NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova

Benih Sang Cassanova

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:45.7M
Nilai: 4.7
Nama Author: D'wie

Rainero yang tampan dan kaya memiliki pesona bagi para wanita, semua yang ada disekelilingnya dapat diatur olehnya dan mengikuti jejaknya.

Namun kehidupan sempurnanya ternodai oleh diagnosasi kemandulan. Dia ditinggalkan oleh calon istrinya, dia menjadi lelaki yang mempermainkan berbagai wanita.

Suatu hari, sebuah malam penuh gairah yang dia lewatkan dengan sekretarisnya Shenina, memunculkan perubahan kedua dalam kehidupannya-- Shenina hamil.

Shenina cantik, cerdas dan baik hati, Rainero tidak bisa mengendalikan hatinya yang terus memperhatikan dia.

Namun Rainero yang mandul bagaimana bisa membuat orang hamil ? Dia mengusirnya dengan marah.

Kebenaran terungkap ...
Shenina sedang mengandung anaknya...
Rainero menjadi gila, namun wanita yang dicintainya menghilang tanpa jejak.

Akankah mereka bertemu kembali ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BSC 12

Dengan jantung berdebar, Shenina masuk ke sebuah apotek yang tak jauh dari perusahaan tempatnya bekerja. Tangannya sudah panas dingin, takut-takut apa yang ia cemaskan memang benar-benar terjadi.

Shenina menelan ludahnya kasar, kemudian ia pun meminta sesuatu yang memang saat ini dibutuhkannya untuk membuktikan kecurigaannya.

"Boleh saya pinjam toiletnya sebentar?" tanya Shenina pada penjaga apotek tersebut. Perempuan yang seumuran Shenina itupun mempersilahkan. Shenina pun segera masuk ke dalam toilet dan mengeluarkan cup kecil yang dibawanya serta test pact yang baru saja dibelinya.

Dengan dada yang berdebar kencang, Shenina pun mulai menampung air seninya di dalam cup kecil tadi kemudian memasukkan ujung test pack yang baru saja ia keluarkan dari dalam bungkusnya.

Shenina memejamkan matanya sambil berdoa semoga kecurigaannya tidak terbukti. Namun kenyataan berkata lain, garis dua tercetak jelas di atas benda pipih tersebut membuat kaki Shenina seketika lemas bagai jelly hingga ia pun terduduk di lantai sambil meremas rambutnya.

"Tidak ... ini tidak mungkin terjadi. Aku ... tidak mungkin hamil," gumamnya dengan hati yang bergemuruh perih.

...***...

Sesampainya di rumah, Shenina terus mengurung dirinya. Kepalanya benar-benar berdenyut nyeri. Jiwanya resah, pikirannya kalut.

Dibukanya ponsel miliknya, kemudian jarinya terulur membuka galeri foto yang didominasi foto-foto dirinya dan Theo. Air mata Shenina luruh begitu saja. Padahal sebentar lagi mereka akan menikah. Theo sedang mempersiapkan semuanya. Theo tahu,Bayah Shenina pasti takkan memedulikan Shenina. Oleh sebab itu, ia mempersiapkan segalanya sendiri. Theo sudah tak sabar untuk memboyong Shenina dan menjauhkannya dari keluarga tak berperasaan itu.

Tapi apa yang terjadi? Kehamilan tak terduga ini sudah jelas akan menghancurkan dan mengacaukan segalanya. Apa mungkin Theo masih mau menerima dirinya yang tengah hamil anak orang lain? Sedangkan laki-laki itu saja selalu menahan diri untuk tidak melakukan hal itu sebelum menikahinya.

Belum lagi keluarganya. Keluarga Theo merupakan keluarga yang cukup terpandang. Semisalnya Theo mau menerima, belum tentu keluarganya mau menerima dirinya. Ia yakin, keluarga Theo pasti takkan setuju Theo menikahi dirinya yang tengah hamil anak orang lain.

Shenina tergugu. Ia meremas rambutnya frustasi. Ia bingung harus melakukan apa setelah ini.

"Apa kau harus mengatakannya pada pak Rainero? Tapi bagaimana kalau ia tidak mau tanggung jawab?" gusar Shenina.

Duk duk duk duk ...

"Shenina, buka pintunya!" teriak Ambar dari luar kamar sambil menggedor-gedor pintu kamar Shenina.

Shenina yang tengah melamun seketika tersentak membuat nyeri di kepalanya kian menjadi.

Shenina awalnya masa bodoh, tapi gedoran itu ternyata tak mau berhenti sebelum ia sendiri yang membukanya.

