Dia tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang raja.
Namun jiwa seorang pemimpin sudah melekat sejak kecil dalam dirinya. Dan darah seorang raja mengalir dalam tubuhnya.
Carlos, seorang pemuda yang menjadi pewaris dan penerus dari kakek moyangnya Atalarik attar.
Namun tidak semudah seperti apa yang dibayangkan, rintangan demi rintangan harus ia hadapi. Mampukah Carlos menghadapinya?
Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini hanya fiksi belaka tidak ada kaitannya dengan dunia nyata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
Malam ini mereka bergerak cepat menuju dermaga. Perdana menteri sudah menunggu mereka disana.
Tadinya perdana menteri tidak ingin ikut, namun ia merasa dirinya pengecut jika hanya berdiam diri saja.
Perdana menteri juga menyiapkan mobil untuk mereka sebelumnya. Agar mempermudah pergerakan mereka semua.
"Paman ...."
"Orang-orang dari kerajaan sudah jalan duluan. Ayo kita jalan sebelum kehilangan jejak mereka," potong perdana menteri.
"Tenang Paman," kata Carlos.
Mereka masuk kedalam Yacht, segala perlengkapan memang sudah mereka persiapkan sebelumnya.
Didalam tas ransel masing-masing sudah ada alat-alat dan senjata. Namun senjata mereka tidak mematikan hanya bisa melumpuhkan.
"Oya Nak, kamu benar. Paman tidak akan percaya siapapun lagi di istana. Tapi Paman hanya percaya kalian," ucap perdana menteri.
Mereka semua pergi kecuali kakek Bahram. Carlos melarangnya karena faktor usia, walaupun masih terlihat gagah, namun mereka bukan pergi jalan-jalan, tapi pergi menyelamatkan orang.
Carlos mengeluarkan laptopnya dan menghidupkan alat pendeteksi. Terdapat titik-titik merah yang sedang bergerak semakin menjauh.
"Kita tidak akan kehilangan jejak, Paman. Lihat tanda merah itu, itu menunjukkan orang yang sedang menggunakan alat itu," kata Carlos.
Perdana menteri mengangguk, ia semakin mengagumi pemuda di depannya ini. Seketika ia tersenyum.
"Andai saja dia menjadi menantuku, betapa aku sangat bangga memperkenalkan nya kepada dunia," batin perdana menteri.
Namun perdana menteri menyadari jika perasaan seseorang tidak bisa dipaksakan. Dan perdana menteri pun membuang pikiran tersebut.
Mereka terus menatap ke layar laptop. Terlihat tanda merah masih bergerak dan tidak berapa lama tanda itu berhenti.
Kemudian tanda merah itu bergerak lagi, namun kali ini perlahan. Carlos tahu jika orang itu sudah sampai ke daratan dan sedang berjalan kaki.
"Persiapkan diri kalian, sebentar lagi kita akan sampai," pinta Carlos.
"Baik Yang Mulia," jawab mereka serentak. Carlos tertawa kecil, entahlah, menurutnya itu sangat lucu.
Mereka tiba di dermaga. Carlos menuntun Sofia dengan menggandeng tangannya dan berpesan agar tidak jauh-jauh darinya.
Tadinya Carlos melarang Sofia untuk ikut, namun Sofia ngotot ingin ikut. Setidaknya ia bisa membantu dengan sedikit keahlian yang ia miliki.
"Ambil ini, gunakan disaat terdesak saja," ucap Carlos memberikan senjata rakitan nya.
Carlos juga memberikan satu kepada perdana menteri dan berpesan yang sama. Perdana menteri pun mengangguk, ia menyimpan benda tersebut didalam sakunya.
Mereka berjalan mengikuti tanda merah. Dan tanda merah itu sudah berhenti di suatu tempat yang Carlos yakini tempat itu adalah tempat mereka di tahan.
"Paman, gunakan ini," pinta Carlos. Perdana menteri memperhatikan sebuah kacamata, nampak biasa saja, namun saat di pakai bisa melihat dalam kegelapan.
"Wah hebat sekali!" tanpa sadar perdana menteri terpekik.
"Ssst...!" Mereka serentak meletakkan telunjuknya masing-masing di bibir mereka masing-masing.
Perdana menteri segera menutup mulutnya dengan telapak tangannya dan meminta maaf.
"Kamu juga pakai," pinta Carlos pada Sofia.
Mereka berjalan semakin mendekati titik merah itu. Dan mereka bisa melihat ada sebuah bangunan besar.
"Stop! Kita atur strategi," ucap Carlos.
"Kak Carla, kawal perdana menteri. Aku dengan Sofia dan selebihnya kalian tahu sendiri, kan?" Carlos menambahkan.
"Kami mengerti," jawab Virendra.
Virendra bersama Axelle sedangkan Keenan bersama Diyan. Mereka berpencar mengepung tempat itu. mungkin jumlah mereka sedikit, namun kekuatan mereka tidak perlu diragukan.
