NovelToon NovelToon
Sinar Rembulan

Sinar Rembulan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:195.3k
Nilai: 5
Nama Author: Clarissa icha

"Neng, mau ya nikah sama anaknya Pak Atmadja.? Bapak sudah terlanjur janji mau jodohkan kamu sama Erik."

Tatapan memelas Pak Abdul tak mampu membuat Bulan menolak, gadis 25 tahun itu tak tega melihat gurat penuh harap dari wajah pria baruh baya yang mulai keriput.

Bulan mengangguk lemah, dia terpaksa.

Jaman sudah modern, tapi masih saja ada orang tua yang berfikiran menjodohkan anak mereka.
Yang berpacaran lama saja bisa cerai di tengah jalan, apa lagi dengan Bulan dan Erik yang tak saling kenal sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Terkadang aku bingung dengan isi kepala orang-orang. Bukankah seharusnya berfikir dulu sebelum bertanya. Apalagi melontarkan pertanyaan sensitif yang seharusnya tidak di ucapkan. Jika sekedar bertanya apakah sudah hamil? Mungkin aku masih bisa memakluminya. Tapi kenapa harus bertanya apakah aku dan Mas Erik ada masalah pada rahim dan reproduksi, sampai menyuruh kami untuk memeriksakan ke dokter kandungan. Padahal pernikahan kami juga baru 2 bulan.

 Sebenarnya sejak awal aku tau pernikahan ku dengan Mas Erik akan seperti ini, aku sudah menekankan pada diri sendiri untuk tidak ambil pusing jika ada orang yang bertanya tentang kehamilan. Tapi kali ini rasanya sudah sangat keterlaluan. Entah karna aku sedang sensitif, atau memang perkataannya yang menyakitkan. Aku yakin rahim ku baik-baik saja.

Aku bergegas masuk ke dalam mobil dan menyandarkan tubuh dengan perasaan kesal. Sejujurnya perkataan orang-orang di acara pernikahan tadi cukup mengusik pikiranku. Aku yang awalnya tidak pernah berfikir rahim ku bermasalah, tiba-tiba merasa takut.

“Tidak usah memusingkan omongan orang. Kamu yang paling tau kondisi dan keadaan kamu.” Kata Mas Erik begitu masuk ke dalam mobil.

Aku menoleh dan sedikit terkejut Mas Erik bicara seperti itu. Dia seperti bisa membaca pikiranku sampai tau apa yang sedang aku pikirkan. Mungkin karna perubahan ekspresiku yang tadinya sangat ramah menanggapi sapaan orang-orang, tiba-tiba memutuskan diam setelah salah satu tetangga melontarkan pertanyaan itu padaku.

“Tapi tetap saja cukup menganggu pikiranku meski aku yakin kondisi ku baik-baik saja. Terkadang orang-orang asal bicara tanpa berfikir apakah ucapannya berdampak buru atau tidak.” Aku menghela nafas berat dan hanya bisa mengucap istighfar dalam hati berkali-kali. Tentunya sambil diiringi doa, memohon agar rahimku baik-baik saja dan bisa memiliki keturunan yang baik.

“Kalau kamu khawatir, kamu bisa memeriksakan diri ke rumah sakit untuk memastikan. Aku masih punya waktu untuk mengantar kamu ke rumah sakit.” Mas Erik memberi usul dan terlihat serius ingin mengantarku ke rumah sakit.

Aku bisa memahami niat baik Mas Erik, hanya saja tawaran itu cukup membuatku ingin tertawa miris. Rasanya percuma memeriksakan diri ke dokter kalau pernikahan kami saja bukan untuk memiliki keturunan. Hanya sekedar status di mata keluarga.

“Untuk apa? sekalipun hasilnya rahimku baik-baik saja, apa kita akan punya anak?” Selorohku dengan senyum mengejek. “Lebih baik nanti saja kalau kita sudah memutuskan untuk hidup masing-masing.” Tegas ku.

