Alena adalah seorang gadis ceria yang selalu berbicara keras dan mencari cinta di setiap sudut kehidupan. Dia tidak memiliki teman di sekolah karena semua orang menganggapnya berisik. Alena bertekad untuk menemukan cinta sejati, meski sering kali menjadi sasaran cemoohan karena sering terlibat dalam hubungan singkat dengan pacar orang lain.
Kael adalah ketua geng yang dikenal badboy. Tapi siapa sangka pentolan sekolah ini termasuk dari jajaran orang terpintar disekolah. Kael adalah tipe orang yang jarang menunjukkan perasaan, bahkan kepada mereka yang dekat dengannya. Dia selalu berpura-pura tidak peduli dan terlihat tidak tertarik pada masalah orang lain. Namun, dalam hati, Kael sebenarnya sangat melindungi orang yang dia pedulikan, termasuk gadis itu.
Pertemuan tak terduga itu membuatnya penasaran dengan gadis berisik yang hampir dia tabrak itu.
"cewek imut kayak lo, ga cocok marah-marah."
"minggir lo!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addinia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kaleng!
Alena duduk di meja makan bersama Larasati, mamanya. Meja makan terlihat sederhana, dengan sepiring nasi goreng dan segelas teh hangat. Larasati tersenyum melihat Alena yang makan dengan lahap.
"Belajar bareng temen-teman kamu lagi?" Tanya Larasati sambil menyuap makanannya.
Alena mengangguk pelan.
"Siapa sih temen-temenmu itu? Kael?" Larasati tersenyum kecil, menggoda anak gadisnya.
Alena melirik ke mamanya, sambil mendengus pelan. "Mama selalu tau, Jadi nggak perlu ale kasih tau."
"Iya dong, keren kan mama."
Alena menghela napas panjang. "Iya Keren sekali."
Larasati tertawa kecil sambil menyeruput tehnya. Suasana terasa hangat di antara ibu dan anak itu. Setelah menghabiskan makanannya, Alena berdiri sambil mengambil tasnya yang sudah disiapkan di kursi.
"Ma, Ale berangkat ya."
"Mau mama anter nggak?"
Alena menggelengkan kepalanya. "Nggak usah ma, Ale naik ojek aja."
"Yaudah hati-hati ya, sayang. Kamu tau kan ada ojek yang–" Belum selesai berbicara, Alena lebih dulu memotong ucapan Mamanya.
"Mama sama aja kayak Kael."
Larasati tersenyum menggoda Alena. "Masa sih."
"Ma... Plis, jangan nyebelin kayak kaleng juga!"
Larasati tertawa kecil. "Iya, iya, ya udah sana pergi."
Alena hanya mengangguk sambil berjalan keluar. Begitu membuka pintu, ia terkejut melihat Kael di depan pagarnya sedang bersandar di motornya, menunggunya dengan santai. Mata Alena membelalak kecil. Gadis itu cepat-cepat membuka pagar rumahnya.
"Ngapain lo disini?"
"Pagi juga, KittyCat."
Alena mendecak pelan, "ngapain lo kesini kaleng!"
"Kaleng?" Tanya Kael, pria itu tiba-tiba tersenyum.
"Iya! Kaleng jelek!" Alena terlihat frustasi. "Ngapain sih?!"
"Jemput lo, lah. Masa iya jemput nyokap lo? Nggak mungkin kan?"
Alena menatap Kael tajam. "Gue nggak akan mungkin nolak lo, kan?!"
"Yap, betul." Kael tersenyum puas, mengambil helmnya dan menyerahkannya pada Alena.
"Mau gue pasangin, apa–"
Alena mengambil helm itu dengan cepat. Kael tertawa kecil sambil naik ke motornya. Alena memasang helmnya dengan sigap dan naik ke belakang. Motor pun mulai melaju pelan. Udara pagi yang segar menyapu wajah mereka.
Di sepanjang perjalanan, Alena diam, tapi wajahnya tampak lebih rileks. Ia menikmati pemandangan di sepanjang jalan. Kael sesekali melirik ke spion, memperhatikan Alena yang tanpa sadar tersenyum kecil.
...----------------...
Motor Kael berhenti di halaman parkir kafe milik Luka. Alena turun dari motor sambil segera mencoba melepas helmnya. Namun, seperti biasa, ia kesulitan.
Alena mendecak kesal. "Helm lo jelek banget, tau nggak!" ia menarik tali pengait helm.
Kael berdiri di samping motornya, menyandarkan tubuh sambil melipat tangan. Ia menahan tawa melihat Alena yang berusaha keras.
"Itu mah lo yang payah, KittyCat. Mau gue bantu nggak nih?"
"Liat ya, gue bisa sendiri buku helm butut lo ini!"
Kael tertawa. "Oke, gue tungguin sampe helm butut gue kebuka."
Alena mendongak, menatap Kael dengan tatapan tajam. Tapi setelah beberapa detik, ia menyerah dan mendesah pelan.
"Bukain."
Kael tertawa kecil, kemudian mengangkat tangan, berpura-pura menolak. "Kayaknya gue berubah pikiran. Lo keliatan lucu pake helm itu, pake aja terus."
