Else, gadis yatim piatu yang mendapatkan pelecehan dan berusaha membela diri yang membuatnya harus mendekam di penjara.
Namun, Else mendapatkan penawaran jika ingin bebas dari tuntutan dan dihapus semua catatan hukumnya.
Else harus bersedia menjadi istri palsu dari anak tertua keluarga Duke.
Apakah Else akan menerima tawaran itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Masa Lalu
Malam itu, Riftan mengantar Laura kembali ke apartemen sang kekasih. Dalam perjalanan Laura mengadu jika melihat Lowell berduaan dengan Else.
"Sepertinya hubungan mereka begitu dekat," ungkap Laura.
"Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan," balas Riftan. Dia yang tahu kalau Else hanyalah istri palsu tidak mempermasalahkan hal itu.
"Tapi..." Laura masih tidak mau mengakhiri pembicaraan mereka.
"Kak Hugo akan mengadakan pesta pernikahan jadi jangan berpikiran macam-macam lebih baik pikirkan hubungan kita," Riftan menyela dengan tegas.
Mau tidak mau Laura harus menutup mulutnya.
Sebentar lagi dia akan memasuki mansion keluarga Duke jadi dia harus bisa pintar-pintar menjaga sikap.
Sementara Else sendiri tengah menyusun camilannya di dalam laci nakas. Laci yang sebelumnya kosong sudah terisi penuh oleh camilannya saja.
"Setidaknya aku tidak akan kelaparan di sini," batin Else jadi semangat.
Tak lama Hugo masuk ke kamar dan melihat Else yang langsung menutup laci nakas.
"Kau tidak lembur sayang?" tanya Else basa-basi.
Hugo tidak langsung menjawab karena terus mengamati wajah Else di sana. Dia masih tidak percaya kalau Else ternyata wanita yang manis.
"Apa ada yang salah?" Else jadi kebingungan.
Hugo mendekat dan meraih dagu sang istri palsu. "Apa kau akan pergi keluar dengan penampilan seperti ini?"
"Tidak tahu, ini kan ibu yang memintaku begini," jawab Else apa adanya.
"Jika sebelum setahun ada laki-laki di luar sana yang menyukaimu, apa kau akan membatalkan rencana begitu saja?" tanya Hugo lagi.
Pertanyaan yang sangat tidak terduga yang membuat Else jadi berpikir keras.
Memang aku boleh melakukannya?
"Sepertinya hal itu tidak akan terjadi karena aku tidak mau masuk lagi dalam penjara," sahut Else pada akhirnya.
"Baguslah kalau kau berpikir seperti itu karena jika kau melanggar maka aku sendiri yang akan menyeretmu ke penjara super ketat bahkan untuk melihat cahaya matahari pun kau tidak akan bisa," ucap Hugo penuh ancaman.
Else sampai harus menelan ludahnya beberapa kali karena membayangkan hal mengerikan yang harus dia alami ketika mengingkari janji.
Melihat Else tampak ketakutan membuat Hugo semakin mendekat dan mencium perempuan itu.
Astaga, sensasi ini lagi!
Else jadi mengingat saat Hugo mengajari ciuman ketika mereka pertama kali bertemu di hotel.
Tempel dan buka!
Dengan perlahan Else membuka mulut yang membuat Hugo bisa leluasa masuk. Lidah mereka berdansa di dalam sana yang membuat Else jadi kesulitan bernafas.
Lama-kelamaan Else mulai bisa mengimbangi.
Hugo bertepuk tangan dalam hatinya.
"Kau memang murid yang cukup terampil karena sudah bisa mengimbangi ciumanku," komentar Hugo saat ciuman mereka sudah terlepas.
Else menutup wajah dengan kedua tangannya karena malu. "Terima kasih pujiannya sayang!"
Diam-diam Hugo menertawakan sikap Else, dia jadi ketagihan menggoda perempuan polos itu.
Seperti malam sebelumnya, keduanya selalu tidur di ranjang yang sama.
Else terus memperhatikan wajah Hugo yang sudah tertidur, lelaki itu tampak kelelahan.
"Sayang sekali waktu kebersamaan kita hanya satu tahun," gumam Else yang sudah memikirkan masa depan mereka.
