Ditinggalkan oleh sang ayah sejak kecil,membuat hidup seorang Galencia Pramudya penuh dengan luka.Hidup serba kekurangan namun tak pernah ia mengeluh.
Hinaan dan bullyan di sekolahnya seolah menjadi makanannya setiap hari,keadaan memaksanya untuk tumbuh menjadi gadis yang kuat.
Dari sekian banyak mimpinya,namun hanya satu yang paling ingin ia raih yaitu sebuah Kebahagiaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IAB 13
Di sebuah ruangan serba putih dengan bau khas obat-obatan,empat orang manusia beda generasi berdiri menatap seorang gadis yang masih enggan membuka matanya.Nampak raut wajah ke empatnya begitu khawatir,apalagi saat mendengar hasil pemeriksaan dokter membuat keempatnya terlebih sang bunda terpukul dan semakin merasa bersalah.
Cia,gadis cantik dan manis itu ternyata menjadi korban bullying dan cenderung ke penganiayaan.Dari luka-luka yang terdapat di tubuhnya,kejadian ini bukan hanya satu kali.Tapi lebih dari tiga kali dan bahkan hasil visum lebih membuat keempatnya semakin sedih jika,luka yang di dapat Cia sudah aya yang lebih dari satu tahun.Beruntung lukanya tidak sampai melukai organ vitalnya.
"Bunda sudah gagal menjadi seorang ibu "
"Sudahlah bun,jangan terus menyalahkan diri sendiri.Kita tidak tau apa alasan Cia tidak memberitahukan kita bahkan bunda ibu nya sendiri" Adrian tidak ingin sang istri larut dalam kesedihannya,nasi sudah menjadi bubur tidak mungkin bisa di ulang kembali.Tugasnya sekarang adalah mengobati Cia,fisik maupun mentalnya.Karena menurut dokter bisa jadi berpengaruh juga pada mentalnya.
"Papa benar bun,yang harus kita pikirkan sekarang adalah kesembuhan adek "
"Dirga akan mengusut semuanya,Dirga yakin ada yang tidak beres dengan sekolahnya adek"
"Benar bang,gue curiga ini perbuatan teman-temannya.Gue akan bantu lo bang "
"Sekarang ini adek sudah menjadi tanggung jawab kalian berdua juga,jadi selesaikan secepatnya.Kalian pasti tau apa yang harus di lakukan kan? Papa percayakan masalah ini pada kalian berdua,segera hubungi papa jika kalian mendapatkan kendala " Adrian percaya kedua anak laki-laki nya bisa menangani masalah ini.Terlebih Dirga,karena ia tau Dirga lebih pintar,tegas dan kejam dari dirinya.
"Papa tenang aja,Dirga tidak akan pernah melepas orang yang sudah menyakiti keluarga kita " Terlihat raut wajah Dirga berubah dingin,ia yakin akan segera mendapatkan jawabannya.Orang itu! Siapapun orangnya tidak akan pernah ia lepaskan.
"Gue punya rencana bang" Arga kembali mengingat sesuatu,ia memberitahukan rencana nya membuat Dirga mengangguk mengerti dan setuju.Begitupun dengan Adrian,rencana Arga seperti tidak akan lama lagi akan membuat sang pelaku ketahuan.
"Terimakasih ya nak karena sudah peduli dengan Cia,maaf bunda merepotkan kalian"
"Bunda bicara apa? Cia itu adik kami,jadi sudah menjadi kewajiban kita untuk melindungi adek.Do'akan saja semoga masalah ini cepat terpecahkan"
Dirga dan Arga maju memeluk sang bunda,mereka memang sedih tapi sang bunda lah yang lebih sedih.Mereka harus saling menguatkan untuk sang adik.
"Bunda " Suara lirih Cia membuat semuanya mengalihkan pandangan pada Cia.Cia tersenyum namun tak lama ia terhenyak saat melihat ruangan di sekitarnya yang berbeda.
"Cia sudah bangun,mana yang sakit nak?" Bunda langsung memeluk Cia,airmatanya tak bisa ia hentikan.Bunda sudah berusaha kuat,tapi salahkan saja
airmatanya yang tak mau berhenti.
"Cia tidak apa-apa bun,maaf Cia membuat bunda khawatir.Maaf juga sudah merepotkan papa dan abang"
Adrian ikut memeluk Cia "Jangan bicara seperti itu,Cia anak papa juga.Jangan seperti ini lagi ya.Kalau ada apa-apa segera bilang sama papa dan abang "
"Adek mau apa? Minum atau makan?" Arga segera menghampiri Cia saat kedua orangtuanya melepas pelukan dari sang adik.
"Cia mau minum bang " Cia berusaha bangun,namun kepalanya masih terasa berat.Dengan sigap Dirga langsung membantu Cia,ia duduk di belakang Cia dan menyandarkan tubuh Cia pada dada nya.Cia kembali di buat berdebar dengan perlakuan sang kaka pertama.
