Melodi sunyi berdendang indah di keheningan malam. Detak bisu memecah kesunyian dalam langkah-langkah sepi. Dalam diam, kata-kata berseru keras dalam hati.
Jihan malam ini berniat ingin memberikan kejutan kepada suaminya karena beberapa hari tidak pulang ke rumah disebabkan ada kerjaan di luar kota.
Tapi kenyataannya, Jihan lah yang mendapatkan kejutan. Jantungnya meletup-letup, darah panas mendidih mengalir sampai ke ubun-ubun. Jihan tak mampu bersuara, hanya tetesan air mata yang mewakili perasaannya.
Tepat di depan matanya, suaminya tidur bersama seorang wanita tanpa busana dalam satu selimut sambil berpelukan.
Apa yang akan terjadi?
Ikuti terus jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Kotak Hitam
Jihan meminta izin kepada keluarganya untuk membawa Arsen ke rumah sakit. Kedua orang tua Satria sangat mengkhawatirkan keadaan Arsen. Mereka akan mengirimkan orang untuk membawa Arsen ke rumah sakit. Tapi Jihan berhasil meyakinkan om dan tantenya, Jihan bisa mengatasi semuanya.
Jihan kembali ke kamar 1111 untuk berganti pakaian. Arsen duduk di sofa memegang dadanya yang terasa sakit. Setelah berganti pakaian Jihan, Alan, Erwin dan Arsen menuju rumah sakit.
"Apa yang kamu rasakan Yank?" tanya Jihan.
"Sakit di dada. Obat apa sih yang dikasih karyawan hotel itu?"
"Obat tidur dosis tinggi," jawab Jihan.
"Seandainya Arsen gak minum obat tidur apa yang terjadi?" Erwin menggoda Jihan.
"Pasti Arsen dan Elin ...." Alan melirik Jihan dari balik kaca spion.
Jihan tersenyum menatap kedua kakaknya di kursi depan mobil. Kebetulan sebelum meninggalkan hotel, Jihan dikasih buah-buahan oleh tantenya. Jihan mengambil mentimun dari dalam keranjang dan pisau buah.
"Untung gak kejadian. Kalo tidak 'si junior' nasibnya akan seperti ini," Jihan mengangkat mentimun dengan tangan kiri dan memotong-motong kasar mentimun dengan tangan kanannya.
Arsen menelan saliva sembari menatap "si junior' yang tertutup rapi di balik celananya. Bisa-bisa nasib 'si junior" seperti potongan timun yang berhamburan di lantai mobil teriris-iris tak beraturan.
"Kok sekarang kamu kejam amat Dek?" lirik Alan dari balik spion.
Jihan duduk bersandar sambil menarik napas panjang. Jihan kemudian mulai terbuka kepada suami dan kedua kakaknya.
Semenjak Jihan sembuh dari amnesianya. Jihan diam-diam belajar ilmu bela diri. Jihan juga belajar menembak di suatu tempat. Dari sana Jihan bertemu dengan orang yang senasib dengannya. Jihan dan temannya saling bercerita.
Teman yang tidak mau Jihan sebutkan namanya itu membantu Jihan mencari bukti tentang kejahatan Leena. Bukti rekaman CCTV di tangga darurat perusahaan OK dan rekaman CCTV di ruang rumah sakit tempat Jihan dirawat, teman Jihan juga yang menemukan. Dia selama ini juga mencari keberadaan Leena.
Beberapa bulan ini Jihan juga mempunyai beberapa pengawal. Selama di Kota A, Jihan selalu diikuti orang tidak dikenal. Beberapa kali Jihan hampir celaka. Untung pengawal Jihan selalu bisa membereskan masalah.
Orang yang mencelakai Jihan tidak bisa dimintai keterangan. Mereka hanya menjawab dibayar untuk menyakiti atau membunuh Jihan. Rata-rata mereka yang dipilih adalah mereka yang hidupnya sangat mendesak keuangan seperti terlilit pinjol.
Sebelum melakukan aksinya, mereka akan ditransfer sejumlah besar uang. Uang itu bisa melunasi pinjol dan masih ada sisa untuk keperluan hidup mereka. Jika mereka menolak, mereka akan dilaporkan karena melakukan pemerasan.
"Kok kamu gak cerita Dek? Mengapa kamu menyimpan ini sendirian?" Alan merasa Jihan semakin dewasa sekarang.
"Aku bukan Jihan yang dulu lagi kak. Aku sudah menikah dan merasakan dua kali keguguran. Aku bukan wanita lemah yang seenaknya disakiti. Aku akan melawan. Aku akan mencari pembunuh bayiku. Dia adalah seorang wanita. Yang menabrakku di villa waktu itu adalah wanita. Dia memakai topi dan kaca mata hitam. Aku akan terus mencarinya!" Jihan mengenggam erat jemari tangannya.