Alena yang sudah kesal memutar tubuh, berniat masuk ke kafe dengan helm yang masih menempel di kepalanya. Namun, Kael dengan cepat menahan pergelangan tangannya, membuat Alena berhenti. Kael menunduk sedikit, mendekatkan wajah mereka sampai sejajar.
"Gue bercanda, gitu aja ngambek."
Jarak mereka sangat dekat, membuat Alena langsung menahan napas. Kael dengan cekatan membuka pengait helmnya, tetapi ia memperhatikan wajah Alena yang terlihat tegang dan berusaha menghindari kontak mata. Senyum kecil muncul di wajah Kael, menahan tawa.
"Lo lagi cosplay jadi patung, KittyCat?"
Alena mengerutkan kening, lalu cepat-cepat menarik helmnya dari tangan Kael. "Lo yang lama banget. Kalau dari tadi cepet, gue nggak bakal jadi patung."
Kael hanya tertawa kecil, sementara Alena segera berjalan menuju pintu masuk kafe. Mereka melangkah masuk ke dalam, dan suasana outdoor yang nyaman langsung menyambut mereka. Ghost Riders sudah berkumpul di salah satu meja besar, bersenda gurau.
"Akhirnya dateng juga, nih orang dua." Seru Luka, menyadari kedatangan Kael dan Alena.
Bayu tertawa. "Udah berdua aja sekarang datengnya."
Mereka langsung menertawakan candaan itu. Alena yang sudah kesal hanya mendengus pelan, berusaha menahan diri.
Alena berjalan ke meja, meletakkan tasnya dengan keras. "Temen lo, selalu nyebelin!"
Luka tertawa. "Sabar, mau minum apa?"
Alena menggelengkan kepalanya. "Nggak, ayo mulai belajarnya biar gue makin pinter."
Kael duduk di samping Alena, tersenyum puas melihat wajah Alena yang sedikit memerah karena kesal. Mereka pun mulai membuka buku dan perlengkapan belajar di atas meja, mencoba untuk memulai sesi belajar.
...----------------...
Buku-buku fisika dan catatan berserakan di meja, dengan Alena duduk di tengah dikelilingi oleh Ghost Riders. Luka dan Ezra sedang menjelaskan teori, sementara Bayu menulis di papan kecil yang mereka bawa. Alena menyimak dengan tenang, terkadang mencatat poin penting.
"Jadi, kalau lo mau cari percepatan, tinggal pake rumus ini. Tapi hati-hati sama satuannya. Jangan sampai keliru." Ezra menjelaskan dengan penuh kesabaran.
Alena mengangguk, mencatat apa saja yang dijelaskan Ezra. "Kalau grafiknya gimana?"
Luka dengan cepat meraih catatannya, menunjuk diagram. "Grafik ini buat ngeliat perubahan kecepatan. Kalau garisnya lurus, itu berarti percepatannya konstan."
Sebelum mereka melanjutkan, tiba-tiba ponsel Alena berbunyi, membuat semua orang berhenti. Alena mengambil ponselnya dari meja dan melihat layar, Nadine menelepon.
Kael menoleh dengan alis terangkat. "Dilarang menelpon pacar selama belajar."
Teman-temannya langsung menoleh satu sama lain.
"Dia cemburu nggak sih?" Ronan berbisik ke Bayu.
Bayu mengangguk sambil tertawa kecil.
Alena melotot kesal ke arah Kael sebelum menjawab telepon. "Nadine."
Alena mengangkat telepon, sementara yang lain menunggu dengan rasa penasaran.
"Halo, kenapa?"
"Alena kamu lagi ngapan? Lagi sibuk ya?"
"Gue lagi belajar?"
"Belajar? Sama siapa?"
Alena melirik ke Ghost Riders. "Sama anak-anak jenius."
Mereka semua langsung salah tingkah sendiri mendengar pujian dari Alena. Sedangkan Kael hanya tertawa kecil.
"Wah, dimana? aku boleh ikut enggak?"
"Iya boleh kesini aja. Nanti gue Kirim alamatnya."
Setelah menutup telepon, Alena mengetik pesan alamat dan mengirimnya ke Nadine. Setelah selesai, ia meletakkan ponselnya kembali ke meja. Mereka langsung bereaksi.
"Nadine, mau kesini, Len?" Tanya Bayu.
"Iya! Nggak boleh ada yang godain Nadine, kalo ada yang macem-macem habis kalian sama gue!" Seru Alena, memberikan peringatan untuk mereka semua.
"Muka kita keliatan kayak abang-abang penggoda kah, Len?" Ronan melirik Alena.
"Iya!"
Mereka semua tertawa. "Padahal gue selalu ngerasa kalo gue orang paling kalem sedunia." Timpal Ezra.
"Pret!"
"Ayo belajar lagi!"
Mereka melanjutkan sesi belajar sambil menunggu Nadine datang. Sesekali, mereka mencuri pandang ke arah Alena, mencoba menebak seperti apa suasana nanti ketika Nadine tiba.