Apalagi strategi yang mereka lakukan cukup untuk menjatuhkan lawan dengan senjata yang mereka punya.
Mereka memasang earphone ditelinga masing-masing. Termasuk Sofia dan perdana menteri. Carla pun mengajari cara menggunakannya.
"Jika ingin bicara hanya perlu menekan tombol ini," kata Carla. Perdana menteri langsung mengerti.
Mereka sudah semakin dekat dengan tempat itu, tapi mereka melihat banyak penjaga di luar bangunan.
"Tempat ini dijaga ketat, berarti memang disini tempatnya," kata Carlos melalui earphone.
"Ya, kami tahu," ujar Carla.
"Jangan gegabah, bergerak perlahan dan jangan sampai mereka menyadari kehadiran kita," kata Carlos lagi.
"Ya baik," ujar Diyan.
Carlos dan Sofia mengendap-endap. Sofia yang sudah terbiasa berburu bisa berjalan tanpa menimbulkan suara nyaring. Begitupula yang lainnya. Mereka semua sudah terlatih untuk berjalan tanpa menimbulkan suara.
"Akh." Tiba-tiba salah satu dari penjaga tumbang ke tanah. Rekannya pun heran lalu memandang kearah depan. Namun ia tidak melihat siapa-siapa.
Ia memeriksa rekannya yang ternyata sudah tidak sadarkan diri. Kemudian penjaga itu berteriak.
"Ada penyusup, ada penyusup...!" Seketika tempat itu menjadi huru-hara. Mereka berlarian keluar bagi yang berada didalam.
Carlos pun memberikan perintah untuk segera bertindak. Mereka segera maju dan melawan para penjaga.
"Jangan sampai di bunuh, cukup lumpuhkan mereka saja," kata Carlos.
Mereka juga tidak ada niat untuk membunuh. Senjata mereka juga bukan senjata pembunuh.
Sofia dan Carlos di kepung dengan diacungkan senjata api kearah mereka. Carlos dan Sofia mengangkat kedua tangannya.
Dua orang mendekat untuk menangkap mereka berdua. Namun Carlos mengangguk sebagai kode untuk mereka melawan.
Saat dekat, Sofia dan Carlos bertindak cepat menangkap tangan penjaga dan memelintirnya.
Melihat hal itu, penjaga yang lain pun segera menembak Sofia dan Carlos. Namun keduanya bergerak cepat dengan memutar tubuh penjaga itu. Sehingga penjaga itulah yang terkena peluru.
"Mereka menembaknya," ucap Sofia.
"Biarkan saja, itu bukan kesalahan kita," ujar Carlos.
Sofia dan Carlos mendorong tubuh penjaga yang tertembak. Sehingga membentur ke rekannya yang memegang senjata.
Sofia dengan cepat mengambil senjata tersebut. Kemudian ia tersenyum lalu menyimpan senjata api itu.
Carlos juga sudah berhasil menjatuhkan lawannya dan membuatnya pingsan. Empat orang tergeletak di tanah begitu saja.
"Hati-hati!" Carlos menarik tangan Sofia hingga tubuh Sofia berputar. Carlos segera merangkulnya.
Dor ... Satu peluru melesat, beruntung Sofia sudah ditarik duluan oleh Carlos. Jika tidak, mungkin Sofia sudah tertembak.
Carlos pun menembak orang itu dengan senjata pelumpuh nya. Seketika orang itu ambruk dan tidak sadarkan diri.
"Huft...! Untung saja, terima kasih," ucap Sofia karena diselamatkan oleh Carlos.
Carlos pun mengangguk lalu mengelus rambut kepala Sofia. Sofia tersentuh dengan perlakuan Carlos.
"Semoga ini tidak mimpi," batin Sofia.
Sementara yang lain sudah bertarung dengan tangan kosong. Ternyata tidak sesederhana itu, mereka mengira tempat ini tidak terlalu ketat karena berada di tempat terpencil.
Namun dugaan mereka salah, ternyata ada puluhan orang yang menjaga ketat tempat ini.
Carla dan perdana menteri sudah berhasil masuk. Carlos dan Sofia juga sudah masuk. Ternyata didalam masih ada orang. Tapi tidak sebanyak yang di luar tadi.
"Hahaha, perdana menteri. Aku tidak menyangka kamu bisa tahu tempat ini," kata Bram seorang pengawal yang sangat di percayai oleh perdana menteri.
"Bram, aku tidak menyangka kamu yang merencanakan semuanya untuk membantu raja," ujar perdana menteri.
"Ya, kamu sudah tahu? Lihatlah, keluargamu ada didalam situ. Dan kuncinya ...." Bram memperlihatkan kunci ditangannya dan menggoyangkan nya.
Perdana menteri maju untuk merebut kunci tersebut. Namun Bram segera melempar kunci ke sembarang arah.
Beruntung Carlos dengan cepat melompat dan menangkap kunci tersebut sebelum jatuh ketempat yang sulit di ambil.
yg penting seru💪💪💪💪💪