Aku memperhatikan Mas Erik yang tidak lagi bersuara. Dia terdiam beberapa saat kemudian melajukan mobilnya tanpa bicara apapun lagi.

“Ada yang ingin kamu beli?” Tawar Mas Erik setelah setengah perjalan.

“Kesabaran! Jika ada yang menjual kesabaran, aku ingin memborongnya.” Jawabku asal.

Mas Erik malah terkekeh kecil. “Ternyata kamu tidak sesabar yang orang bilang.” Ujarnya.

Aku mendengus pelan. “Bukan aku yang kurang sabar, tapi ujian hidup yang mengharuskan aku memiliki kesabaran ekstra. Orang lain mana tau hidupku seperti ini.” Aku membuang pandangan ke luar jendela tanpa mau tau reaksi Mas Erik. Jika dia bisa berfikir, seharusnya paham maksud ucapanku.

Mas Erik tiba-tiba membelokkan mobilnya ke mini market. Aku menoleh dan sudah siap melontarkan pertanyaan, tapi Mas Erik langsung menyuruhku ikut turun.

“Aku tunggu dimobil saja.” Tolak ku halus.

Mas Erik mengangguk dan tidak memaksa. “Kamu ingin beli apa? Minum atau makanan ringan mungkin?” Tanya.

“Air mineral dingin saja.”

“Oke.”

Mas Erik turun dari mobil dan berjalan dengan langkah tegap memasuki mini market.

“Bulan, mau sampai kapan kamu menjalani rumah tangga tanpa tujuan seperti ini. Waktumu hanya akan terbuang sia-sia.” Lirihku dengan sedikit sesak di dada.

Beberapa bulan lagi aku menginjak usia 26 tahun. Seharusnya aku sudah memikirkan memiliki anak setelah menikah. Memikirkan bagaimana caranya membentuk keluarga kecil yang bahagia. Tapi kenyataannya, aku sibuk memikirkan bagaimana caranya tetap terlihat bahagia ketika orang-orang melihat hidupku baik-baik saja.

Suara dering ponsel membuatku terkejut dan membuyarkan lamunan. Dering ponsel itu berasal dari ponsel Mas Erik yang tergeletak di jok mobil.

“Sayangku.” Ucapku membaca nama yang muncul di layar ponsel Mas Erik.

“Sudah tau sibuk dengan pacarnya, kenapa juga harus menyusul ku ke Bandung.” Aku mengabaikan panggilan telfon itu karna tidak punya hak untuk menerima telfon Mas Erik.

Ponsel Mas Erik tidak berhenti berdering sampai panggilan ke 3 kali. Aku sudah ingin mengambil ponsel Mas Erik dan menyusulnya masuk ke minimarket, tapi dari kejauhan Mas Erik keluar dengan membawa 2 kantong plastik.

Pria itu membuka pintu belakang dan meletakan belanjaannya di jok.

“Ada telfon dari sayangku.” Ujarku begitu Mas Erik masuk ke dalam mobil.

Dia sempat diam lama sembari menatapku, tapi kedua tangannya sibuk membuka botol air mineral sebelum di berikan padaku.

“Makasih.” Aku menerima botol air mineral dari tangan Mas Erik namun berusaha agar tangan kami tidak bersentuhan.

“Kita sudah menikah, kenapa khawatir bersentuhan?” Tanyanya. Aku tidak terkejut Mas Erik bertanya seperti itu, sebab aku terang-terangan mengindari bersentuhan dengannya. Aku sengaja memegang ujung botol karna tangan Mas Erik menggenggam bagian tengah botol itu.

“Lebih baik tidak bersentuhan dari awal sampai akhir karna kita sudah tau endingnya.” Jawabku kemudian meneguk air minum dan tidak lagi menatap ke arahnya.

“Aku sedang sibuk, nanti akan aku telfon 2 jam lagi.”

Aku melirik sekilas, rupanya Mas Erik baru saja menelfon balik kekasihnya.

