Spin Off ANAK GENIUS: MENGANDUNG BENIH PRIA ASING. Sebelum membaca novel ini, silakan baca terlebih dahulu Novel S1 nya. Agar nyambung dan mengerti 🤗 Jangan lupa tap subscribe, tombol like, dan ulasan bintang 5 nya ♥️
*
Menikah adalah hal yang diinginkan oleh semua orang, begitu pun dengan Deana, dia sangat bahagia karena hari pernikahannya telah ditetapkan. Namun, siapa sangka jika calon suaminya malah berselingkuh di belakangnya tepat di hari ulang tahun kekasihnya itu sendiri.
Di saat sedang patah hati, seorang pria dewasa mampu meluluhkan hati Deana Pamungkas . Deana bisa move on karena pria itu, tetapi sebuah kenyataan terungkap jika pria itu adalah seorang duda.
Apakah Deana masih tertarik dengan duda tersebut dan dia tetap dalam tujuan utamanya?
Yuk simak kelanjutannya 🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 34 Kecopetan
Dua bulan kemudian.
Seorang pria tampan, berwajah tegas, dan berwibawa terlihat tengah mencari kunci mobilnya. Dia terus membongkar isi tas dan menggerutu tidak jelas.
"Dimana ku letakkan kuncinya? Argh! Semua hilang disaat yang tidak tepat."
Dari kejauhan, preman yang berjaga di wilayah itu memantau gerak gerik sang pria. Salah satu dari mereka berjalan menghampiri pria itu.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya bersikap sopan.
Pria tersebut menoleh. "Aku kehilangan kunci mobilku, tadi jatuh disekitaran sini." ujarnya tetap mencari.
Preman pun melihat kantong belakang pria itu, dia merasa ada mangsa baru. Tanpa perasaan, dirinya menarik dompet sang pria dan kabur begitu saja.
"Hei! Copet!" teriak pria itu ketika menyadari dompetnya hilang.
Sementara di tempat lain.
Seorang gadis cantik tengah berjalan santai, membawa sebuah paperbag berisikan beberapa kotak kue. Namun, seorang preman yang berlari dari belakangnya membuat paperbag gadis itu terjatuh, kue yang ada didalam sana pun berserakan di tanah.
Gadis itu mengepalkan kedua tangannya, dia menatap tajam ke arah preman itu.
"Dasar kurang ajar!" teriaknya tetapi preman tersebut langsung berlari kencang karena melihat pria tadi yang dompetnya dia curi.
Brugh!
"Aw!" gadis itu mengadu kesakitan sambil memegangi pundaknya.
"Apa kau tidak punya mata, hah?" Bentak sang gadis.
Pria itu hanya berdecak kesal, dia mencoba mengejar kembali preman tadi tetapi di cegah oleh gadis penjual kue.
"Kau tuli ya? Aku ini sedang bicara padamu!"
"Apa masalahmu?" akhirnya pria itu bersuara.
"Kau sudah membuat kue ku hancur, dan kau sudah membuat bahuku sakit lalu kau masih bertanya apa masalahku? Orang kaya selalu seperti ini, bersikap sesuka hati mereka." gerutu gadis itu sambil menunjukkan kue nya yang diinjak oleh sang pria.
"Kau—" ucapan pria itu terhenti karena ponselnya berdering.
"Iya, Ma?" jawabnya pada seseorang di seberang sana.
"Baiklah, aku akan segera pulang." ucapnya kemudian lalu menutup panggilan.
"Kau mau kemana? Ganti rugi dulu!'' pekik sang gadis.
"Aku akan menggantinya, tapi tidak sekarang. Dompetku baru saja di copet.''
Gadis tersebut menatap dari bawah sampai atas. "Gayanya saja seperti orang kaya, tapi ternyata kere." ejeknya lalu segera pergi.
"Dia bilang apa tadi? Kere? Apa dia pikir itu hanya alasanku? Gadis aneh!''
***
Setelah sampai dirumah, gadis itu masuk ke dalam dengan wajah lesu.
"Inara, Sayang. Ada apa? Kenapa cepat sekali pulangnya? Apa kau sudah mengantar kuenya?" tanya wanita paruh baya yang tak lain adalah Bibi Inara. Dia gadis yatim piatu, maka dari itu dirinya tinggal bersama dengan sang Bibi dan sepupu perempuannya.
