Melodi sunyi berdendang indah di keheningan malam. Detak bisu memecah kesunyian dalam langkah-langkah sepi. Dalam diam, kata-kata berseru keras dalam hati.
Jihan malam ini berniat ingin memberikan kejutan kepada suaminya karena beberapa hari tidak pulang ke rumah disebabkan ada kerjaan di luar kota.
Tapi kenyataannya, Jihan lah yang mendapatkan kejutan. Jantungnya meletup-letup, darah panas mendidih mengalir sampai ke ubun-ubun. Jihan tak mampu bersuara, hanya tetesan air mata yang mewakili perasaannya.
Tepat di depan matanya, suaminya tidur bersama seorang wanita tanpa busana dalam satu selimut sambil berpelukan.
Apa yang akan terjadi?
Ikuti terus jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Sulthan Panas Hati
BUGH!
BUGH!
Alan membuat babak belur wajah Sulthan.
"Jihan, sok suci kamu! Kamu juga mencari pria kaya kan? Kamu lebih memilih dia daripada Pak Alex. Gila kamu. Kurang apa Pak Alex," Sulthan tertawa mengejek.
"Kak Alan, sudah!" Jihan menahan Alan yang ingin kembali memukul Sulthan.
Jihan juga menahan Erwin yang sangat ingin menghabisi Sulthan.
Jihan memegang perutnya yang sakit. Alan dan Erwin mendekati Jihan. Mereka sangat mengkhawatirkan adik mereka.
"Aku berani bersumpah, anak yang ada dikandunganku ini adalah anakmu. Entah setan apa yang sudah merasukimu. Dan terima kasih atas waktumu selama ini," Jihan menghapus air mata.
"Terima kasih Tuhan, Engkau telah menunjukkan kepadaku orang yang bagaimana suamiku. Demi uang dan kedudukan, dia rela memberikan istrinya kepada orang lain. Tanpa bukti, dia juga menuduhku selingkuh," Jihan terisak.
"Iya, aku selingkuh. Dan dia kekasihku. Puas kamu!" Jihan berteriak histeris.
Erwin dan Alan berpandangan. Selama ini Sulthan hanya tahu Alan sebagai saudara Jihan satu-satunya. Sulthan juga tahu orang tua Jihan tidak merestui pernikahan mereka. Sulthan menganggap Jihan adalah anak dari keluarga sederhana.
"Akhirnya kebusukanmu tercium juga. Semoga kamu bahagia!"
Sulthan meninggalkan ruangan Jihan. Alan menutup pintu kamar Jihan. Jihan menangis, Jihan meminta maaf kepada Alan dan Erwin. Jihan menyesal tidak mendengarkan nasihat kedua orang tuanya.
Alan memberi tahu Erwin perihal Sulthan yang ingin poligami. Alasannya Sulthan ingin memanfaatkan si janda demi karirnya. Dan sekarang saja Sulthan sudah mendapatkan jabatan sebagai kepala administrasi di kantor Jihan.
"Aku akan menghancurkan Sulthan!" Erwin tersulut emosi.
...----------------...
Sulthan masuk ke dalam mobilnya. Sulthan mengirim pesan kepada Leena untuk izin pulang lebih awal. Leena melakukan panggilan video. Betapa terkejutnya Leena ketika melihat wajah Sulthan penuh dengan pukulan. Matanya bengkak, Sulthan terlihat kesakitan.
Leena meminta Sulthan untuk pergi ke rumah sakit di dekat perusahaan. Sulthan menuju ke sana. Leena sudah menunggu Sulthan dengan Dokter kepercayaannya. Luka-luka di wajah Sulthan segera diobati.
Leena mendengarkan penjelasan dari Sulthan. Sulthan mengatakan sudah menjatuhkan talak dua kepada Jihan. Saat di rumah sakit, Jihan sedang bermesraan dengan selingkuhannya. Dan selingkuhan Jihan bersama saudara Jihan mengeroyoknya.
Leena menutup wajah dengan kedua tangannya. Leena membalikkan badannya. Leena tersenyum puas, dalam hati Leena berteriak kegirangan. Seandainya Sulthan tidak ada, saat itu juga Leena akan melompat-lompat sembari mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
Leena menghampiri Sulthan dan menyesali atas tindakan yang dilakukan Sulthan. Mengapa Sulthan langsung menjatuhkan talak kepada Jihan. Bukankah Jihan baru saja mengalami keguguran. Leena takut Jihan akan menyalahkan dirinya.
Sulthan masih belum memberi tahu Jihan bahwa Leena adalah calon istrinya. Dan Sulthan tidak ingin Jihan menyalahkan Leena karena semua itu Sulthan lakukan untuk menghukumnya. Jihan memang pantas mendapat talak karena sudah mengkhianati pernikahan mereka.
Leena meneteskan air mata buaya. Leena berhasil mendapatkan simpati dari Sulthan. Leena tidak akan pernah berbagi suami kepada Jihan. Leena pasti cepat atau lambat akan menyingkirkan Jihan. Leena memanfaatkan kekuasaannya untuk memikat Sulthan.