"Makan dulu,kata bunda kamu belum sempat maka tadi " Suara Dirga masih terasa dingin di telinga Cia membuat Cia tidak berani membantah.Arga mengambil makan dan menyuapinya pada Cia,ingin membantah namun suara deheman Dirga membuat ia kembali melipat bibirnya.
Adrian dan Bunda di buat terkekeh melihat kelakuan ketiga anaknya,mereka memperhatikan ketiganya dari sofa "Cia kayanya masih takut sama abang Dirga mas"
"Iya,tapi gak usah khawatir bun.Dirga emang keliatannya dingin tapi percaya deh dia itu sebenarnya baik banget dan juga keliatan sayang banget sama Cia "
"Iya mas,bang Arga juga keliatan sayang banget sama Cia.Makasih ya mas sudah mau menerima kami"
"Kamu tuh udah keseringan bilang gitu,mas jadi bosen dengernya.Awas saja kalau sampai sekali lagi ngomong gitu,mas gak kasih ampun "
Pipi bunda langsung bersemu merah mendengarnya,walaupun umurnya tidak muda lagi namun ka masih suka malu jika membahas masalah intim dengan sang suami.
"Pengantin baru mohon di kondisikan,di depan anda ada 3 jones" Ucapan Arga membuat bunda semakin malu
"Kamu aja yang jones,kita mah biasa aja tuh ya dek.Kita itu jomblo terhormat. "
Cia dan kedua orangtuanya tersenyum mendengar ucapan Dirga yang menurutnya sedikit menghibur Cia.
"Cih,lo mah emang jomblo karena gak laku aja bang.Percuma muka ganteng duit banyak tapi sifat dingin dan kejam,ya mana ada cewe yang mau sama lo "
"Kamu lagi ngomongin diri sediri ga? " Adrian membuat Arga mati kutu,memang benar.Dirinya dan sang abang tidak jauh beda,hanya saja Arga masih mau bicara dengan yang namanya cewe.Sedangkan Dirga sama sekali pernah mengajal bicara cewe lain selain keluarga atau kolega nya.
"Tapi setidaknya cewe-cewe tuh banyak yang pada ngantri minta di bonceng sama Arga"
"Memangnya abang ngojek ya ?" Pecah sudah tawa Dirga dan orang tuanya mendengar pertanyaan absurd dari Cia.Sungguh Cia terlihat begitu menggemaskan namun mulutnya juga ternyata bisa absurd juga.
"Ya ampun dek,masa wajah gini di bilang tukang ojek sih "
"Maaf bang,Cia becanda "
Suasana ini terasa begitu hangat,suasana yang tak pernah Cia impikan sedikitpun.Namun bagi Arga dan Dirga inilah suasana yang mereka nantikan selama bertahun-tahun.
"Sudah malam,sebaiknya bunda dan papa pulang saja.Malam ini adek biar kita yang jaga "
"Dirga benar bun,lebih baik kita pulang dan istirahat.Malam ini biar mereka berdua yang menjaga Cia Besok pagi bunda bisa datang menggantikan mereka sambil mas berangkat kerja"
"Tapi kan besok abang Dirga harus kerja juga,abang Arga juga harus kuliah "
"Gak apa-apa bun,besok Arga jadwal nya agak siang ko "
"Abang juga gak apa-apa bun telat masuk juga "
"Yoi,kantor sendiri mah bebas ya kan bang!"
"Ck,walaupun kantor sendiri juga tetap harus disiplin,Kamu juga Ga .Kuliah harus bener-bener biar cepet lulus,papa mulai kewalahan ngurus pabrik sama toko sendiri.Apalagi bulan depan cabang kita di negara A sudah mulai buka,papa harap kamu sudah siap untuk itu "
"Ada bang Dirga pa,kenapa gak abang aja sih yang ngurus cabang Negara A "
"Abang lagi banyak kerjaan Ga,apalagi kalau rencana kita berhasil dan terbukti.Abang akan segera mengakuisi yayasan itu,toh papa punya kuasa penuh terhadap yayasan itu.Jadi sudah waktunya yayasan itu kita yang pimpin sesuai amanat dari opa "
"Bunda,Cia pulang aja ya.Besok Cia ada ulangan,kalau gak ikut nanti gak dapat nilai dan terancam pencabutan beasiswa kaya waktu itu " Ucapan spontan Cia membuat semuanya terpaku dan menatap Cia penuh tanya.
"Maksud nya gimana dek ?"
"Eh,enggak ko bang.Cia besok ada ulangan,sayang aja kalau gak ikut soalnya Cia udah ngapalin dari kemarin" Cia terlihat gugup melihat tatapan Dirga dan Arga.Apalagi Dirga,sorot matanya seolah menusuk kedalam jantungnya.
"Ya sudah Cia hati-hati ya,segera sembuh.Kalau ada apa-apa bilang sama abang " Adrian memecah ketegangan,ia mencium kening sang anak kemudian mengajak sang istri pulang.
