melemparkan ke bubuk Arya.
Brakkk!!
"Grrrrhhmmmmm..." Arya menggeram, hasratnya yang sudah naik harus terganggu oleh keisengan gadis hutan.
"Kau! Kurang ajar!"
Brakk!
Belum sempat Arya membalas serangan gadis hutan, sebuah serangan lain tiba-tiba menyambar dada bidangnya hingga ia terjengkang diambang pintu gubuk.
"Hah!"
Tak hanya Arya, gadis hutan itu pun terkejut bukan main.
"Serahkan wanita itu pangeran Arya, dia sudah dijemput." kata nenek tua yang turut berdiri bersama Kiyai dan juga Seno.
"Eva!" Seno langsung berlari maju menuju pondok bambu di belakang Arya, namun tentu tak mudah, pria itu bangkit dan melempar dahan kayu hingga Seno terjatuh sebelum mendekat.
"Kau!" kesal Seno, terjerembab di tanah lembab.
"Dia milikku!" kata Arya, mengeram.
"Dia istriku." jawab Seno, bangkit dan berdiri dengan nafas tersengal-sengal,
Arya tertawa terbahak-bahak, dia berdiri saling berhadapan dengan Seno.
"Dia sudah mati jika aku tidak nolongnya. Dan jangan lupa, aku juga yang sudah menolong anakmu." Jika tidak, kalian berdua juga sudah ma-ti!"
Seno tercengang mendengar ucapan pria sombong itu. Dia mencerna ucapan Arya, menghubungkan dengan kejadian lalu.
"Tidak!" kata Seno.
"Kau pikir, bagaimana hutan itu bisa terbakar? Itu juga wilayahku!" tawanya menggema menguasai pikiran Seno, berusaha membuat nyalinya menciut lalu menyerah begitu saja.
Yg diacak acak rumh ..yg berantakan hati...gini amat yak jd dewasa...punya banyak kartu ATM tp gak ada saldonya,malam susah tidur ,pagi susah bngun /Facepalm//Facepalm/
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
nanti bosa sah negara
masa iya mati berjamaah kan g lucu lah pemeran utama kok mati nya berjamaah
ayo lah arya kasih balik lah si eva jgn oula kau tahan di alam mu kasihan klo di hati mu aq pun ogah kau kan jin.. wkwkwkwkkkk🤣🤣🤣🤣🤣🏃♀️
tp siapa n3nek itu yahhh mau nolong eva
wuihhh keren deh petualangan nua masuk demensi lain