🌑 Dua hari kemudian.
Jihan kembali masuk kerja. Kali ini Jihan bukan untuk bekerja tapi mengantarkan surat pengunduran dirinya. Sulthan memanggil Jihan masuk ke dalam ruangannya. Sulthan memberikan cek kosong kepada Jihan. Jihan boleh menuliskan nominal berapa saja sebagai harta gono-gini setelah bercerai.
Jihan mengambil cek kosong itu. Jihan keluar dari ruangan Sulthan. Dan Jihan mendapatkan panggilan dari Leena. Jihan mengetuk pintu ruangan Leena yang ada di lantai 4. Jihan masuk dan duduk di sofa tamu.
"Apa alasanmu resign?" Leena duduk sambil menyilangkan kakinya.
"Saya ingin kembali ke kota saya Bu. Saya baru saja mengalami keguguran. Saya ingin beristirahat dulu dari rutinitas," jawab Jihan.
"Bagaimana pernikahan kalian?"
"Kami sudah bercerai."
"Saya dengar kamu selingkuh dan anak yang ada di dalam kandunganmu itu anak haram," Leena menatap tajam ke arah Jihan.
"Maaf Bu Leena. Saya tidak tahu, Anda begitu tertarik dengan kehidupan pribadi dan pernikahan saya. Apa Anda mengincar mantan suami saya?" insting Jihan menangkap ada yang tidak beres dengan Leena.
"Saudara dan selingkuhanmu telah mengeroyok Sulthan. Sungguh kalian tidak tahu malu!"
"Maaf Bu Leena, jika tidak ada lagi yang dibicarakan saya permisi," Jihan dengan sopan bangkit dari tempat duduknya.
"Aku akan mengirimkan undangan pernikahan kami. Tunggu saja," Leena tersenyum sinis.
"Pernikahan siapa?" Jihan mempertajam indra pendengarannya.
"Aku dan Sulthan," jawab Leena dengan sorot mata yang tajam.
Jihan melebarkan kedua matanya tak percaya. Jadi Leena adalah calon istrinya Sulthan. Pantas saja Sulthan dengan mudah mendapatkan kedudukan di kantornya.
Leena melihat Sulthan yang baru saja membuka pintu. Leena dengan cepat mengambil secangkir teh yang sudah ada di meja. Leena sengaja menumpahkan teh yang masih panas ke pahanya.
"Aaagggh!" teriak Leena.
"Bu Leena kenapa?" Jihan mengambil tisu di atas meja dan membersihkan tumpahan teh di celana Leena. Jihan juga mengambil cangkir teh dari tangan Leena.
Sulthan berlari menghampiri Leena.
"Kamu tidak apa?" Sulthan terlihat sangat khawatir.
"Jihan, bukan salahku kalian bercerai. Tanyakan kepada Sulthan alasannya. Hiks," Leena mengusap pahanya yang panas.
Jihan mengernyitkan keningnya. Jihan dan Sulthan saling bertatapan. Sulthan melihat paha Leena yang memerah akibat tersiram air panas.
Sulthan bertanya kepada Leena apa yang terjadi. Leena terisak manja. Leena bilang dia meminta Jihan ke kantornya untuk bertanya alasan Jihan berhenti kerja. Jihan bilang dia ingin kembali ke kotanya untuk istirahat karena baru keguguran.
Leena kemudian bertanya bagaimana pernikahannya dengan Sulthan. Tiba-tiba saja Jihan marah karena Leena suka ikut campur masalah pernikahannya. Jihan marah dan menyiramkan teh panas. Jihan juga menyalahkan Leena karena dialah mereka bercerai.
"Apa kamu bilang? Kamu menyalahkan Leena?" Sulthan berdiri dengan tatapan marah.
"Tidak, aku tidak bilang begitu. Bu Leena, apa maksud perkataan Ibu?" Jihan melihat Leena yang tiba-tiba saja tersenyum mengejeknya.
"Sulthan sudahlah, aku sudah bilang ke Jihan bahwa akulah wanitamu. Mungkin saat ini Jihan cemburu. Maaf Jihan, tapi memang bukan aku yang menyebabkan kalian bercerai. Aku rela jadi istri kedua Sulthan. Kurang baik apalagi coba. Aku bukan pelakor," Leena kembali berakting meneteskan air mata sambil memegang dadanya.
"Bohong! Bukan begitu!" sanggah Jihan.
Sulthan semakin naik darah. Sulthan mencengkeram erat lengan Jihan. Sulthan menarik paksa Jihan keluar dari ruangan Leena. Sulthan membawa Jihan ke tangga darurat.
"Jangan menyakiti Leena!"
PLAK!
Sulthan melayangkan tamparan ke wajah Jihan.
PLAK!
Jihan tidak tinggal diam, dia membalas dengan menampar wajah Sulthan.
Sulthan naik pitam dengan tega mendorong Jihan dari tangga darurat. Tubuh Jihan bagian belakang terbentur, Jihan beusaha meraih rel pegangan tangan. Tapi apa daya tak tergapai. Tubuh Jihan berguling-guling di tangga darurat.
"AAAAAAAA!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...