“Kenapa tidak bicara sekarang saja, anggap aku tidak ada. Mas Erik bebas bicara apapun dengan wanita itu karna aku juga tidak peduli kalian ingin membicarakan apa.” Ujarku dnegan senyum tipis.

“Aku tidak mau kamu berfikir macam-macam.” Jawabnya datar.

Aku menggeleng cepat. “Tidak, tidak! Mas Erik salah paham kalau mengira aku berfikir macam-macam tentang hubungan kalian.” Jelas ku.

“Sejak Mas Erik mengatakan padaku agar jangan terlalu berharap pada pernikahan ini, aku sudah siap untuk mengakhiri pernikahan kita kapanpun Mas Erik mau. Jadi santai saja kalau ingin menelfon dia di depanku.” Kali ini aku melempar senyum lebih lebar untuk meyakinkan Mas Erik jika aku memang tidak mempersalahkan hal itu.

Sepanjang perjalanan sampai ke rumah, tidak ada obrolan lagi. Kami sama-sama diam, aku juga memilih sibuk memainkan ponsel.

Aku dan Mas Erik bergegas turun dari mobil. Pria itu membuka pintu belakang dan mengeluarkan belanjaannya.

"Mas Erik beli apa saja, kenapa banyak sekali?"

Salah satu kantong plastik di tangannya malah di berikan padaku. "Di dalam ada es krim sama coklat buat orang rumah." Ujarnya.

Aku membuka kantong plastik itu dan melihat banyak es krim dan coklat beraneka macam. "Makasih."

Mas Erik hanya mengangguk. Sampainya di dalam, keponakan dan anak dari sepupu-sepupu ku langsung berlari mendekati Mas Erik. Aku menatap mereka dengan dahi berkerut.

"Om Erik mana es krim sama coklatnya?" Dorong mereka.

Mas Erik tersenyum dan langsung menatapku. "Es krimnya ada di Tante Bulan."

Seketika anak-anak berlari menghampiriku. Rupanya Mas Erik sudah menjanjikan es krim dsn coklat pada mereka.

1
Kotin Rahman
wkwkwkkk Erik kepanasan tuh dadanya bergemuruh menahan sesak karna cemburuu 😄😄😄😄

Erina Delia pinter jdi kompor mleduk.....lgsung tuh bulan di bawa kabuurr 😄😄😄😄😄
ichcha
lanjut kak
Wiwie
Erik aslinya pencemburu berat 🤣🤣🤣
bisa"nya dulu cuek sma Bulan skrg sebaliknya ga bsa klirik cwo lain 😁
Jovin Huang
🤣🤣🤣 Erik awal aja sok jual mahal skrg bucin akut
As Lamiah
ternyata Erik cemburu pada Arlan nih
barning sipp
lanjutkan tuk memanasi erik
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
Emon Joer
terus berkarya author... tetap semangat...
*Septi*
waduh.... 🤣🤣🤣
*Septi*
sepupu yang baik... teruskannn 🤣🤣
Ayna Adam
Lanjut lagi kak Icha updatenya 😘
Sugianto
khan,,,,khan,,khan,,,kalo cemburu sendiri Jadi aneh y🤭🤭 emang semua cowok gitu y,,,kalo cemburu macam singa,,,kalo salah kagak nyadar🤔 ish,,,mbul hati2 dah,,,ntar kalo macem2 jawab yg dikit pedes sengak dan panas,,🤣🤣🤣
⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️
menanti proses eksekusi..
Wiwik Emy
lanjut thor
Ruwi Yah
udah ada cemburu nih sebentar lagi benih2 cinta ya rik
jumratul aini
🤣
Maharani Rani
lanjutttt
Eka ELissa
Nex....Mak....
Eka ELissa
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Joyful//Facepalm/wah Erik cmburu tau ...Klian cih bikin perkara /Facepalm//Joyful//Facepalm/
Eka ELissa
iya ..TPI syng Arlan GK mau berjuang....krna BP ibu nya GK suka bulan truus keduluan Erik deh yg tdi nya somplak untung udh SDR pilih brlian dripada baru kli/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!