Sebuah cerita perjuangan hidup seorang ayah yang tinggal berdua dengan putrinya. Meski datang berbagai cobaan, selalu kekurangan, dan keadaan ekonomi yang jauh dari kata cukup, tapi keduanya saling menguatkan.
Mereka berusaha bangkit dari keadaan yang tidak baik-baik saja. Ejekan dan gunjingan kerap kali mereka dapatkan.
Apakah mereka bisa bertahan dengan semua ujian? Atau menyerah adalah kata terakhir yang akan diucapkan?
Temukan jawabannya di sini.
❤️ POKOKNYA JANGAN PLAGIAT GAESS, DOSA! MEMBAJAK KARYA ORANG LAIN ITU KRIMINAL LHO! SESUATU YANG DICIPTAKAN SENDIRI DAN DISUKAI ORANG MESKI BEBERAPA BIJI KEDELAI YANG MEMFAVORITKAN, ITU JAUH LEBIH BAIK DARI PADA KARYA JUTAAN FOLLOWER TAPI HASIL JIPLAKAN!❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Selamat Tinggal
Baru di rawat dua hari di rumah sakit, Nur memaksa ingin terus pulang. Dia kangen Ayu. Di rumah sakit, anak kecil tidak boleh masuk ikut menjenguk. Meski Teguh sudah bilang untuk bersabar dan menunggu sampai kondisi Nur membaik tapi kali ini Nur sangat keras kepala. Keinginannya untuk pulang tak bisa di cegah.
Teguh menanyakan pada dokter apakah boleh mengajak istrinya pulang. Dan kata dokter, jika pasien ingin meninggalkan ruang ICU ada dua kemungkinan yang pertama pasien tidak memerlukan lagi terapi intensif karena keadaan membaik atau terapi telah gagal dan prognosis dalam waktu dekat akan memburuk, serta manfaat terapi intensif sangat kecil.
Jujur Teguh tak mengerti. Yang dia tahu, Nur hanya ingin segera pergi dari rumah sakit dan kembali pulang.
"Jadi suaminya yang bertanggung jawab sepenuhnya dengan kepulangan paksa pasien ya dok?" Tanya suster itu menyelesaikan tugasnya membereskan tempat tidur yang sempat di gunakan Nur. Karena pada akhirnya Nur diijinkan pulang meski dokter sudah menjelaskan resiko serta akibat kepulangan Nur kepada suaminya. Dokter Fajar hanya mengangguk tanpa bersuara.
"Kita tidak bisa menahan pasien atau keluarganya untuk terus berada di sini." Terangnya, lalu berjalan meninggalkan ruangan itu setelah melakukan visite dokter.
Nur tiba di rumah. Perempuan itu begitu merindukan putrinya. Saat ini dia menatap tanpa berkedip pada putri kecilnya yang sedang tertidur pulas di kamar mereka.
"Nur.. Alhamdulillah sudah pulang kamu. Sudah sembuh ya Nur? Ayu rewel banget pas kamu di rumah sakit kemarin. Mana dari kemarin enggak mau makan lagi. Mertua kamu bingung jadinya, udah dibikinin bubur, digorengin telur, dibeliin bakso juga enggak dimakan sama si Ayu." Kata tetangga yang menjenguk Nur di rumahnya.
"Sudah sembuh kok mbak. Makasih ya mbak mau bantu jagain Ayu." Jawab Nur pelan.
"Dek, istirahat ya.. kata dokter kan kamu harus banyak istirahat. Jangan kecapean, makan dulu ya.. Abis itu minum obat." Kata Teguh saat para tetangga yang menjenguk Nur sudah pulang semuanya.
"Mas.. Aku mau tidur bareng Ayu ya.."
Teguh mengerti, mungkin saat ini Nur kelelahan. Teguh menyelimuti istri dan anaknya. Dia bisa melihat tangan Nur membelai lembut rambut Ayu, menciumi pipi dan kening Ayu beberapa kali.
"Dek.. Kamu tidur aja. Aku ke dapur dulu ya, masak air buat mandi kamu sama Ayu nanti."
Teguh masih bisa melihat senyum itu sebelum dia benar-benar meninggalkan kamar menuju dapur. Beberapa saat setelah memastikan api menyala, Teguh kembali ke kamar. Memeriksa apakah Ayu sudah bangun atau mungkin Nur memerlukan sesuatu.
Ternyata benar, Ayu sudah bangun dari tidur. Namun tanpa menangis atau pun merengek seperti kebanyakan anak kecil lainnya. Ayu sekarang sedang memeluk ibunya dengan tangan kecilnya. Teguh yang melihatnya tergerak untuk mendekati istri serta anaknya.
"Ibu bubu.." Kata Ayu terbata.
"Iya Yu. Ibu bobo, Ayu makan dulu yuk. Bapak suapin, abis itu mandi."
"Ibu.. ibu.." Ayu memanggil-manggil ibunya ketika Teguh akan mengendong Ayu dengan maksud agar putrinya itu tidak mengganggu Nur yang sedang tertidur.
Perasaan Teguh tak enak. Teguh duduk di tepi tempat tidur, dia sedikit mengguncangkan tubuh Nur, "Dek.." Panggilnya. Tak ada respon. Teguh sudah berpikir yang tidak-tidak.
"Dek.. Bangun dek.."
Sedikit lebih keras Teguh memanggil Nur yang masih terpejam.
