Alana seorang gadis biasa yang sangat suka membaca novel di waktu senggangnya. Hingga ada satu novel yang membuatnya benar-benar sangat kesal.
Tapi siapa sangka ia justru terjebak menjadi pelayan dari penjahat utama dalam novel tersebut.
"Aku benar-benar akan mati jika terus begini." Gumamnya.
"Akh pangeran bajingan !" Umpatnya.
"siapa yang kau sebut bajingan ?"
"Mati aku..."
Dapatkah Melisa terus bertahan hidup dan dapatkah ia merubah akhir dari novel itu ? ayo saksikan kisahnya di "Transmigrasi menjadi pelayan pria jahat."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan hitam
Malam terasa dingin dengan angin yang berhembus semakin kencang, tampaknya hujan akan segera turun. Terlihat jelas dengan cahaya-cahaya yang berasal dari langit. Bintang dan bulan ikut tertutup dengan awan hitam. Tampak samar sosok hitam dengan tubuh yang tidak begitu jelas berdiri tepat di hadapan Alana. Wanita itu awalnya menunjukkan rasa takut hingga bayangan hitam memakannya membuat binar cahaya menghilang begitu saja dari matanya. Tatapan Alana berubah menjadi begitu kosong seakan-akan jiwanya telah pergi.
“GRRR,” geram monster tersebut lalu membuka mulutnya dengan begitu besar siap untuk memangsa gadis yang ada didepannya tersebut. Perlahan mendekat dengan air liur yang menetes dari mulutnya.
“SRET,” tiba-tiba muncul sinar yang membuat makhluk tersebut mundur beberapa langkah.
“Menjauh darinya,” ujar sosok pria dengan rambut hitam pekatnya. Rion dengan perlahan menarik Alana yang sejak tadi terdiam ke belakangnya. Menjaga wanita itu agar tetap aman.
“Tetap di belakangku,” gumam Rion dengan begitu pelan. Hingga makhluk tersebut menyerangnya tiba-tiba.
“BRAK,” Rion dengan cepat menghalau serangan tersebut dengan pedangnya.
“BUGH,” makhluk tersebut terlempar kebelakang karena kekuatannya yang jauh di bawah Rion. “GRRR,” dia menggeram kesal lalu mulai menyerang kembali pada Rion.
“SLING,” Rion dengan cepat menebaskan pedangnya. “GROAR,” hanya dengan satu tebasan makhluk itu hilang seketika. Sedangkan Rion menatap sekitar sejenak lalu membalik tubuhnya.
“Kau baik-baik saja?” tanyanya. Alana sama sekali tidak mengatakan apapun, ia tetap terdiam di tempat. Rion mengernyitkan dahinya saat menyadari ada yang aneh pada wanita tersebut.
“Alana?” panggilnya tapi tetap saja tidak ada respon dari wanita itu.
Rion mulai merasa tidak tenang saat mengetahui bahwa wanita tersebut tidak baik-baik saja. Ia dengan begitu hati-hati menyentuh bahu Alana. “Alana!” panggilnya dengan suara yang lebih keras. Berulang kali Rion melakukan hal yang sama tapi tetap tidak ada respon dari Alana.
Hingga kilat kembali membuat tempat itu terang sementara dan Rion bisa melihat bagaimana tatapan kosong dari mata Alana.
“Ini?” gumamnya. Raut wajah Rion berubah, ia terlihat tidak tenang dengan jantung yang berdetak semakin kencang.
“ROBIN! PANGGIL DOKTER KE KAMARKU!” teriaknya pada Robin yang baru saja tiba.
“Apa Anda terluka yang mulia?” tanyanya dengan cepat. “LAKUKAN SAJA!” kesal Rion lalu membawa Alana dalam gendongannya. Ia berjalan dengan begitu cepat bahkan pria itu sama sekali tidak perduli dengan orang-orang yang menatapnya dengan ekspresi kebingungan. Bagaimana tidak bingung jika tiba-tiba saja seorang putra mahkota yang terkenal begitu kejam dan tidak berbelas kasih kini menggendong seorang wanita.
‘Semua akan baik-baik saja,’ batinnya saat melihat bagaimana tatapan mata wanita itu yang masih begitu kosong.
Sedangkan di tempat lain saat ini Alana telah berada di sebuah ruangan yang tampak seperti kamar dengan seorang wanita yang duduk menatap jendela.