Dengan perasaan kesal, Shenina pun membuka pintunya hingga tampaklah seorang wanita paruh baya yang sedang berkacak pinggang di hadapannya.

"Lama sekali, pasti kau sengaja bukan!" sentak Ambar nyalang. Siang itu Harold belum pulang dari minimarket jadi Ambar tak perlu memasang wajah bak seorang malaikat di hadapan Shenina.

"Ada apa? Kalau hanya ingin mengomel tidak jelas, lebih baik anda pergi dari sini," sentak Shenina tak kalah nyalang membuat Ambar terbeliak karena tak menyangka Shenina kali ini akan melawannya.

"Sialan! Kau berani melawanku, hah!" pekik Ambar. Lantas ia pun melayangkan tangannya untuk menampar Shenina, tapi dengan cepat Shenina menangkap tangan itu dan menghempaskannya.

"Jangan pernah menyentuhkan tangan kotormu itu di wajahku!" desis Shenina dengan mata memerah. Dia sedang banyak pikiran saat ini, tapi Ambar tiba-tiba datang dan membuatnya kian kesal.

Ambar tergelak kencang, "bagus. Sepertinya kau makin berani. Tapi berapa lama kau sanggup sok berani seperti ini, hah? Dasar benalu tak tau malu."

"Siapa yang kau sebut benalu, hah? Perlu ku ingatkan siapa dirimu sebenarnya? Kau hanyalah seorang pem-ban-tu yang merangkak naik ke atas ranjang majikannya setelah berhasil menyingkirkan nyonya sebenarnya," desis Shenina dengan sorot mata penuh kebencian.

Ambar menggeram kesal. Ia paling tak suka bila diingatkan masa lalu kelamnya. Tak ada yang tahu masa lalunya yang hanya seorang pembantu. Ambar berhasil menutupi masa lalunya dengan bersikap anggun dan bijak di hadapan orang-orang.

"Dasar brengsekkk!"

Ambar kembali hendak mendaratkan tangannya di wajah Shenina, tapi Shenina justru menangkap tangan Ambar dan meremasnya kencang.

"Sudah aku katakan, jangan pernah sentuhkan tangan kotormu di wajahku, brengsekk!"

"Kau yang brengsekk. Tunggu saja, aku pasti akan menyingkirkanmu dari rumah ini secepatnya. Aku akan membuatmu terlunta-lunta di jalanan karena telah berani melawanku, ingat itu!" desis Ambar mengancam Shenina. Ambar pun segera pergi setelah mengancam Shenina. Ia benar-benar kesal dengan sikap Shenina yang selalu saja melawannya. Sebenarnya sudah sering Ambar melakukan sesuatu berharap Harold segera mengusir Shenina, tapi Harold tak pernah mengusir Shenina. Ambar berpikir keras apakah sesuatu yang bisa membuat Harold benar-benar murka?

Sementara itu, Shenina segera menutup pintu setelah Ambar berlalu. Tubuhnya luruh ke lantai, Shenina benar-benar lelah menghadapi semua ini.

Shenina memejamkan mata, berpikir apa yang harus ia lakukan pada bayi yang sedang tumbuh di dalam rahimnya. Shenina tidak pernah terpikirkan sedikitpun untuk menyingkirkan bayi itu.

"Aku harus memberitahu mengenai kehamilanku ini pada pak Rainero. Entah dia mau bertanggung jawab atau tidak, yang pasti dia harus tau karena ini hasil perbuatannya," gumamnya setelah berpikir panjang hari itu.

Keesokan harinya, dengan perasaan gamang, Shenina menatap test pack di genggaman tangannya. Padahal kemarin ia sangat yakin ingin memberitahukan perihal kehamilannya itu pada Rainero, tapi yang terjadi kini justru kegelisahan. Terlalu banyak yang Shenina cemaskan membuatnya bingung.

Shenina menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Setelah meyakinkan dirinya untuk segera memberitahukan perihal kehamilannya pada Rainero, Shenina pun segera beranjak dari kursinya dan mengetuk pintu ruangan Rainero. Setelah mendapatkan izin masuk, Shenina pun gegas masuk.

Padahal tadi, Shenina telah meyakinkan diri, tapi entah mengapa, saat telah berada di ruangan Rainero, dirinya mendadak gugup.

"Ada apa? Cepat katakan, jangan bengong!" suara Rainero yang datang dan berat menyadarkan Shenina dari lamunannya.

"Pak ... saya ... saya ... "

"Saya apa? Kenapa kau tiba-tiba gagu, hah? Cepat katakan urusanmu dan segera keluar!" desis Rainero. Bukan tanpa alasan ia segera mengusir Shenina, sebab aroma perempuan itu perasan selalu saja menusuk-nusuk hidungnya. Membuatnya berfantasi ria ingin melakukan sesuatu yang luar biasa pada perempuan itu. Apalagi saat menatap wajah Shenina, membuatnya ...

