Pregnant Kendra'S Baby

Siang ini Aleera dan juga Kendra memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Begitu juga dengan Ayah Radit, Bunda Sya, Rendra dan juga Sandra, mereka akan pulang ke kediaman keluarga Santoso.

“Hati-hati ya di jalan,, nanti kalau sudah sampai rumah kabarin Ayah sama Bunda.” Ujar Bunda Sya kepada Kendra dan Aleera.

Aleera menganggukan kepalanya.

“Iya Bunda, nanti kalau Abang sama Aleera sudah di rumah Abang telfon. Bunda sama yang lain juga hati-hati di jalan.” Ujar Kendra.

“Sesekali ajak Aleera main ke rumah Bang biar Aleera nggak terlalu kesepian. Kamunya juga jangan sibuk sama pekerjaan terus. Inget, Aleera lagi hamil loh, ibu dan babynya butuh perhatian yang ekstra. Jangan sampai bikin Aleera jadi banyak pikiran karena itu bisa mempengaruhi kandungannya.” Ujar Bunda Sya memberikan nasehatnya kepada Kendra.

“Iya Bunda, Abang pasti bakal terus inget pesen Bunda.” Jawab Kendra.

“Aleera, kalau Kendra sampai menyakiti kamu, jangan sungkan untuk mengadu ke Ayah sama Bunda. Meskipun Kendra anak kandung Ayah, tapi Ayah tidak akan membelanya kalau dia bersalah. Kamu sudah Ayah anggap sebagai putri Ayah sendiri, dan Ayah menginginkan kebahagiaan buat kamu.” Ayah Radit menatap lembut ke arah Aleera.

Tanpa sadar ini membuat Aleera meneteskan air matanya. Biar bagaimana pun tiba-tiba saja Aleera jadi merindukan Ayahnya. Di tambah dengan kondisinya yang sedang hamil membuat Aleera menjadi sangat sensitif perasaannya.

“Iya Ayah, terima kasih Ayah sama Bunda udah sayang sama Aleera.” Ujar Aleera seraya terisak lirih.

“Inget Bang, jangan sampai Abang sakitin Aleera.” Ujar Ayah Radit memberikan ultimatum kepada putra sulungnya itu.

Sandra yang melihat Aleera terisak langsung mengusap punggung Aleera agar gadis yang saat ini berstatus sebagai kakak itu menjadi lebih tenang.

“Iya Ayah, Abang janji tidak akan pernah menyakiti Aleera.” Ujar Kendra.

Setelah itu mereka berpisah naik ke mobil masing-masing untuk pulang.

Kendra dan Aleera duduk di kursi belakang supir.

“Udah jangan nangis lagi, minum dulu Ly.” Ujar Kendra seraya menyodorkan sebotol air mineral kepada Aleera.

Aleera menerima air mineral itu kemudian meminumnya.

“Makasih Bang.” Ujar Aleera dengan suara lirih.

Kendra menganggukan kepalanya.

“Kalau ngantuk tidur dulu, nanti Abang bangunin kalau udah sampai.” Jujur saja Kendra tidak tau harus berbicara apa kepada Aleera.

Aleera hanya menganggukan kepalanya, matanya tertuju dengan pemandangan jalanan di sampingnya. Terlalu asik menatap jalanan tanpa sadar membuat Aleera tertidur. Hampir saja kepalanya terantuk kaca jendela mobil kalau Kendra tidak sigap menghalangi kepala Aleera dengan telapak tangannya. Dengan lembut Kendra memposisikan kepala Aleera agar bersandar di bahunya.

Jujur aja, Aleera terlihat cantik di mata Kendra saat ini.

Hingga tidak terasa setelah perjalanan 1 jam akhirnya mereka sampai di rumah Aleera.

“Pak… Bapak turun saja dulu. Dan tolong bantu turunkan barang-barang saya dan istri saya.” Ujar Kendra kepada Pak Basri.

“Baik Pak.”

Setelah Pak Basri keluar, Kendra mengusap pelan pipi Aleera untuk memabangunkan gadis itu. Sebenarnya bisa saja Kendra menggendong Aleera dan membawanya turun, hanya saja Kendra tidak mau melakukan itu, dia tidak mau membuat Aleera merasa tidak nyaman atau bahkan sampai marah kepada dirinya nanti.

“Ly,,, Bangun dulu. Kita udah sampai rumah loh.” Bisik Kendra dengan lembut. Tidak lupa tangannya juga menepuk pelan pipi Aleera.

Tidak ada reaksi apapun dari Aleera.

“Ly….”

Sampai akhirnya Pak Basri selesai menurunkan barang-barang, Aleera belum juga bangun. Gadis yang saat ini sedang hamil itu justru menyusupkan wajahnya di dada Kendra. Akhirnya mau tidak mau Kendra tetap harus menggendongnya.

Pak Basri membantu Kendra membuka pintu mobil dan juga pintu rumah Aleera.

Tanpa kesulitan yang berarti Kendra menggendong Aleera dan menidurkannya di ranjang kamar gadis itu.

Pak Basri sendiri langsung kembali ke rumah Ayah Radit karena beliau merupakan supir di keluarga Santoso. Harusnya disini ada Mbok Lin, hanya saja selama pernikahan Kendra dan Aleera kemarin Mbok Li kembali ke kediaman Santoso. Barulah setelah pasangan suami istri itu pulang beliau akan kembali lagi ke rumah ini.

