Meng Lusi, seorang kapten wanita di ketentaraan zaman modern, kuat dan cerdas. Karena suatu alasan, dia tiba-tiba saja berpindah ke zaman kuno dan mewarisi mata air spiritual.
Baru saja tiba di zaman yang belum dikenalnya, Meng Lusi diperkosa oleh Shin Kaichen yang dibius oleh seseorang. Setelah itu, Meng Lusi memilih melarikan diri. Lima tahun kemudian, Meng Lusi yang sudah memiliki anak kembar dikenali oleh Shin Kaichen dan mencoba untuk mendapatkan hati ibu dan kedua anaknya tersebut.
Di sisi lain, klan penyihir yang sudah lama mengutuk negara untuk tidak memiliki keturunan anak perempuan, kembali berulah. Anak kembar Meng Lusi menjadi incaran mereka karena bakat bawaan luar biasa yang akan mengancam klan penyihir. Mampukah si kembar selamat dari bahaya? Akankah Meng Lusi dan Shin Kaichen memiliki kehidupan bahagia? Mari ikuti setiap kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Kembar Milik Raja Perang
Meng Shuya melihat seorang pria bertelinga rubah dan berekor tujuh. Belum lagi mata keemasannya yang unik serta taring yang cukup panjang. Wajahnya tampan, tidak terlihat galak tapi cukup menarik perhatiannya.
Pria siluman rubah ekor tujuh diperhatikan oleh si kembar, sedikit canggung. “Kenapa kalian menatapku begitu?” tanyanya.
“Kamu … apakah kamu rubah besar yang bisa menampar berang-berang seperti di buku cerita?” tanya Meng Shilan polos.
“…” Pria siluman rubah ekor tujuh dipenuhi garis hitam di kepalanya.
Apa maksudnya?
Dia disamakan dengan seekor rubah yang melawan berang-berang?
Apakah anak itu bercanda?
Pria siluman kucing hitam hampir tertawa ketika mendengarnya. Ini membuat pria rubah berekor tujuh sangat kesal. Dia mengibaskan salah satu ekornya, menampar sangkar besi yang telah diberi array. Kibasan ekornya sudah cukup membuat sangkar bergetar.
Awalnya pria rubah ekor tujuh itu hanya ingin menakuti si kembar karena bicara seenaknya. Tapi siapa tahu saat ekornya menyapu sangkar besi, justru sebuah kekuatan langsung menampar tubuhnya dengan kuat.
“AH!” Pria rubah berekor tujuh terjengkang. “Apa-apaan ini?”
Yang lain sepertinya menebak sesuatu. “Sepertinya anak manusia ini dilindungi oleh suatu kekuatan. Jika sesuatu yang mengancam datang, tubuhnya akan melindungi diri sendiri. Hmm … menarik,” jelasnya.
Si kembar memang sedikit ketakutan sekarang hingga tak berani bicara apa-apa lagi. Hingga tak lama kemudian, keduanya menangis. Mereka mulai sedikit panik saat keduanya menangis. Pria rubah berekor tujuh akhirnya bertengkar lagi dengan pria siluman kucing hitam.
“Kamu menakuti-nakutinya. Bukankah kamu harusnya menenangkan dia?” Pria siluman kucing hitam menuduh rubah itu.
“Kenapa aku? Aku hanya menampar kandang dengan ekorku, bukan tubuh keduanya.”
“Walaupun begitu kamu hampir melukai keduanya. Jika tidak, pelindung pada tubuh anak itu tidak akan merasa terancam dan mengempaskanmu,” jelasnya.
"Ah ... Kenapa begitu merepotkan?" gumam pria rubah berekor tujuh, malas untuk berdebat dengannya.
Meng Shilan dan Meng Shuya tidak berani mengatakan apapun saat ini. Keduanya tahu sedang diculik. Berharap jika ibunya atau Sunni akan segera datang. Bahkan karena tahu Tianlong Heyu adalah ayah kandung keduanya, tentu berharap datang juga.
"Aku ingin ayah, aku ingin ayah. Kakak, aku ingin ayah datang ...," gumam Meng Shilan di pelukan Meng Shuya.
Meng Shuya ingin menangis tapi mencoba untuk menahan diri meski keduanya sudah berhenti menangis tadi. Mungkin karena terlalu takut hingga si kembar menangis tanpa suara. Para siluman yang mendengar ucapan Meng Shilan, menjadi bertanya-tanya.
Siapa ayah kedua anak itu? Bukankah hanya hidup dengan seorang wanita yang memiliki aura mata air spiritual?
Seekor gadis jelmaan siluman kelinci putih datang pada mereka untuk bergabung. “Kalian bilang ada pesta hari ini?”
“Oh, kamu akhirnya datang, kelinci kecil. Lihat kedua anak itu, terlihat sangat menggoda, auranya tidak kalah enak dengan wanita pemilik mata air spiritual seperti yang dikatakan oleh Yang Bai. Tapi kami sekarang sedang menunggu ibu kedua anak itu datang dan kita bisa memangsa mereka bersama,” jawab pria siluman rubah ekor tujuh sangat percaya diri.