"Dek! Ya Allah bangun dek...!" Kali ini Teguh membuat Ayu menangis. Karena anak kecil itu berpikir bapaknya sedang memarahinya atau ibunya. Tangisan Ayu membuat mata indah itu terbuka. Tangis Teguh tak terbendung. Rasanya untuk beberapa saat tadi nafasnya tercekat di tenggorokan. Untungnya dia tak berteriak lebih kencang lagi tadi.
"Iya mas.. Ayu kenapa nangis nak? Sini sama ibu.." Nur memeluk Ayu yang masih menangis.
"Mas kenapa?" Tanya Nur yang sekarang membenamkan mukanya pada samping paha istrinya. Nur lantas mengusap rambut suaminya.
"Kamu enggak tahu gimana takutnya aku tadi dek.. Aku takut,, aku takut kamu enggak bangun lagi tadi.. Dek aku enggak mau kamu ninggalin aku, ya Allah.."
Nur ikut meneteskan air mata. Sebenarnya dia juga takut.. Dia sangat takut jika harus berpisah dengan suami dan anaknya. Bahkan lebih dari yang Teguh rasakan. Itulah sebabnya mengapa Nur tak mau berlama-lama di rumah sakit. Dia tidak ingin menghabiskan waktu yang mungkin hanya tinggal hitungan bulan, atau hari atau jam yang dia sendiri tak tahu itu hanya dengan berbaring di ranjang rumah sakit.
"Jangan seperti ini mas.. Ayu bisa makin kenceng nangisnya." Nur masih bisa menyembunyikan ketakutan yang dia rasakan.
"Mas.." Teguh tak menjawab. Dia memeluk Nur, mendekapnya tanpa suara. Nur membalas pelukan itu.
Semua pasti berubah, mau tidak mau. Semua pasti berpisah, ingin tidak ingin. Semua pasti berakhir, siap tidak siap.
Perpisahan bukan berarti berhenti menyatukan hati, meski tidak ada di satu tempat yang sama.
Perpisahan yang sebenarnya adalah ketika seseorang tidak pernah saling mengingat lagi.
'Aku takut saat memejamkan mata, dan tak lagi bisa membukanya. Aku takut saat membuka mata, malah berada ditempat yang berbeda. Aku takut ditempat berbeda tak ada kamu dan anak kita..'
'Tapi percayalah.. Sekarang ketakutan itu telah hilang.. Aku ikhlas menjalani takdirku. Meski butuh waktu.. aku yakin kamu kuat tanpaku.. Aku yakin kamu bisa menjaga titipan yang diamanahkan Allah kepada mu. Jangan larut dengan kesedihan, lihat anak kita yang ikut menangis tiap kali air matamu jatuh. Mas.. sampai di sini aku menyerah, bukan menyerah untuk berjuang denganmu, atau menyerah karena hujaman rasa sakit ini.. bukan tapi aku menyerah pada takdirku. Mas.. Aku cinta kamu. Dari pertama kali aku melihatmu sampai tiba saatnya tertutup mataku. Aku cinta kamu.'
Pagi itu tak lagi sama.. Meski sudah sekuat tenaga Teguh menyuruh Nur bangun tapi, mata Nur tak juga terbuka. Nur berpulang. Nur meninggalkan dunia dan kembali kepada pemilik Sejati nya. Teguh seperti orang kehilangan akal saat dihadapkan dengan kenyataan jika kebersamaannya dengan istrinya akan secepat itu berakhir.
Dia terus menjerit berteriak menyuruh Nur membuka mata. Pemandangan yang membuat siapapun ikut merasakan haru. Ayu yang tidak mengerti dengan keadaan yang terjadi sekarang ini jadi ketakutan melihat bapaknya, dia ikut menangis. Nenek Ayu segera membawa Ayu ke rumahnya. Takut bocah kecil itu trauma atau kena sawan nantinya.
Sebelum adzan subuh Nur meminta Teguh bangun untuk sholat subuh berjamaah. Teguh menurutinya.
"Bantu aku pakai mukena ya mas.." Ucap Nur lirih.
Teguh tersenyum dan kembali menuruti permintaan istrinya. Teguh tidak tahu jika saat itu Nur sudah merasakan sakit yang teramat sangat pada kepalanya. Pandangan Nur saja sudah kabur. Dia tak bisa dengan jelas melihat muka Teguh. Tak bisa melihat senyum Teguh untuknya.
Selesai sholat, setelah ucapan salam... Seperti kebiasaan muslim lainnya Teguh melihat ke belakang karena sudah jadi kebiasaan Nur pasti akan mencium tangannya. Tapi, dia terkejut saat melihat Nur masih pada posisi sujud.
Hati Teguh mendesir. Dia tahu ada yang tidak beres. Tapi dia menampik perasaan itu. Dipanggilnya istri sholehah nya.. Tak ada jawaban. Air matanya sudah jatuh tak terbendung. Saat dia pegang bahu itu, Teguh jadi seperti orang gila yang terus berteriak meminta Nur agar bangun dan membuka mata.
✨✨✨✨✨✨✨✨✨
Kemarin engkau masih ada di sini
Bersamaku menikmati rasa ini
Berharap semua takkan pernah berakhir
Bersamamu... Bersamamu
Kemarin dunia terlihat sangat indah
Dan denganmu merasakan ini semua
Melewati hitam-putih hidup ini
Bersamamu... Bersamamu
Kini sendiri di sini
Mencari mu tak tahu di mana
Semoga tenang kau di sana
Selamanya
Aku slalu mengingatmu
Doakan mu setiap malam ku
Semoga tenang kau di sana
Selamanya
mgkn noveltoon bs memperbaiki ini..