Pelatihan SIG atau Sistem Informasi Geografi yang di lakukan Amira bersama teman-teman sebagai kegiatan dalam semester 3, siapa sangka akan mempertemukan Amira dengan seorang pria yang akan menjadi tambatan hatinya. Sang asisten Dosen pelatih yang awalnya Amira kira sangat menyebalkan namun dengan cara ajaib bisa meluluhkan hatinya, membuatnya jatuh cinta dan menerima kehadiran pria itu sebagai pemiliki hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
THIRTY THREE
Suara musik yang sedikit beat mengalihkan perhatian ku, pada ketukan jari Mas Fahmi pada punggung tangan ku mengikuti nada. Aku yakin dia tak akan tau lagu ini, dan mungkin hanya menikmati musiknya. Karena sungguh aku tau genre musik Mas Fahmi yang lebih condong ke musik Barat. Tapi saat suara yang keluar dari mulut kami tepat bersamaan menyanyikan bait lirik akhir pada reff menyita attention ku yang kini mengarahkan pada Mas Fahmi sepenuhnya.
"Kita sama sama suka"
ulang kami tanpa sadar menimbulkan senyum yang semula hilang dari bibir ku. Dengan usapan lembut yang kembali ku dapatkan dari Mas Fahmi yang mulai kembali menjalankan mobil. Hujan perlahan berhenti. Perlahan juga aku tau Mas Fahmi yang sama menyukai musik tahun 2000-an sama seperti aku. Perlahan senyum terbit dari bibirku yang merasa sedikit berbunga entah apa sebabnya.
_
Setelah ide jalan-jalan yang berakhir dengan pertanyaan mamah dan papah perihal ke pulangan ku bersama Mas Fahmi yang berujung ke bohongan kecil dari mulut ku berjalan lancar. Entah kenapa aku merasa semenjak itu Mas Fahmi berbeda. Pria yang biasanya selalu memberi ku kabar itu mendadak berubah. Mulai dari jarang memberi kabar, tak pernah lagi menelfon bila senggang, bahkan tak pernah lagi berkunjung, terhitung sudah 2 bulan waktu berlalu.
Pikiran ku kacau, aku mulai memikirkan hal yang bukan-bukan. Seperti Mas Fahmi yang berubah karena kebohongan ku waktu itu, kekanak-kanakan sikap ku, hingga wanita baru. Aku sadar tak ada kejelasan diantara kami. Aku yang tak pernah mampu bertanya dan Mas Fahmi yang seolah enggan menjelaskan mungkin masih asik dalam permainan menerka-nerka ini. Tapi aku perempuan, ingin adanya kepastian sebagai keyakinan, namun aku juga perempuan yang malu untuk bertanya.
Mamah papah beberapa kali bertanya tentang Mas Fahmi yang biasanya satu bulan sekali berkunjung kini tak ada munculnya, aku hanya terus menjawab 'mungkin dia sibuk', membohongi keduanya juga diriku.
Aku berusaha untuk menepikan hal itu, dan memfokuskan diri pada kegiatan perkuliahan, aku sudah berada di semester 4 dan baru selesai melaksanakan Ujian tengah semester dia hari yang lalu. Sekali lagi tak ada yang istimewa dari kegiatan perkuliahan hanya pembelajaran, pembuatan makalah, presentasi dan tugas kelompok seperti biasa kecuali ada satu hal yang sedikit membuat ku tidak nyaman di semester ini, yaitu Pak Stevan salah satu dosen yang mengajar mata kuliah sejarah murni, dosen yang terang-terangan menunjukan rasa sukanya pada ku, bahkan hampir semua dosen juga teman seangkatan ku tau kalau beliau menyukai ku.
Aku dibuat tak mengerti dengan pria berusia 29 tahun dan masih lajang itu, dia membuat ku merasa tak berniat untuk masuk kuliah, bahkan aku sempat beberapa kali bolos kelasnya namun tetap saja nilai yang diberikan selalu bagus. Menimbulkan kedengkian di hati teman sekelas ku yang menatap itu sebagai keberuntungan untuk yang melihat itu sebagai bentuk kecurangan dan ketidakadilan.
Sempat berfikir untuk menceritakan hal ini pada Mas Fahmi namun saat aku mengingat dia yang mendadak berjarak membuat ku mengurungkan niat, ku pikir-pikir memang apa sangkut pautnya Mas Fahmi dalam hal ini, juga apa hak ku untuk menceritakan hal ini. Lebih tepatnya siapa aku?
Ku pandangi lantai teras tempat aku duduk menyendiri sekarang, bayangan yang timbul disana cukup untuk menimbulkan air mata di sudut mata ku.