NovelToon NovelToon
Dunia Tempat Kamu Berada

Dunia Tempat Kamu Berada

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: rsoemarno

The World Where You Exist, Become More Pleasant

_______

"Suka mendadak gitu kalau bikin jadwal. Apa kalau jadi pejabat tuh memang harus selalu terburu-buru oleh waktu?"
- Kalila Adipramana

_______

Terus-terusan direcoki Papa agar bergabung mengurus perusahaan membuatku nekat merantau ke kabupaten dengan dalih merintis yayasan sosial yang berfokus pada pengembangan individu menjadi berguna bagi masa depannya. Lelah membujukku yang tidak mau berkontribusi langsung di perusahaan, Papa memintaku hadir menggantikannya di acara sang sahabat yang tinggal tempat yang sama. Di acara ini pula aku jadi mengenal dekat sosok pemimpin kabupaten ini secara pribadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rsoemarno, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25.) Royal Wedding

Chapter 25: Royal Wedding

“SAHH!!!”

Aku membuka mata lega begitu mendengar verifikasi saksi atas akad yang diucapkan Mas Satya kepada Papaku. Untuk upacara sakral pernikahanku ini, kami mendapat kehormatan dari 2 orang penting negeri ini yang bersedia menjadi saksi pernikahan kami. Adalah Pakde Jatmika, Presiden Indonesia saat ini yang menjadi saksi untuk mempelai wanita dan Ayah Ravenno yang menjadi saksi untuk mempelai pria.

Penghulu mengarahkanku untuk mencium tangan Mas Satya sebagai wujud simbolis kerelaanku untuk patuh dan menghormati Mas Satya sebagai suamiku.

Mas Satya lantas merangkum wajahku dengan kedua telapak tangannya yang terasa dingin. Ditariknya kepalaku mendekat kearahnya, dan bibirnya pun berlabuh di keningku cukup lama. Sempat kudengar gumamannya yang seperti bacaan doa sebelum ia mengecup ubun-ubun kepalaku cepat.

Dan resmi sudah ikatan pernikahan kami ini di depan agama dan negara setelah kami menandatangani buku kecil berwarna hijau dan cokelat yang legendaris itu.

“Kok bisa kepikiran nambahin maharnya guqin, Mas?” tanyaku di sela sesi ramah tamah.

Sesuai rencana awal, untuk akad nikah kami memilih konsep private intimacy wedding. Dimana hanya keluarga besar kami yang bisa masuk ke venue acara yang berada di taman kediaman Adipramana. Bahkan hanya dari keluarga besar terdekat saja sudah berjumlah ratusan. Dan tentunya dengan latar belakang yang tidak biasa.

Teman-teman jurnalis juga tidak kami ijinkan untuk meliput masuk ke dalam. Demi menjaga keintiman dan kesakralan upacara pernikahan kami. Juga kenyamanan tamu-tamu kami dari sorotan kamera yang terlalu banyak. Karena kami ingin acara pernikahan ini juga menjadi ajang pertemuan keluarga besar yang hangat.

Untuk publikasi sendiri, tim Mas Satya sudah menyiapkan materi berupa foto dan video rilis yang nantinya akan diunggah ke laman sosial media sehingga bisa digunakan para jurnalis membuat artikel berita. Juga akan ada sesi konferensi yang akan diadakan besok malam di kediaman Dierja.

“Alreno yang menyarankan ke Mas seminggu yang lalu, Yang. How? Do you like it?”

Aku mengangguk kencang. “I didn’t expect you’ll give me that. And yes, I really like it.”

Mas Satya tertawa. “I’m glad you like it.”

“Jujur Mas benar-benar bingung karena kamu menyerahkan semua urusan mahar kepada Mas.” keluhnya.

Giliran aku yang tertawa. Memang untuk mahar, aku mengatakan pasrah menerima apapun yang akan Mas Satya beri. Bukan karena aku tidak memiliki keinginan. Tapi aku ingin melihat bagaimana Mas Satya menghargai diriku sebagai gadis yang akan menemaninya di masa depan.

Dan mahar yang diberikan Mas Satya tidak mengecewakanku sama sekali. Kurasa dia sudah begitu mengenal diriku luar dan dalam hingga bisa menangkap keinginanku dengan tepat.

“Thanks for your effort. I really love it.” ujarku memuji pilihan mahar Mas Satya.