"Cia istirahat ya biar cepat sembuh,bunda pulang dulu.Besok pagi bunda datang lagi,tidur!jangan memikirkan sekolah atau apapun biar cepat sembuh dan bisa pulang lagi ke rumah"
"Iya bunda,makasih! Bunda juga hati-hati ya "
Keduanya langsung keluar dari ruangan Cia setelah berpamitan pada ketiga anaknya.Cia menatap pintu yang kembali menutup,ia meloloskan napas lemahnya.Hatinya sedih dan merasa bersalah karena membuat sang bunda khawatir.
"Dek,bang gue ke kantin dulu ya mau ngerjain tugas dulu ya.Lupa gue kalau punya tugas dan harus di serahkan sekarang.Kalau udah pada ngantuk tidur duluan aja "
"Maaf pasti karena sibuk ngurusin Cia ya bang"
"Dih PD banget sih dek,orang ni tugas dari minggu lalu.Cuma abang lupa buat ngerjain,dah ah abang keluar dulu ya " Arga langsung bergegas keluar kamar,ia tak mau membuat sang adik semakin merasa bersalah karena memang benar Arga harus menunda mengerjakan tugasnya karena harus mengurus sang adik tadi.Cia kembali menatap pintu kamarnya,mendadak atmosfer di kamarnya terasa mencekam.
"Mau tidur sekarang ?"
Cia menggelengkan kepalanya,matanya sudah tidak mengantuk namun badannya masih terasa lemas.Ia hanya ingi berbaring saja.
"Ya sudah kita ngobrol aja,abang temani adek sampe adek ngantuk"
"Tapi kan abang besok harus kerja,kalau besok pas kerja ngantuk terus ketiduran gimana?.Bisa-bisa abang di pecat"
Dirga terkekeh mendengar perkataan sang adik,apakah adiknya lupa atau hanya menggodanya.Cia terpana melihat Dirga tertawa,jantungnya kembali berdebar cepat "Ya Allah perasaan apa ini? Tolong segera hilangkan Ya Allah !"
"Abang bos nya loh kalo kamu lupa.Kamu tuh ya,luka di kening gak mungkin bikin kamu amnesia kan?"
"Abang!" Cia cemberut,tanpa sadar ia berucap manja pada Dirga membuat Dirga diam mematung."Kenapa jantung ini berdebar lagi?Jangan bilang rasa ini benar untuk Cia "
Dirga menetralkan kembali perasaannya,ia harus bisa mengontrol lagi perasaanya.Ia tidak ingin membuat adiknya terluka dan membuat keluarganya kecewa.
"Adek udah bisa cerita sama abang kan tentang apa yang terjadi ?"
Melihat kondisi sang adik yang sedikit membaik membuat Dirga memberanikan diri bertanya,namun sayang Cia tetap bungkam.
"Kalau memang adek belum siap,gak apa-apa.Abang akan tunggu sampai adek siap,atau gak kalau Cia gak nyaman sama abang.Cia bisa sama bang Arga,biar Cia di temani bang Arga saja " Dirga beranjak namun terhenti saat tangan mungil Cia menahan ujung lengannya.
"Abang jangan pergi!"
Cia buru-buru melepasnya saat menyadari ia sudah langcang memegang lengan sang kaka."Abang disini aja" Pinta Cia membuat Dirga tersenyum tanpa sepengetahuan Cia.
Dirga kembali duduk dan menatap Cia "Jadi gimana?"
Cia menatap Dirga,Dua pasang mata itu saling menatap dalam membuat jantung keduanya memacu lebih kencang hingga Cia memutus duluan dan mengalihkan pandangannya "Beri Cia waktu,Cia belum siap.Ini terlalu berat untuk Cia "
Dirga menghela napasnya berat,menggali informasi dari sang adik begitu sulit.Ia harus bersabar,dan memang benar mungkin ia dan Arga harus bergerak sendiri.
"Ya sudah gak apa-apa,nanti saja kalau adek udah siap boleh cerita sama abang atau sama bang Arga dan juga papa.Untuk bunda,abang tau kamu tidak ingin bunda tau tentang masalah yang sebenarnya.Iya kan?"
Cia mengangguk,mungkin untuk bercerita pada sang papa akan ia pertimbangkan.Tapi bercerita pada sang bunda,sebaiknya tidak pernah.
"Udah sekarang bobo,untuk hp besok abang beli sendiri aja pulang kerja.No debat Ok!"
"Iya" lebih baik mengiyakan saja,toh protes pun tidak akan mungkin di dengar oleh sang kaka.Lagian Cia sudah tidak memikirkan lagi masalah hp,raganya dan batinnya sudah lelah memikirkan masalahnya.Ia hanya berharan semoga masalahnya bisa segera selesai.
Dirga membenarkan selimut Cia,ia mencium puncak kepala Cia "Bobo ya,biar cepet sembu ". Cia mengangguk,perlahan matanya tertutup dan terdengar napasnya mulai teratur membuat Dirga tersenyum dan mengusap pelan pipi Cia. "Aku janji akan lindungi kamu,dan aku janji akan membalaskan semua kesakitanmu.Tentang rasa ini,biarlah mengalir seperti air dan aku pastikan semua akan baik-baik saja."
......🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁......
jangan lama up nya kk /Drool/