Dari sekarang Else harus sudah berpikir tentang rencana hidupnya setelah pergi dari kehidupan Hugo.
"Kalau kau pasti akan menikah dengan wanita bernama Kara itu, bukan?"
Semua sudah pasti, Else hanya bisa memeluk raga kekar itu sementara waktu.
*
*
Hari terus berlalu, persiapan pesta sudah selesai, undangan pun sudah disebar.
Sesuai permintaan Hugo, pesta itu tidak akan terlalu meriah dan mengundang banyak orang.
Pesta yang hanya memperkenalkan Else sebagai istri Hugo Alexander Duke.
Sejak pagi Else sudah mual-mual karena gugup, dia takut melakukan sesuatu yang membuat keluarga Duke malu.
"Nona tenanglah, tarik nafas buang nafas!"
Make up artis yang membantu Else mempercantik diri sampai memberi semangat.
"Kalau Anda seperti ini terus acaranya tidak akan berjalan dengan baik!"
Seketika Else mengikuti instruksi untuk tarik nafas dan buang nafas supaya lebih tenang.
Setelah perempuan itu cukup tenang, make up artis kembali melanjutkan pekerjaannya.
Else sudah memakai baju pengantin dan tampak cantik sekali hari itu.
Karena konsepnya kerajaan Eropa dan putri dongeng, Else menuju aula pernikahan dengan memakai kereta kuda.
"Katanya pernikahan sederhana tapi kenapa sampai seperti ini?" gerutu Else tidak habis pikir.
Saat Else datang, beberapa pengiring pengantin menyambutnya dan Else berjalan di atas karpet merah yang bertaburan bunga.
Walaupun hanya pernikahan palsu tetap saja Else merasa terharu apalagi Hugo sudah menunggunya bak pangeran berkuda putih.
Perempuan itu benar-benar seperti putri di negeri dongeng.
Hugo mengulurkan satu tangannya dan Else langsung menyambutnya.
Mereka berjalan berdua menuju pesta, kedatangan mereka tentu menjadi pusat perhatian.
Suara musik mengalun dan tepuk tangan meriah mereka dapatkan.
"Selamat atas pernikahannya!"
Entah kenapa Else jadi merasa bersalah karena telah membohongi mereka semua.
"Ada apa dengan wajahmu?" tegur Hugo yang melihat perubahan wajah Else.
"Tidak apa, aku hanya gugup saja sayang," balas Else bohong.
Satu persatu acara dimulai, pasangan itu tidak sempat berbicara lebih jauh lagi.
Sebagai raja dan ratu sehari, Else dan Hugo harus mengikuti serangkaian acara.
Ketika pesta dansa tiba, Lowell mengajak Else untuk berdansa.
"Apa kau mau berdansa denganku kakak ipar?" tanya Lowell.
"Tentu," Else menerima tawaran itu.
Hugo kali ini memperbolehkan mereka berdansa karena dia ingin minum sejenak.
Pada saat itu, orang yang ditunggunya akhirnya muncul.
Seorang wanita cantik nan anggun memasuki aula pesta.
Wanita itu menyapa nyonya Claudia duluan dan saling menautkan pipi mereka.
"Kara!" seru Laura yang tidak percaya. Dia menepuk pundak Riftan yang berdansa bersamanya.
Riftan mengikuti arah pandang sang kekasih dan benar saja dia melihat cinta pertama kakaknya.
"Kenapa dia baru datang sekarang?" kesal Riftan.
Di sisi lain, Lowell memberitahu Else siapa wanita yang baru saja datang.
"Itu yang namanya Kara," ucap Lowell.
Atensi Else langsung mengarah pada Kara, ternyata memang benar kalau wanita itu sangat cantik, Else kalah jauh dari segi wajah dan penampilan.
Kara mendekati Hugo yang tampak minum sendirian.
"Apa ini Hugo?" protes Kara pada lelaki itu.
"Seperti yang kau lihat, aku sudah menikah," balas Hugo dengan tenang.
aku selalu setia
hayoo cepat cari tindakan supaya calon cucu dan bumil selamat nyonyah...