“Benar, jika kita bisa menyerap aura mata air spiritual, kultivasi kita akan meningkat. Penyihir itu berkata jika kita bisa berkultivasi setelah menyerap aura mata air spiritual.”
“Sepertinya kita tidak dibohongi.”
Mereka tertawa senang. Gadis siluman kelinci putih menggerakkan kedua telinga panjangnya. Dia memperhatikan anak kembar yang menggigil ketakutan di dalam sangkar.
“Keduanya sangat imut. Sangat disayangkan tidak bernasib buruk.”
Lalu kemudian gadis itu melihat token yang dipakai salah satu dari si kembar. Dia menghampiri untuk melihat token identitas itu lebih dekat lalu terkejut hingga berteriak ketakutan.
“Ada apa? Kenapa kamu berteriak?” tanya yang lain.
Gadis siluman kelinci putih itu menunjuk token yang tergantung di sabuk pinggang Meng Shilan, sedikit gemetar.
“Anak itu … tidak, maksudku—token itu … token itu milik raja perang!! Kalian menculik anak raja perang!! Aku tidak mau mati! Lari sebelum terbunuh!” Gadis siluman kelinci putih itu berubah menjadi wujud binatang dan berlari secepat kilat meninggalkan mereka.
“…” Mereka sungguh kurang mengerti maksud dari perkataannya.
Lalu pria siluman kucing hitam menggaruk kepalanya. “Anak raja perang? Token? Apakah itu token raja jahat itu?” tanyanya.
Mereka semua akhirnya memperhatikan token identitas di pinggang Meng Shilan. Mereka tidak pernah melihatnya sehingga kurang mengerti. Hanya saja, token itu bukan hanya memiliki simbol, tapi juga inisial nama marga yang diukir menyerupai kaligrafi.
“Siapa ayah kalian?” tanya pria siluman kucing hitam.
Si kembar tampak ragu untuk mengatakannya. Namun tak lama setelah itu, mereka merasakan aura siluman lain menuju ke arah gua. Tapi aura itu tampak tidak asing sehingga mereka mengira siluman kucing kembali lagi.
Hanya saja mereka tidak menyadari jika sebuah bola hitam yang terbentuk dari aura siluman ular putih—melesat melewati mereka. Hingga akhirnya menghancurkan sangkar yang mengurung Meng Shilan dan Meng Shuya.
Mereka sangat terkejut mengetahui hal tersebut. belum lagi sangkar yang dilindungi dengan aura telah hancur.
“Siapa itu? Beraninya menghancurkan sangkar.” Yang lain sangat marah.
Tak lama, sosok Yang Bai muncul tepat di depan kedua anak itu dan membawa dalam waktu singkat. Lalu menghilang lagi sebelum pria siluman rubah ekor tujuh menyadarinya. Yang Bai kembali muncul di luar gua sambil menggendong si kembar di sisi kanan dan kiri tangannya.
Mereka terkejut melihat sosok Yang Bai yang muncul tanpa peringatan, bahkan menghancurkan sangkar yang dilindungi dengan susah payah. Pria siluman kucing hitam mengerutkan kening.
“Yang Bai, apa yang kamu lakukan? Kembalikan kedua anak itu dan jangan serakah!”
“Kalian menculik keduanya tanpa memikirkan konsekuensinya lebih dulu. Apakah kamu tahu anak siapa keduanya? Bosan hidup?” Yang Bai bukan siluman baik hati tapi dia tidak mau rasnya sendiri dikacaukan oleh pria yang dijuluki raja perang itu.
Sebelum mereka bertanya lebih jauh, Yang Bai sudah menghilang dengan membawa keduanya. Pria siluman rubah ekor tujuh menggertakkan gigi. Dia sama sekali tidak bisa merasakan keberadaan Yang Bai saat ini.
“Tidak tahu malu! Yang Bai sialan itu, apa yang harus kita lakukan sekarang?” Pria siluman kucing hitam sudah bersiap dengan cakar tajamnya. Ingin mencabik-cabik ular putih jelek itu.
“Kita hanya perlu menghilangkan masalahnya saja. Siapa yang menduga jika Yang Bai yang terkena kutukan Naga Bumi justru masih memiliki kekuatan yang cukup untuk menghancurkan sangkar!”
Sial! Jika seperti ini, maka semuanya akan sia-sia. Jika ibu kedua anak itu muncul, dia hanya perlu berkata jika Yang Bai yang menculiknya. Benar! Dengan begitu, Yang Bai akan dibunuh dan menghilangkan satu-satunya masalah bagi mereka.
asli keren novelnya, meskipun harus nungguin lama, tapi syukurnya author bertanggung jawab nyelesain ceritanya...terimakasih author Risa Jey
Happy New Year 2025