Ketika jarum jam menunjukkan pukul 3 sore, kami segera bertolak menuju hotel tempat acara resepsi diadakan. Hotel bintang 5 dengan kapasitas ballroom terbesar di kota solo ini menjadi venue pilihan kami.

Berbeda dengan akad nikah yang bersifat intim, untuk resepsi ini kami mengundang seluruh jajaran menteri serta gubernur dari 40 provinsi yang ada di Indonesia. Juga para pengusaha rekan Adipramana Grup. Karena untuk acara resepsi ini jatuhnya masih acara dari pihak mempelai wanita.

“You look so gorgeous.” bisik Mas Satya memujiku.

Setelah melalui rangkaian acara adat mulai dari panggih, balang suruh, mecah wiji dadi, pupuk, sindur pinayung, timbang, tanem, tukar kalpika, kacar kucur (tampa kaya), dahar kembul (dahar walimah), rujak degan, bubak kawah, tumpak punjen, mertui, dan sungkeman. Kami bisa duduk sejenak dengan tenang di atas pelaminan yang di dekor full bunga segar penuh warna dengan ornamen-ornamen khas jawa.

“You too.” pujiku balik.

Aku mendesah lega. “Untung saja dulu milih busana ini untuk resepsi, aku ga bisa bayangin gimana histerisnya warga nanti kalau liat Mas pakai basahan pas ngunduh mantu di Bawera.”

Ya. Aku akhirnya memutuskan untuk menggunakan busana dodot basahan ini pada acara resepsi di Solo.

Mas Satya mengangkat tanganku dan diciumnya sekilas punggung tanganku tepat di atas cincin pernikahan kami.

“Masih dua jam lagi sampai acara selesai.” sindir Alreno yang naik ke pelaminan bersama Ramona dan baby Nana.

Aku dan Mas Satya dengan sigap memposisikan diri kami untuk menerima tamu yang pertama kali menyalami kami ini.

“Aaa… Baby Nana… Mama Lila miss you so bad.”

Tak mempedulikan Alreno, aku langsung beralih ke Ramona yang menggendong baby Nana di belakangnya.

“Ma.. mama..” oceh bayi gembul tersebut dengan tangan yang berusaha menggapai diriku.

“No.. Arsena.. Mama Kalila sedang tidak bisa diganggu sekarang.” ujar Ramona yang berusaha mencegah anaknya menarik rangkaian melati yang menjuntai di tubuhku.

“Sini, salaman dulu lo sama gue, Kabao. Ga gue restuin sebagai kakak baru tau rasa lo.”

Aku menerima uluran tangan Alreno dengan antusias. “Mana hadiah pernikahan gue, Ta Ge?” todongku.

Alreno menyentil pelan dahiku yang langsung mendapat protes keras dari anaknya.

“Tuh, anak lo aja tau kalau gue ini princess yang harus selalu di sayang.”

Alreno mendengus. “Entah apa yang lo cekokin ke anak gue waktu gue sama Ramona honeymoon kemarin.”

Aku menggelitiki perut gembul Arsena yang membuatnya tertawa senang. “Ooh tentu saja Mama Lila ini memberi kasih sayang.. Yaa kan, Baby Nana?”

“Ekheem.” Mas Satya berdehem.

Ramona menyenggol Alreno agar segera mengucapkan selamat dan bergantian dengan yang lain karena antrian sudah mulai memanjang.

“Kalila, my little princess.. Selamat menempuh hidup baru dengan Satya. Jangan berubah, tetap menjadi dirimu.”

“Dan lo Sat. Meski lo sepupu gue, kalau sampai lo bikin nangis Kabao. Siap-siap gelut lawan gue.”

“Hadiah pernikahan lo gue titipin ke Feniks.”

Fotografer pun mengarahkan kami untuk berfoto bersama. Setelahnya, bergantian para menteri yang naik ke pelaminan untuk memberi ucapan selamat serta berfoto bersama.

Hingga seorang pria yang naik pelaminan bersama dua orang wanita dewasa menarik perhatianku dan Mas Satya.

“Selamat ya Satya… Akhirnya setelah persiapan yang begitu panjang, sah juga ya..” ujar pria yang kukenali sebagai Penjabat Gubernur Jawa Tenggara.

Aku menyalami pria tersebut dan dua wanita yang mengekorinya dengan sopan.