"Yank, sekali lagi aku minta maaf. Aku tidak dewasa. Aku tidak marah waktu itu. Aku cuma merasa di dekatku kamu dalam bahaya. Aku tidak bisa melindungi istri dan anakku. Tidak ada yang lain, hanya itu, maaf. Kali ini aku akan lebih terbuka padamu," Arsen memejamkan mata masih menahan sakit.
"Setiap orang pasti mempunyai kesalahan. Aku harap Kak Arsen tidak seperti dulu," jawab Jihan.
Mereka tiba di rumah sakit. Arsen diperiksa Dokter. Jihan tiba-tiba melihat pria yang waktu di villa sakit perut duduk di lobby rumah sakit. Jihan masih mengingatnya. Jihan menghampiri.
"Permisi, apa Anda mengenal saya?" Jihan bediri di hadapannya.
Pria itu perlahan mengangkat kepalanya. Dia melihat Jihan dari ujung kaki sampai pandangan mata mereka bertemu. Pria itu membelalakkan matanya. Dia menangis melihat Jihan.
"Maaf, Anda kenapa?"
"Terima kasih kemarin telah menolong saya. Dan maaf waktu Anda kecelakaan saya tidak bisa membantu. Setelah saya mendengar bunyi benturan yang sangat kencang. Saya dan taxi yang saya tumpangi kembali. Saya sempat melihat Anda tergeletak berlumuran darah. Saya mengira Anda sudah tiada," pria itu menghapus air matanya.
"Terima kasih atas perhatian Anda. Nama saya Jihan," Jihan mengulurkan tangannya.
"Raja," Raja membalas uluran tangan Jihan.
Raja memandangi sekitarnya. Raja berdiri. Raja seolah waspada terhadap sesuatu.
"Maaf saya harus pergi. Jaga diri Anda baik-baik," Raja bergegas keluar dari rumah sakit.
Jihan diam-diam mengikuti Raja. Raja berjalan dengan cepat menuju jalan raya. Raja berdiri di pinggir jalan. Sebuah mobil Jeep berhenti di samping Raja. Beberapa orang terlihat bertengkar dengan Raja. Raja dibawa paksa masuk ke dalam mobil. Mobil Jeep melaju kencang menghilang di jalan yang padat.
Jihan sedikit berlari memperhatikan plat mobil Jeep. Jihan meminta pengawalnya untuk mengejar mobil Jeep yang membawa Raja.
Jihan kembali masuk ke dalam rumah sakit. Arsen, Alan dan Erwin duduk menunggu di lobby rumah sakit. Arsen hanya butuh istirahat yang cukup dan minum obat yang diberikan Dokter.
Mereka memutuskan kembali ke hotel tempat Jihan menginap. Arsen ingin tinggal bersama Jihan. Setelah Alan mengabarkan kondisi Arsen pada papanya Arsen. Arsen disuruh istirahat dan semua pekerjaan akan diurus oleh orang kepercayaan Ilham.
Arsen juga diizinkan pulang ke tanah air bersama Jihan. Arsen memeluk Jihan di dalam mobil sambil memejamkan mata. Jihan membuka pesan dari pengawal pribadinya. Jihan memperbesar foto yang dikirim ke ponselnya.
"Ini dia. Dia yang menjemput Elin di depan kantormu Yank," Jihan menyenggol Arsen.
"Kirim ke Papa. Biar Papa yang ngurus semua," Arsen kembali menutup matanya.
Jihan menuruti perintah Arsen. Jihan mengirim foto itu kepada papa mertuanya. Secara singkat Jihan memberi tahu siapa Maha Rani yang Jihan dapat informasinya dari Elin. Dan Maha Rani di kabarkan sudah terbang ke Kota A.
Mereka tiba di hotel. Arsen berisitirahat sejenak di tempat tidur. Jihan masuk ke dalam kamar mandi. Suara bel berbunyi. Arsen dengan malasnya bangun dari tempat tidur menuju pintu.
"Permisi, ada kiriman untuk Nyonya Jihan," karyawan hotel memberikan sebuah kotak hitam kepada Arsen.
"Terima kasih," Arsen mengambil dan menaruhnya di atas meja.
Arsen kembali berbaring ke tempat tidur. Arsen memejamkan mata. Jihan sudah wangi keluar dari kamar mandi. Jihan melihat kotak hitam di atas meja.
"Yank, kotak apa ini?" tanya Jihan.
"Tadi ada yang ngantar paket untuk Nyonya Jihan," jawab Arsen tanpa membuka mata.
Jihan mengangkat kotak hitam. Jihan memperhatikan sekeliling kotak. Jihan juga mengguncang kotak hitam. Jihan mengendus kotak hitam itu. Jihan dengan sedikit berlari menuju pintu. Jihan membuka pintu kamarnya dan melempar kotak hitam itu ke luar kamarnya.
BOOOOOM!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...