Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.
Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.
Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.
Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19 : Istriku Sayang
"Justin? Bisa kau dengar aku?" Soraya masih berusaha membangunkan Justin. Tapi nampaknya sulit. Dan takutnya nanti dia akan marah. Lalu berubah wujud menjadi serigala.
Namun, Justin kembali mengigau memanggil namanya. Sampai bau alkohol dari mulutnya tercium menusuk ke dalam dua lubang hidung Soraya. Sehingga gadis itu rasanya mau muntah.
"Justin! Justin! Bangun dulu!" tidak ada pilihan lain, Soraya membangunkan Justin dengan mengguncangkan tubuh suaminya itu.
Akhirnya, Justin terbangun. Matanya masih sangat buram untuk melihat dengan jelas, siapa yang membangunkannya itu. Karena alkohol masih mempengaruhi otaknya, jadi Justin tidak terlalu fokus pada suara Soraya. Dan kantuk akibat mabuk miras itu masih menyerang kedua matanya.
Namun, Justin sedikit menggerakkan tangannya. Berusaha meraih tangan istrinya. Ia pun mengatakan, "Ma...af..."
Soraya memperhatikan suaminya dengan penuh perhatian padanya. Dan berusaha mendengar dengan jelas apa yang Justin katakan barusan.
"Apa? Dia bilang apa?" tanya Soraya pada dirinya sendiri.
Dalam keadaan lemas, Justin tersenyum tidak begitu jelas seperti orang gila. Sekali lagi, ia bilang, "Ma...af..."
Dari sinilah, baru mulai jelas bahwa Justin mengucapkan kata "maaf". Soraya sedikit kebingungan atas permintaan maaf Justin. Hingga ia teringat, bahwa Justin akan mengambil peninggalan warisan keluarga Soraya yang belum sempat di berikan pada orang lain, penambangan batu bara serta kebun karet dan kayu jati.
"Dia minum berapa banyak? Mabuknya seberat ini," gumam Soraya. Mengusap perut dan rambut Justin.
"Apa dia tidak mual minum miras sebanyak itu?"
Pertanyaan bertubi-tubi tumbuh di kepalanya. Namun, pikirannya sekarang berubah untuk jadi lebih fokus mengurus Justin agar menghilangkan rasa mabuk alkoholnya. Selain itu, ia juga harus meminta Justin untuk segera menyikat gigi agar aroma alkoholnya hilang.
...***...
Keesokan paginya, Justin memasuki ruang makan. Perlahan ia menyapa Soraya yang membantu Shella dan para pelayan dapur lainnya untuk menyajikan hidangan di meja makan.
"Selamat pagi, Istriku Sayang!" sapanya halus dengan sedikit senyuman.
Soraya melirik, dan dengan senyuman kecil membalas, "Pagi juga, Justin!"
Soraya segera menyiapkan bangku untuk Justin duduk. Justin terduduk di kursinya dan menunggu Soraya untuk duduk juga agar bisa makan bersama lagi. Meskipun sekarang malah jadi perang dingin.
Ketika sudah mulai makan, Soraya bertanya mengenai mabuknya Justin kemarin, "Hei! Kamu kemarin minum berapa banyak? Mabuknya sampai berat begitu."
Justin yang memotong roti isi telur itu menjawab santai, "Aku tidak menghitungnya. Namanya juga sedang mabuk. Tapi, maafkan aku. Aku tak akan minum anggur🍷 banyak lagi."
"Aku tahu orang sepertimu pecandu alkohol. Ada baiknya kamu berhenti total. Dan kamu juga pasti perokok berat."
"Masih sulit menghentikan kedua-duanya. Yakinlah, aku akan berhenti."
"Yah... terserahlah. Yang penting aku sudah mengingatkan."
Meskipun perang dingin, namun rupanya Justin dan Soraya masih bisa berkomunikasi dengan baik. Apalagi Soraya mengingatkan dengan baik-baik, agar Justin berhenti menyukai alkohol dan rokok.
Justin melirik Soraya kembali. Dengan rasa bersalahnya ia berkata, "Oh iya! Untuk yang pertambangan punya keluargamu, aku minta maaf. Tidak izin dulu untuk mengambilnya. Harusnya aku izin dulu dari awal."
Soraya tetap mengunyah makanannya hingga menelannya. Tapi ia menjawab, "Tidak apa-apa. Kau boleh ambil kalau mau. Itu bisa jadi milikmu total. Kalau mau ambil yang sudah dibeli orang lain juga tidak masalah. Karena..."
Ucapannya terhenti sejenak. Justin yang penasaran bertanya, "Karena apa?"
Soraya masih belum menjawab. Namun saat makanannya habis, barulah ia melirik Justin dan menjawab, "Karena kamu adalah suamiku."
Mendengar itu, Justin terlihat girang. Ia juga membalas, "Dan aku mengambil alih untuk pertambangan dan kebun yang awalnya milik keluargamu itu, bukan hanya untuk jadi milikku. Tapi milik kita sekeluarga yang baru nanti. Karena, kamu istriku tersayang."
Soraya hanya tersenyum kecil mendengarnya. Keduanya bisa kembali damai dengan baik tanpa harus bertengkar terus.