“Kali ini aku ada dimana? Apa reinkarnasi lagi ke tubuh orang lain? Atau menjadi hantu,” gumamnya saat menelusuri ruangan tersebut dengan langkah perlahan. HIngga ada perasaan yang begitu kuat membawa Alana untuk mendekat pada wanita dengan manik mata hazel tersebut. “Sepertinya aku pernah melihatnya tapi dimana ya?” gumamnya dengan begitu pelan hingga hanya ia saja yang bisa mendengarnya.
Alana tampak semakin dekat hingga ia melihat ekspresi wanita itu yang begitu aneh. Wajah wanita itu benar-benar pucat tampak penuh dengan kesedihan.
“Anda tidak apa-apa?” tanya Alana. Wanita tersebut tidak mengatakan apapun hingga Alana mencoba menyentuhnya tapi tangannya justru menembus tubuh wanita itu.
“Huh ternyata aku hanya roh saja,” gumamnya. Alana sudah sadar jika dia hanya seperti jiwa yang tidak terlihat.
“KREK,” pintu terbuka dengan perlahan menampilkan sosok pria dengan baju zirahnya.
“Maaf sebelumnya atas ketidaksopanan saya tuan putri, saya hanya ingin berpamitan pada Anda,” ujar pria itu dengan berlutut.
“Apa aku boleh meminta sesuatu?” tanya wanita tersebut dengan terus menatap kearah luar jendela.
“Saya akan memberikan segalanya termasuk nyawa saya,” ujarnya tanpa ada keraguan sedikitpun. Mendengar hal tersebut wanita dengan manik mata hazel tersebut memutar tubuhnya lalu berjalan mendekat pada pria yang masih bersimpuh tersebut.
“Ba-bagaimana jika jangan pergi?” tanya wanita itu. Suaranya terdengar begitu bergetar dan tentunya membuat pria itu menyadarinya. “A-aku dengar tidak ada kesatria yang dikirim ke sana lalu selamat. Kaisar melakukan ini untuk membunuhmu…Jadi jangan pergi kumohon…” tubuhnya semakin bergetar membayangkan hal-hal buruk yang akan terjadi.
Pria tersebut lantas berdiri lalu menatap wanita itu dengan memegang kedua bahunya.
“Tenang saja, aku akan baik-baik saja…lagipula bukankah kaisar telah berjanji jika aku berhasil maka aku bisa meminta apapun. Pada saat itu maka aku akan meminta agar bisa menikahi mu Hazel lalu kita bisa hidup bersama selamanya,” jelasnya begitu lembut.
“Ta-tapi kamu tau sendiri jika itu hanya akal-akalannya saja…hiks,hiks,hiks, a-aku benar-benar takut. Firasatku tidak bagus untuk ini jadi jangan pergi hiks,hiks,hiks.”
“Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja, aku janji…” pria itu lantas melihat bunga putih yang ada di vas bunga. “Aku akan kembali sebelum bunga itu gugur bagaimana?” tanyanya mencoba untuk meyakinkan.
Wanita dengan manik mata hazel tersebut menatap bunga abadi sejenak lalu menganggukkan kepalanya. “Tapi kamu harus benar-benar kembali, aku akan menunggumu benar-benar menunggumu. Jadi ingatlah untuk kembali apapun yang terjadi hiks…dan ja-jangan lupa selalu mengirim surat untukku,” ujarnya dengan air mata yang terus menetas.
“GREP,” pria itu memeluk wanitanya dengan begitu lembut.
“Semua akan baik-baik saja…” gumam pria tersebut. Sedangkan disisi lain Alana tanpa sadar meneteskan air mata. Ada perasaan aneh di hatinya yang membuatnya merasa begitu tersiksa.
“Tidak, tidak jangan biarkan dia pergi. Tidak…tidak,” gumam Alana dengan begitu panik. Padahal ia tidak mengenal dua orang tersebut tapi alam bawah sadarnya seakan-akan melarang pria itu untuk pergi.
Hingga pria tersebut pergi meninggalkan ruangan dengan senyuman manisnya lalu melambaikan tangannya dengan penuh keceriaan.
“Aku akan segera kembali,” ujarnya lalu wajahnya tidak bisa terlihat lagi karena pintu yang tertutup rapat.
“Tidak, jangan pergi!” teriak Alana sebelum tubuhnya benar-benar menghilang perlahan dan pandangannya mulai menghitam.
semangat terus ya buat ceritanya Thor 💪😊👍
terima kasih thor karna sudah up,,,tetap semangat up thor,,,💪💪💪
semangat terus ya buat ceritanya Thor
semangat terus ya buat ceritanya