"Pak, saya ... saya hamil."

Mata Rainero seketika terbelalak. Dirinya yang hampir saja berfantasi kembali dengan Shenina sebagai tokoh utamanya seketika tersentak dengan mata melotot. Apa maksud perempuan itu mengatakan padanya kalau dirinya tengah hamil?

"Hamil? Lantas? Kenapa kau katakan itu padaku?" desis Rainero emosi. Ia benci sekali saat ada yang mengucapkan kata kehamilan. Rainero seakan diejek karena divonis tidak bisa memberikan keturunan.

Mata Shenina membulat. Kenapa respon Rainero seperti itu? Seakan tidak pernah terjadi sesuatu pada dirinya dan Rainero.

"Pak, saya ... saya hamil anak bapak."

Brakkk ...

Rainero sontak menggebrak meja kerjanya saat Shenina mengatakan dirinya hamil anaknya.

"Apa kau gila, hah? Kau ingin menipuku, iya? Oh, jadi ini rencanamu yang tidak mau menerima uang dariku karena kau ingin menjebakku agar mau menikahi mu?" pekik Rainero dengan wajah menggelap menahan luapan emosi yang menerjang.

"Apa maksud Anda? Aku menipu Anda? Kenapa Anda bisa berpikir sepicik itu? Aku tidak pernah berniat menjebak Anda."

"Lalu itu? Apa namanya kalau bukan menjebak? Kau hamil anak orang lain, lalu mengatakan kau hamil anakku, shiiit! Kau pikir aku sebodoh itu untuk kau tipu."

"Tapi ini benar anak Anda, pak. Darah daging Anda." Shenina tetap kukuh menegaskan kalau dirinya tidak menipu Rainero dan bayi yang ada di dalam kandungannya benar-benar anak Rainero.

"Hahahaha ... itu bukan bayiku, sialan," pekik Rainero dengan suara menggelegar. Bagaimana ia bisa percaya sebab ia telah divonis mandul sebelum ini.

"Tapi begitulah kenyataannya, anak yang ku kandung benar-benar anak Anda. Jangan Anda lupakan kalau Andalah yang pertama kali meniduriku."

"Ya, aku akui aku yang pertama, tapi tak ada jaminan kau tidak akan tidur dengan laki-laki lain kan! Jadi pergi dari sini, jangan coba-coba menampakkan wajahmu lagi, penipu."

Jantung Shenina berdegup dengan kencang. Sebenarnya tubuhnya sudah sejak tadi gemetaran. Sekuat tenaga ia menahan gemuruh di dadanya untuk meyakinkan kalau ia benar-benar mengandung anak Rainero. Oke bila laki-laki itu tidak mau bertanggung jawab, tapi haruskah dengan mengatakan dirinya telah menipu laki-laki itu?

"Aku bukan perempuan murahan!" ucap Shenina dengan suara bergetar. Air matanya jatuh begitu saja dari sudut matanya. Hatinya sakit ketika Rainero tidak mempercayai sedikit saja kalau anak yang ia kandung adalah anaknya. "Anak ini ... anak yang saya kandung benar-benar anak Anda, Pak. Saya hanya pernah melakukannya dengan Anda. Anda yang memaksa saya. Anda benar-benar jahat, Pak. Kenapa Anda tidak mau mengakui darah daging Anda sendiri?"

Sebenarnya jantung Rainero berdetak kencang saat melihat bagaimana Shenina mengucapkan setiap kata dengan suara bergetar, tapi ego yang tinggi dan kemarahan karena merasa hendak ditipu membuatnya menutup mata akan sorot mata penuh kekecewaan di mata Shenina.

"Kau tahu kenapa saya marah dan tidak mau mengakuinya? Oke, lihat ini!"

Rainero lantas membuka laci yang ada di meja kerjanya kemudian mengambil sebuah amplop berlogo rumah sakit. Kemudian ia membuka amplop tersebut dan mengeluarkan isinya.

"Lihat ini! Lihat!" terikat Rainero. "Aku mandul, Shenina. AKU MANDUL. JADI BAGAIMANA AKU BISA MENGHAMILIMU, HAH? BAGAIMANA BISA? JAWAB?" Raung Rainero yang untuk pertama kalinya menyebutkan nama Shenina sambil melemparkan lembaran kertas itu ke arah Shenina yang justru jatuh di bawah kaki Shenina. Shenina lantas memungut kertas itu dan membacanya. Dadanya kian bergemuruh. Rasa mual naik ke mulutnya, tapi sebisa mungkin ia tahan sehingga membuat keringat dingin mengucur deras di sekujur tubuhnya.