Kendra menatap Aleera yang terlihat tertidur nyenyak. Rasa bersalah masih ada di dalam diri Kendra saat ini. Bagaimana bisa dia merusak masa depan dari sahabat adiknya sendiri? Harusnya saat ini Aleera sedang bahagia menikmati masa remajanya seperti Sandra dan juga teman-temannya yang lain. Tapi karena dirinya? Aleera kehilangan itu semua. Di usianya yang baru 20 tahun dia harus menyandang status sebagai seorang istri dan calon ibu karena di paksa oleh keadaan. Entah sudah yang keberapa ratus kali Kendra selalu mengucapkan kata maaf di dalam dirinya untuk Aleera. Tapi tetap saja kata maaf itu tidak menghilangkan rasa bersalahnya kepada Aleera.

Jujur saja, Kendra tidak bisa menjanjikan apapun kepada Aleera selain dari hidup mapan untuk saat ini. Kendra tidak bisa menjamin kebahagian Aleera karena bahagia hanya akan tercipta kalau Aleera juga berusaha untuk bahagia. Kendra juga tidak bisa menjamin kalau rumah tangga mereka akan selalu baik-baik saja. Kendra sadar rumah tangga mereka jauh dari kata sempurna, bahkan jauh dari standar pernikahan pada umumnya karenaa semua terjadi atas dasar paksaan. Aleera mau menikah dengannya karena sebuah paksaan dan ancaman kan?

Tapi meski begitu, Kendra akan selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik. Kendra akan berusaha membuat rumah tangga antara dirinya dan Aleera menjadi lebih baik. Kendra akan selalu berusaha agar membuat Aleera bahagia menikah dengannya. Dan yang terpenting, Kendra akan berusaha membuat dirinya mencitai Aleera dan juga membuat Aleera jatuh cinta kepadanya.

Pada intinya, Kendra ingin hanya menikah 1 kali seumur hidup dan Aleera lah yang menjadi istrinya.

Kendra menidurkan dirinya di ranjang di samping Aleera. Ranjang ini memang tidak besar, tapi cukup untuk tidur 2 orang. Tanpa sadar Kendra ikut tertidur di samping Aleera.

Kendra meraba ranjang di sampingnya. Matanya langsung terbuka saat dirinya tidak mendapati adanya Aleera disana. Dengan segera Kendra beranjak dar ranjang dan keluar kamar.

Baru saja Kendra keluar kamar, indra penciumannya langsung bisa mencium aroma yang tidak asing untuknya. Kendra berjalan ke dapur. Dan benar saja, di meja dapur Kendra mendapati Aleera sedang menikmati mie cup instan.

“Aleera…Kenapa kamu makan mie instan? Itu nggak baik buat baby Ly.” Kendra yang terkejut mendapati Aleera sedang memakan makanan tidak sehat seperti itu tanpa sadar menaikkan nada suaranya.

Mendengar suara keras Kendra membuat Aleera juga terkejut hingga tanpa sadar menjatuhkan garpunya.

“Aku laper Bang. Dan di lemari cuma tinggal ini.” Ujar Aleera dengan suara lirih.

Melihat Aleera yang seperti ketakutan membuaat Kendra sadar kalau dia sudah melakukan sebuah kesalahan.

“Kenapa nggak bangunin Abang kalau kamu mau makan hem?” Ujar Kendra dengan suara lembutnya. Kendra tidak ingin membuat Aleera semakin takut kepadanya.

“Abang tidur, aku takut ganggu Abang.” Jawab Aleera seraya menundukkan kepalanya.

Kendra berjalan mendekat dan duduk di samping Aleera.

“Meskipun Abang lagi tidur atau lagi sibuk yang lainnya, kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa minta sama Abang Ly. Sekarang Abang suami kamu, kamu bebas minta apa saja sama Abang. Selama Abang sanggup pasti akan Abang lakukan.” Ujar Kendra seraya mengusap lembut punak kepala Aleera.

Aleera hanya diam menundukkan kepalanya.

“Ini mienya jangan di makan ya, ini nggak baik buat perkembangan baby.” Ujar Kendra seraya menyingkirkan mie cup dari depan Aleera.

Aleera seketika mendongakkan kepalanya.

“Tapi masih laper…” Ujar Aleera dengan suara lirih.

“Delivery order aja ya, atau mau pergi cari makan aja. Kamu pengen makan apa?” Tanya Kendra dengan lembut.

Aleera terdiam….

“Ly…” Panggil Kendra karena Aleera justru terdiam.

“Sate lontong kaya yang Abang beli beberapa hari yang lalu.” Jawab Aleera.

Kendra melihat ke arah jam yang ternyata masih menunjukkan pukul 3 sore.

“Tapi disana bukanya jam 7 Ly.” Ujar Kendra kepada Aleera.

Mata Aleera berkaca-kaca mendengarnya.

“Kalau gitu biar aku makan ini aja Bang.” Ujar Aleera seraya menatap mie cupnya.

Dengan cepat Kendra menggelengkan kepalanya.

“Kita pergi bareng-bareng aja cari sate lontongnya.”