“Terimakasih Mas Jite dan Ibu telah berkenan hadir.” balas Mas Satya.

Jite melambaikan tangannya tak acuh. “Yaa gimana mau ga hadir. Gini-gini kan kita masih kerabat yaa, ternyata. Lagian Mbak Kalila sendiri yang dulu meminta kami untuk menjadi among tamu di acaranya.”

Mas Satya menatap Pak Jite tajam. “Among tamu acara ngunduh mantu di Bawera nanti, Pak Jite. Sama Bu Sheila tentunya.”

Ia beralih menatap wanita cantik yang berdiri di belakang Bu Sheila. “Saya harap Larissa dapat menyesuaikan diri di acara besok.”

“T-tentu Pak Satya.” balas wanita bernama Larissa tersebut segan.

“Kamu tenang aja, Sat. Saya tidak akan merusak acara kamu.” tukas Pak Jite agak kesal.

Mas Satya mengendikkan bahu. “Saya tau Mas Jite tidak memiliki niat seperti itu. Tapi kita harus waspada dengan musuh yang bisa saja memanfaatkan kelengahan kita.”

Kode dari WO mengarahkan kami segera berfoto untuk bergantian dengan tamu lain yang sudah menunggu.

“Sekali lagi, selamat untuk Satya dan Mbak Kalila. Semoga kalian diberkahi pernikahan yang bahagia selamanya.” ucap Pak Jite sebelum turun dari pelaminan.

Belum sempat aku bertanya ke Mas Satya tentang Pak Jite dan dua wanitanya. Sebuah keluarga kecil yang tampak harmonis sudah naik ke pelaminan. Perhatianku pun langsung teralih pada balita kecil yang berada di gendongan ayahnya.

“Selamat atas pernikahannya, Pak Satya, Bu Kalila.” ucap Pria tampan yang kuketahui menjabat sebagai Ketua DPR RI.

“Terima kasih, Pak Budi dan Ibu sudah berkenan hadir dan memberikan selamat kepada kami.”

Aku menjawil pipi gembil balita tampan di gendongan Pak Budi. “Anak ganteng siapa namanya?” tanyaku menirukan suara anak kecil.

Balita itu merentangkan tangannya memegang tanganku.

“Mahes, tante Kalila.” balas si Ibu dengan suara anak kecil.

“Nama kita hampir mirip, Mbak. Saya Kaila.” ujarnya memberi tahu.

Aku melebarkan mata terkejut. “Benarkah?”

Kaila mengangguk antusias. “Awalnya saya juga penasaran siapa wanita yang bisa menaklukan bupati lajang paling diincar se-Indonesia ini. Pas baca undangan lebih kaget lagi, nama kita hampir samaan. Kayanya emang nama-nama kaya kita ini yang bisa dapetin pria-pria jackpot.” ujarnya penuh percaya diri.

Aku ikut tertawa mendengar cara berceritanya yang menyenangkan.

“Eh, Mbak. Kita selfie yuk, mau aku pamerin ke sosmed kalau nama kuta samaan.” ajak Kaila.

Dengan berat hati aku menolak ajakannya.

“Mohon maaf, Kaila. Kalau mau saya bisa meminta fotografer WO untuk mengambil gambar kita berdua, nanti hasilnya biar dikirim ke email.” saranku.

Meski agak kecewa, Kaila mau menerima saranku. Kami pun berfoto bersama dengan arahan dari fotografer.

“Kupikir kita sudah menyortir undangan, tetapi kenapa rasanya tidak habis-habis?” keluhku melirik antrian yang masih panjang di bawah.

Mas Satya mengusap bahuku menguatkan. “It’s okay. Kalau lelah, kita bisa minta break sebentar ke WO.”

Aku menghembuskan napas keras. “No. Daripada break sebentar, lebih baik segera selesaikan antrian ini dan kita bisa beristirahat panjang.”

Mas Satya mengerling ke arahku. “Are you sure? Kita akan beristirahat setelah ini. Bukankah ini malam pertama kita?” bisiknya menggoda.

1
Metana
Semangat
Shion Fujino
Keren deh ceritanya, thor mesti terus bikin cerita seru kayak gini!
sweet_ice_cream
karya ini bikin aku merasa seperti ikut dalam ceritanya, sukses terus thor 🤗
Apaqelasyy
Duh, seru euy! 🥳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!