"Nara habis kena musibah, Bi. Kuenya hancur, jadi tidak bisa diantarkan ke pelanggan." jawab Inara lemas.
"Hancur? Astaga, kok bisa?"
Inara pun menceritakan semuanya pada sang Bibi.
Bibi Inara mendengarkan dengan sabar, lalu menasehati. "Jangan sedih, Nara. Kita akan membuat kue lagi. Yang penting kau tidak terluka."
Inara mengangguk, memikirkan pria yang bertanggungjawab atas kehancuran kuenya. "Nara ingin tahu siapa pria itu, Bi."
"Sudahlah, Nak. Yang namanya musibah tidak ada yang tahu. Hari apes tidak ada di kalender." gurau Bibi membuat Inara tersenyum tipis.
Bibi menatap Inara yang masih terdiam di tempatnya. "Nara, jangan terlalu memikirkannya. Lebih baik sekarang kita membuat kue baru dan melupakan kejadian itu. Pelanggan terus menghubungi Bibi, menanyakan kuenya."
"Baiklah, Bibi." jawab Inara lalu mereka berdua pergi ke dapur
****
"Bukannya kamu pergi untuk mengambil kue pesanan Mama?" tanya Anjani pada putranya.
"Iya, Ma. Tapi masalahnya aku kecopetan. Tadi juga ada gadis yang tiba-tiba membuat perdebatan denganku."
"Astaga, Arya. Kau ini! Bagaimana bisa kau bertengkar dengan seorang gadis? Mama yakin kalau kau pasti melakukan kesalahan." ucap Anjani menebak.
"Kenapa Mama bisa berpikir seperti itu?" tanya Arya yang langsung duduk di sofa karena lelah berdiri.
"Karena Mama yang mengandungmu, melahirkanmu, merawatmu, dan membesarkanmu. Tentu saja Mama tahu bagaimana watak anak Mama." Anjani menyusul putra sulungnya yang sudah duduk di sofa.
"Tapi bukan sepenuhnya salahku, Ma. Dia yang berdiri ditengah jalan dan aku tidak sengaja menubruknya lalu dia malah marah-marah padaku. Dia sama persis seperti Mama, masalah kecil dibesar-besarkan."
"Apa kau bilang?'' Anjani menatap Arya dengan tajam, sementara sang terdakwa hanya mengumpat dan memukul bibirnya.
'Astaga, bodoh! Kau membangunkan singa yang tidur, Arya.' batinnya kesal.
Suasana semakin mencekam, Anjani tidak memalingkan tatapannya. Dia seperti ingin memakan sang putra hidup-hidup. Saat Jani ingin membuka suara, Al yang baru saja pulang langsung memecahkan suasana.
"Pernikahan Deana tiga bulan lagi. Memang masih lama, aku takut putriku itu tidak sanggup menunggunya." ucap Al yang baru saja masuk ke dalam rumah.
Anjani berdiri, menyambut suaminya. "Tentu saja Deana dan Maheer sanggup menunggunya, Al. Kamu tidak perlu khawatir, putriku adalah wanita yang setia. Dan Maheer, dia pria yang bertanggungjawab." ucapnya melupakan masalah Arya.
'Syukurlah, Papa datang tepat pada waktunya.' batin Arya merasa lega.
Al melirik putranya yang sedang santai bermain ponsel.
"Lalu, bagaimana dengan putraku? Apa dia masih doyan seorang gadis?"
Arya yang merasa tersindir langsung membuka suara. "Tentu saja, Pa. Aku pria tulen, hanya saja belum mendapatkan gadis yang tepat untuk jadi calon istriku."
"Benarkah? Aku merasa ragu." ejek Al membuat Arya menghela napas berat.
Memang sudah hampir dua tahun pria itu menyendiri, setelah dia putus dengan kekasihnya, Amora, dirinya belum memiliki gandengan baru. Entahlah, dia masih menikmati karirnya dan kebebasan.
BERSAMBUNG
selamat jadian ya maheer deana 🥰
PR besar nih buat deana utk taklukin emily,apa lagi klo emily sdh dihasut si nenek sihir debby
kalah cepat dong si fahri