"Ini tidak mungkin, Pak. Ini tidak mungkin karena saya hanya tidur dengan Anda."

"Diam kau penipu," sentak Rainero lagi sambil melemparkan apa saja yang ada di hadapannya. "Pergi! Pergi sekarang juga dari hadapanku! Aku tak mau melihatmu lagi dan mulai hari ini kau aku pecat. PERGI!!!" Teriak Rainero sekuat tenaga sampai urat-urat di lehernya tampak keluar.

Tubuh Shenina bergetar hebat. Air matanya terus berjatuhan sambil menatap nanar Rainero yang tidak mau mengakui anaknya sama sekali.

"Baik, Pak. Saya akan pergi. Saya akan pergi jauh sejauh-jauhnya dan takkan pernah menampakkan diri saya lagi di hadapan Anda. Tapi sebelum itu, saya ingin mengatakan, semoga Anda tidak pernah menyesali keputusan Anda ini. Permisi," ucapnya pelan dengan sorot mata penuh luka.

Rainero tertegun saat mendengar kalimat itu. Pun sorot mata Shenina yang menunjukkan betapa besar luka yang ia rasakan. Ada rasa berkecamuk di dalam hatinya. Tapi ia pun tidak terima ditipu mentah-mentah seperti ini. Seandainya ia tidak mengetahui kalau dirinya mandul, mungkin ia akan langsung percaya dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Tapi ... faktanya dirinya mandul. Dirinya tidak bisa memberikan keturunan, lalu bagaimana ia bisa bertanggung jawab pada janin yang ia tidak ketahui siapa ayahnya yang sebenarnya?

Rainero meremas rambutnya. Sesak, dadanya seketika sesak. Entah mengapa, ada rasa menyeruak yang membuat dadanya begitu sesak.

"Aaaarghhh ... " Rainero berteriak sambil melemparkan semua benda yang ada di atas mejanya. Setitik air mata jatuh di sudut matanya. Disekanya air mata itu. Ia tak mengerti, mengapa air matanya bisa jatuh? Kenapa ia harus menangis setelah mengusir Shenina pergi? Bukankah perempuan itu telah menipunya? Lantas, kenapa ia seperti menyesali apa yang telah ia lakukan?

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

1
Aisyah Isyah66
Luar biasa
Wiwinsutarsih Winsu5282
paling muak SMA cewe bermuka 2 kaya s Jesica 😏bpknya bodoh mau aja d bodohi SMA pembantu SMA anknya😏🤦
Sumiati 32
perusahaan Mark nih
Adisti mark
Sumiati 32
cleaning service , pasti Rose
Nur Rahmawati
kesian
Sri Astuti
keren Jen.. luarbiasa
Sri Astuti
okelah klo bgt
Sri Astuti
hahaha... naik trail otomatis membantu terbukanya jln lahir.. untung ga brojol di jln.. 🤣🤣🤣🤣
Sri Astuti
setidaknya Eve menyadari kesalahannya dan menrbus dgn memberi kehidupan pd anak semata wayangnya...
Nur Rahmawati
heh gak tunggu pembalasn nya
Sri Astuti
semoga saja Jeffri tertolong..
Sri Astuti
ada aps dgn Jeffri
Sri Astuti
hehehe.. kacang yg dimakan Rose jd adik Jeffri.. keren ya Jeff.. selamat
Sri Astuti
blm sadar klo Rose hamil ya
Sri Astuti
nah bgt seharusnya Bas.. kamu beruntung punya istri Morra yg setia dan berbudi.. jgn kamu sia" kan lagi.. bahagialah dgn keluargamu sendiri
Sri Astuti
salut dgn Morra
Sri Astuti
anak kecil msh polos dibuat terkontaminasi.. bagus papa" muda siap terima hukumannya🤣🤣🤣
Sri Astuti
skrg waktu menuai ya bpknya Bastian br sadar hidupnya sdh berakhir tak bisa mengelak lagi..
semoga Bastian jg sgr pulih dan sadar telah melsngksh di jln yg keliru
Sri Astuti
semoga mrk bahagia
Sri Astuti
Lega sdh untuk Rose yg kini bs tenang menjalsni hidup dan Jev jg bs tenang dgn istri yg mengasihi anak semata wayangnya..
sebenernya antara Rose dan Eve ada kesamaan masa lalunya. eve ga ada ibu sedang Rose ga ada bpk. tapi cara hidup dan sikap pandang mrk berbeda
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!